Prolog

40 3 1
                                    



"Srup..."

Hari ini hujan turun lagi, dengan setumpuk buku dan secangkir kopi menemaniku di malam ini. Katanya, kuliah itu berat, tidak seperti di masa SMA dulu. Mungkin dulu kita masih bisa bermain video games, hangout bareng teman-teman, dan melakukan semua hal yang disukai. Tapi waktu berjalan begitu cepat, seakan sedang dikejar anjing liar. Kini hidupku dikekang oleh waktu.

Eh iya, hampir lupa. Kenalkan, namaku Darren Britama, kamu bisa panggil aku Darren, umurku sekarang menginjak 18 tahun dan sudah mandi. Ayahku adalah seorang arsitek bangunan pencakar langit dan ibuku adalah seorang sarjana psikologi umum di Atma Jaya Jakarta, tahun 1990. Aku punya kakak perempuan, kalian bisa panggil dia Clarissa, tapi aku biasa memanggilnya ayam, karna ia suka mengoleksi hal-hal yang berhubungan dengan ayam, hihi.... Tapi, jika kalian bertemu dengannya, jangan sekali-kali memanggilnya"ayam" maka kamu akan dijadikan ayam sungguhan!

Besok aku harus bangun lebih pagi untuk mengirim tugas-tugas segunung kepada dosen ter-killer, Pak Badrus. Dan untungnya aku adalah tipe mahasiswa yang disiplin terhadap aturan, karena aku selalu dinasihati ibuku. Jadi dari minggu lalu sudah kucicil! Dan sekarang kamu bisa panggil aku si "RAJIN"!!

Aku harap kalian tidak akan pernah mengunjungi rumahku, tepatnya kamarku. Jika kalian masuk, kalian akan melihat penampakan kapal pecah di daratan terdampar masuk di kamarku. Di sana kalian dapat menemukan tumpukan-tumpukan buku sejarah, komik, majalah, dan koran-koran tahun 90an. Entah mengapa keluargaku sangat terobsesi mengoleksi barang-barang lama, mungkinkah ingin dijual di masa depan?

Kurentangkan tanganku dan sandarkan puggungku pada kursi. Kutatap baik-baik sekeliling kamarku, aku baru tersadar, dari tahun lalu kamarku seberantakan itu. Aku mencoba mengumpulkan berdasarkan jenisnya, merapikannya, dan meletakkan di laci kayu jati tua pemberian nenekku. Tiba-tiba mataku melirik suatu buku tua bersampul merah muda tergeletak di atas tumpukkan koran di sudutr ruangan itu. Tampaknya aku mengenali sampul itu, tapi aku lupa isi dari buku itu.

Entah mengapa, ingin sekali aku membukanya, seakan-akan buku itu harta karun terpendam. Desiran debu menutupi buku kusam itu, maka dengan cepat aku menyekanya dengan tanganku. Seketika ku terhipnotis oleh masa lalu, kini ku teringat bahwa buku ini membawa banyak kenangan kenangan indah yang dulu aku alami bersama Amelia, seseorang yang sempat singgah di hidupku dalam jangka waktu yang cukup lama.

Perlahan-lahan kubuka sampul buku itu, terpampang suatu kalimat yang membuatku rindu akan kehadirannya. Lembar demi lembaran kubuka, di sana ku kembali merasakan segala rasa yang terpendam lama. Lia, dia adalah gadis berkulit sawo matang, berambut panjang, dan memiliki wajah cantik nan rupawan. Ia adalah orang pertama setelah ibuku yang mengajarkanku arti kasih sayang yang terlaksana tanpa kata-kata. Kami pertama kali bertemu di SMA Gonzaga Jakarta saat kegiatan MOS. Saat itu kami berdua dihukum akibat datang terlambat ke sekolah. Kami tak saling mengenal karena Amelia adalah murid baru, maka aku berkenalan dengannya.

Kini hujan turun lagi, menemani rindu ku yang bermetamorfosis menjadi tetes air membasahi pipiku, mengingat kembali memori-memori yang tak akan terulang kembali di sejarah hidupku. Ingin sekali bertemu kembali dengan mu La... ingin kembali menyapanya di pagi hari, dan melukiskan senyum manis di wajahnya. Entah di mana kamu sekarang berada.... aku di sini hanya bisa berharap, kamu baik-baik saja di sana tanpa diriku.

Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah kamu juga merindukanku? Simpan semua jawaban itu Lia, aku akan datang dalam mimpimu.

Nasi sudah jadi bubur, kita bahkan tak sempat berdamai hati sebelum hati ini hendak pergi ke lain hati. Aku rasa rindu itu sangat curang! Ia datang begitu saja pada saat yang tidak tepat! Tapi aku yakin, Tuhan telah merancang rencana yang terbaik untuk kamu Lia..

"Tok..Tok" Terdengar bunyi ketukan dari pintu kamarku.

"Darren! Tidur sayang, besok kamu kan harus bangun pagi...", sahut mama.

"Ehh... i..i..iya ma, 5 menit lagi aku tidur kok! Hehehe....", pelan-pelan ku tutup album foto itu.

"yaudah, mama rapihkan dulu kamarmu, kamarmu itu seperti kapal pecah saja...." ujar mama sembari mencoba mengumpulkan buku-buku yang berserakan di sudut kamar.

"Ehhh jangan ma, aku saja yang rapihkan, nanti pinggang mama sakit lagi lho....."

"Baiklah, cepat tidur ya sayang", Ujar mama.

Aku mulai mengumpulkan tumpukan buku-buku, komik, dan koran-koran berdasarkan jenisnya, merapihkannya dan meletakkannya di laci kayu jati tua pemberian kakekku. Akhirnya, setelah sekian lama kini kamarku rapih dan bersih tak seperti kamar yang habis dibobol maling hahaha...

Saat hendak pergi ke kamar mandi, pelan-pelan kubuka pintu, dan tiba-tiba........

Dan secerca cahaya membawaku pergi, jauh pergi.. Kepalaku terasa pusing sekali, seperti habis bermain komedi putar. "Arghh... sungguh pusing sekali! Apa yang tlah terjadi?"

Love MiracleWhere stories live. Discover now