3. Aku Ingin Memulainya

3K 258 18
                                    

Cinta seperti biasanya mengayuh sepeda menuju kantor dengan semangat. Setelah semalaman suntuk dia memikirkan sakit hati karena ucapan bos besarnya yang bernama Bian, akhirnya Cinta tertidur dengan perut laparnya karena dia belum makan semalam.

Cinta sampai di parkiran kendaraan kantornya, dia bergegas turun sambil membenarkan pakaiannya. Sampai didalam ruangan dia menuju kubikel miliknya, meletakan tas dan membuka bekal sarapannya, sambil sarapan dia memoles make up tipis ke wajah. Kemudian tiba-tiba telpon yang ada dimeja kerjanya itu berdering.
Siapa orang kantor yang menelpon jam enam pagi seperti ini pikirnya. Namun, tetap saja dia dengan cepat  mengangkat telpon itu setelah menelan suapan sarapannya yang belum terkunyah lembut.

"Selamat pagi, dengan saya Cinta dari divisi keuangan".

"Keruangan saya sekarang!" Cinta heran siapa orang ini yang menyuruhnya seperti ini. Lagi ini belum juga jam kerja. Mereka masuk kerja jam delapan pagi. Sekarang ini masih dua jam sebelum jam kerja.

"Kamu kenapa bengong? Keruangan saya sekarang dan bawa bekal makan kamu itu." Loh, ini orang juga tahu dia sedang makan. Siapa sih ini pikirnya.

"Maaf, tapi saya harus keruangan yang mana ya Pak?" Diruangannya Bian ingin tertawa menyadari kebodohannya. Entah kenapa saat melihat cctv dan tahu Cinta sudah datang Bian langsung memiliki ide aneh seperti ini.

"Saya Bian. Kamu gak tau lagi Bian yang mana." Cinta terbatuk-batuk karena mendengar nama itu. Dia berpikir Bian benar-benar pria yang aneh, baru juga semalam bilang jangan sok dekat. Trus mau apa ini bos besar minta dia datang jam segini keruangannya.

"Maaf pak tapi ini belum jam kerja kantor, jadi saya tidak bisa keruangan bapak. Lagi pula bapak sendiri yang bilang saya jangan sok dekat." Tanpa Cinta tahu Bian di sana sudah kesal mendengar penolakan wanita itu.

"Anggap saja saya minta kamu lembur."

"Gak bisa Pak!"

"Saya kasih gaji kamu dua kali lipat bulan ini." Cinta terdiam, ini tawaran yang menggiurkan. Dia bisa pakai uang itu untuk membeli keperluan pribadinya. Seperti belanja baju diskon misalnya.

"Baiklah-baiklah. Maksa banget sih." Bian mendengus di ruangannya mengetahui jika ternyata Cinta takluk jika menyangkut soal tambahan uang.Dia berpikir sepertinya harus menyelidiki wanita itu secara diam-diam.

Pintu ruangannya terbuka dan dia tahu kalau itu adalah Cinta. Tepat saat Cinta meletakkan kotak makannya diatas meja kerja Bian, pria itu melihat Cinta dengan senyuman membuat Cinta menganga melihat betapa sempurnanya wajah pria dihadapannya itu.

"Kamu kenapa membuka mulut seperti itu? Duduk, saya mau minta itu bekal kamu."
Cinta langsung menutup mulutnya dan cemberut. Kenapa juga pria ini mau minta bekalnya, terus dia makan apa.

"Kalau bapak makan bekal saya, saya sarapan apa dong. Saya juga lapar pak. Bapak kan banyak duit, jadi mending bapak minta orang buat beli makanan bapak nanti." Protes Cinta panjang kali lebar.

"Berisik kamu! Karna saya banyak duit makanya saya mau bayar bekal kamu. Makanan kamu nanti saya suruh orang buat anterin ke tempat kamu."
Mulut Cinta ingin protes lagi, tapi dia hentikan karena melihat pergerakan dari Bian. Sekarang Bian ada dihadapannya dengan kursi roda yang Cinta lihat semalam. Cinta tidak tahu kalau Bian juga diam-diam mengawasi setiap ekspresi Cinta saat menatap dirinya.

"Kamu terkejut? Perumpamaan kamu salah tadi. Saya bukan pria sempurna. Saya cacat, kamu lihat kan!?"

Cinta masih terdiam melihat dan mendengar semua itu, soalnya dia tidak pernah dengar ada berita kalau bos besar mereka cacat, yang dia dengar adalah bos besar mereka sangat tampan dan juga misterius.

"Perumpamaan apa maksud bapak?"

"Tadi waktu kamu diam menatap saya, pasti kamu berpikir saya pria sempurna bukan."
Bian menyelidiki wajah Cinta dan wanita itu terlihat tidak keberatan dengan kejujurannya sekarang. Ini dalah pertamakalinya Bian menunjukan kelemahannya didepan orang lain selain keluarganya, selama lima tahun ini dia selalu menghindar dan hari ini dia mau melihat bagaimana reaski Cinta kepadanya. Apa yang dikatakan Brian saat dikamarnya semalam benar, dia harus berani mendekati Cinta jika memang Cinta bisa membawa kebahagiaan untuknya.

