Tangga demi tangga kulewati. Semangatku masih seperti dahulu, ingin menjadi orang pertama yang menyapa pagi ke Lia. Tak lupa ingin bertemu dengan teman se-geng ku. Kini nafasku kembali mengalir di tubuhku. Jiwa anak SMA ada dalam darahku. Tetes keringat mulai mengucur di dahiku. Kulepaskan seluruh ungkapan kebahagiaanku bersama angin, tuk memberikan kebahagiaan disekitarku.
Setelah lelah berlari, akhirnya ku kembali ke tempat yang kunanti-nantikan, yaitu kelasku. Aku masih berada di depan pintu. Tanganku masih bergetar, tak sabar kembali melihat dan merasakan masa SMA ku yang dahulu. Pelan-pelan, ku mulai memberanikan diri membuka pintu.
"Hai Darren! Kamu sudah sembuh? Kok bajumu terlihat basah sekali?" Risau Bu Tina.
"Eh ibu, iya bu.. tadi saya lari-larian ke atas ingin segera ikut pelajaran ibu, hehe!" Ujarku dengan sigap.
"Dasar yaa.. kamu tidak perlu lari-larian nak.. ya sudah, kamu keringkan dulu badanmu di luar" Ujar Ibu Tina.
"Baik bu.."
Saat kukeringkan bajuku di luar, tiba-tiba kulihat kembali gadis yang kerap kupanggil Lia tengah berjalan di seberang selasar .
" Kak Darren! Kamu sudah siuman? Aku sangat mengkhawatirkanmu..'
"Lia!! Aku baik-baik saja kok.. tadi aku cuma pingsan gara-gara kurang tidur ajaa, kamu gak kenapa-kenapa kan?" ujarku.
"Harusnya aku yang tanya begitu ke kakak. Eh.. aku duluan yaa!" Ujar Lia. "Eh kenapa? Kok cepat-cepat?" tanya ku.
"Aku sedang pelajaran Pak Budi... nanti kalau kita terlihat berduaan begini, bakalan dihukum hitungin ubin kamar mandi guru hihi" bisik Lia.
"Eh.. baiklah, cepat ke kelas!"
"Daaa!"
Tak kusangka, ternyata bajuku sudah kering dari tadi selama ngobrol bareng Lia. Segera aku kembali masuk ke kelasku untuk melanjutkan pelajaran.
"Kring....... Kring......" Bel istirahat berbunyi.
Tiba saat yang kutunggu-tunggu, makan siang bareng Lia dan teman-teman. Segera aku menuruni tangga lekas pergi ke depan kelas XI IPA, kelasnya Lia, menunggunya keluar dan mengajak makan siang bersama di kantin Bu Rosa. Tidak hanya menunggu Lia, tapi juga adik kelasku yang se-tim eskul futsal, Dimas dan Edo namanya. Aku sedang mencoba sedikit demi sedikit merubah masa lalu ku!
"Eh Lia! Yuk makan!" Ajakku.
"Ehmm... kok tiba-tiba kak?"
"Enggak ada apa-apa, aku hanya ingin makan bareng kamu Lia, oh ya Dimas dan Edo mana?"
"Oh.. baiklah. Tapi..." Ujar Lia dengan wajah ragu.
"Tapi kenapa Lia?" Tanyaku dengan heran.
" Tapi..aku takut dan malu sama temen-temen kak Darren.." bisik Lia.
"Siapa yang kamu takutin? Reihan? Fadil? Atau siapa? Siapa pun yang mau ganggu Lia, harus berhadapan dulu sama aku." Ucapku lantang.
"ehh.... baiklah" Jawab Lia sembari pergi bersamaku meninggalkan teman-temannya yang tengah asyik membuat mading.
Tiba-tiba teman-teman osisku datang ke kantin dan perlahan mendekatiku yang tengah asyik ngobrol bersama Lia.
"Ihh! Cieee cieee sama adek kelas tercinta..... Laura lu kemanain? Cuma singgah di hati sebentar aja? Hahaha... "
Mendengar hal itu, Lia langsung lari ke atas dan pergi meninggalkanku. Aku tak bisa berkata apa-apa, mereka merupakan sahabatku. Tak mungkin aku berbuat kasar kepada mereka.
YOU ARE READING
Love Miracle
Teen FictionSiapa sih yang gak kenal Darren Britama? ketua geng penguasa sekolah yang bertubuh atletis, rambutnya bagaikan ombak, alis yang tebal dan wajah yang menawan membuat ia menjadi primadona sekolah sekaligus dihati semua cewek di sekolah. Tak heran bany...