Tanpa permisi Bian sudah mengambil kotak bekal Cinta dan membukanya.
Hanya sambal pecah bawang merah dan juga telur mata sapi.
"Kamu setiap pagi makan ini?" Bian terkejut dengan bekal yang dibawa Cinta.

"Kenapa bapak main ambil aja sih. Kaget ya ternyata makanannya tidak se-enak yang bapak pikirkan?" Saat Cinta mengomel Bian sudah memasukan sendokan pertama ke mulutnya. Pria itu mengunyah makanan dengan wajah berbinar, masakan sederhana tapi enak dan pas di lidahnya.

"Kamu gak sakit perut makan sepedas ini?" Bian masih terus menyuapkan nasi dan lauk kedalam mulutnya. "Cinta bisa ambilkan air putih disana?"
Cinta lalu lari dengan cepat melihat wajah Bian yang sudah kepedasan. Cinta suka pedas, jadi jangan salahkan dirinya. Pikir Cinta.

"Aduh, bapak sih kenapa main makan aja. Saya gak tanggung jawab loh kalau bapak kenapa-kenapa?" Bian meneguk minuman yang diberikan Cinta dan barulah dia merasa lebih baik.

 'Gila ini makanan pedas banget seperti wajah Cinta melihatnya sekarang.'

"Masakan kamu enak, saya suka." wajah Cinta langsung bersemu merona. Ini pertamakalinya seorang pria makan masakannya, dan pria itu memuji masakannya.

"Cinta, besok saya katring sarapan dan juga makan siang saya sama kamu ya."
Wajah Cinta kembali terkejut dengan perkataan Bian. Ini sudah pasti bosnya ini sudah tidak waras atau memang mau mengerjainya.

"Bapak maaf, saya gak bisa. Saya takut nanti bapak mules-mules."

"Gak ada penolakan. Atau kamu mau saya pecat?" Cinta tidak lagi berani menjawab jika sudah seperti ini ultimatumnya. Dia mau makan dan hidup dari mana jika dia dipecat. Cari kerja itu tidak mudah. Cinta melangkah pergi dengan lesu karena pekerjaan barunya, awas saja jika Bian tidak membayarnya. Ingat kata membayar Cinta membalik tubuhnya lagi.

"Awas ya kalau bapak tidak bayar, saya bakal tuntut bapak. Dan satu lagi satu katring saya harganya saya patok tiga puluh lima ribu rupiah."  Bian hanya mengangguk paham. Harga yang murah daripada makanan yang biasa dia pesan.
Sedangkan Cinta gembira karena itu berarti setiap hari dia bisa makan gratis dong. Sama aja dengan satu hari tujuh puluh ribu, biasanya juga dia akan masak dengan biaya lima puluh ribu sehari. Benar-benar perhitungan yang menguntungkan.

Cinta lalu sudah benar-benar akan keluar ruangan sebelum dia kembali merona dengan ucapan Bian. "Terimakasih Cinta, kamu membuat pagi saya lebih indah dengan sarapan yang kamu buat." Bian melihat wajah merona Cinta dan senyuman bahagia wanita itu tadi. Sepertinya Cinta tidak masalah mengetahui dia lumpuh. Mudah-mudahan Cinta benar-benar tidak merasa risih akan hal itu.

******

Pekerjaan Bian satu persatu dia selesaikan, dan wajahnya tersenyum lebar melihat satu foto Cinta yang dia dapat dari orang suruhannya hari ini. Dia mengingat saat pertama melihat Cinta yang mendayung sepeda waktu itu. Kemudian Bian melihat ponselnya bergetar menampilkan panggilan dari Banu sepupunya.

"Ya ada Nu?"

"Lo dikantor kan mas?"

"Iya, loe bukannya lagi terbang?" Bian ingat kalau Banu mengatakan akan bertugas kembali semalam.

"Emang lagi kerja ini, tapi lagi landing. Sekitar satu jam lagi gue berangkat. Gue mau bilang, semoga loe sukses mas. Pilihan loe oke kok"
Banu terkekeh disana, pasti Brian si ember sudah mengatakan semuanya. Dasar ember bocor.
Dia kembali tersenyum saat mengingat wajah Cinta tadi pagi. Tangannya bergerak di keyboard dan saat ini Bian dapat melihat wajah Cinta yang sedang bekerja di kubikelnya melalui CCTV yang secara khusus pagi ini dia perintahkan orang untuk meletakkan CCTV tepat menyorot wajah Cinta, dia menggunakan waktu tadi pagi untuk menyuruh orang mengerjakan apa yang dia mau.

Kembali Bian tersenyum saat wajah Cinta yang frustasi melihat Martha atasannya memberikannya setumpuk berkas untuk dia kerjakan. Benar-benar menggemaskan.

Bersambung.....

Hai... Semoga kalian suka ya...🙏🙏🙏 tinggalkan vote akan lebih berarti bagiku loh.. Plus koment kalian ya..

'LOVE' {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang