Sebuah Keputusan

152 12 0
                                    

Kevin menghela nafas dalam. Ia mengajak Nayla masuk ke dalam gedung itu sembari menenangkan dirinya. Nayla memberikan sebotol air mineral untuk kedua kalinya. Kevin menenggak air itu untuk memadamkan api amarah yang bergejolak dihati.

" Wanita itu , bukannya Dia yang sama Kakak pas di BKB kemarin ya ?" Tanya Nayla.
"Iya. Dia Lovania." Kata Kevin yang sedari tadi tertegun memandangi matras judj dengan tatapan yang kosong.
" Siapa dia ? kok Kakak segitunya sih rela ngejar ngejar dia ?"
" Dia wanita yang spesial buat Aku Nay". Kata Kevin.
Hati Nayla seolah tercabik mendengar perkataan Kevin. Ia menganggap aku sebagai saingannya yang lumayan berat.
" Pacar Kakak ya?" Tanya Nayla dengan mata yang berkaca kaca.
" Bukan pacar tapi calon tunangan aku. Belakangan ini kami lagi renggang. Dan semua ini salah aku. Aku merasa telah menyia - nyiakan Dia. " Kata Kevin.
" Maaf ya Kak. Gara gara aku, Kalian jadi tambah renggang." Tambah Nayla.
" Bukan salah kamu kok. Kami Cuma butuh waktu aja."

Lovania. Kau adalah penghalang yang sejati. Posisimu mengancam posisiku. Kau telah menetap di hati Kevin. Dan aku , aku masih berusaha mencari pondasi yang kuat disana. Lovania, kita buktikan saja, siapa yang layak mendapatkan Kevin. Aku atau kamu? Mari kita mulai persaingan cantik ini.
- Nayla

- Nayla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Kevin akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah dan mengantar Nayla. Didepan rumah Nayla terjadi percakapan diantata mereka.
" Kak...sepetinya kita  tidak bisa dekat lagi." Kata Nayla sambil menundukkan pandangannya. Kevin terkejut dengan pwenyataan Nayla. Ia mengerutkan muka .
" mengapa begitu? "
" Sebagai wanita, aku tau betul bagaimana perasaan Lovania. Aku tidak ingin di tuduh sebagai wanita perusak hubungan orang lain. " Air mata palsu Nayla keluar.
" Jangan bicara sepeti itu . Kamu tidak bersalah disini. Aku yang salah. Sudah banyak kesalahan yang aku buat terhadap dia. " Spontan, Kevin memeluk Nayla untuk meredam rasa sedihnya.

***

Kevin memutuskan untuk menemuiku. Ia gas motornya dan melaju dengan kecepatan penuh. Kevin melaju bagaikan pembalap dijalanan. Ia tak peduli dengan rintangan yang ada didepan, belakang, samping kiri, dan kanan. Ia melaju dengan fokus. Sesampainya didepan rumah. Ia tak sanggup untuk membuka gerbang. Ia menelponku tapi aku belum bisa untuk mengangkat telponnya.
Tak terhitung sudah berapa kali atlet Judo ini menelponku. Aku hanya bisa membiarkan ponsel itu bergetar tanpa mengangkatnya. Hatiku sudah tak sanggup dengan cerita ini. Rasanya semua ini terlalu berat untuk gadis polos sepertiku. Aku menangis disudut kamar sambil memegang Miniatur Puteri Fiona.
Calista hanya bisa duduk disampingku sambil menenangkan aku. Wajahnya juga ikut pilu melihat aku yang tengah menangis. Calista memelukku sambil menahan air matanya. Aku menangis dalam pelukan sepupuku.
" Kenapa ya, orang baik selalu disakitin ?" rintih Calista dengan air mata yang terjatuh dipipinya.
" Aku sakit Cal. Hati aku sakit banget." Aku menjabarkan keadaanku saat ini.
"Tabah ya Ja. " Calista mengelus bahu belakangku
" Apa cinta itu sesakit ini ya ? " Keluhku.
Calista terdiam mendengar pertanyaanku.
" Inget ya Ja. Cuma Berlian yang harus dipoles biar mengkilap." Ukar Calista.
"Kenapa harus sesakit ini Cal ? apa aku salah terlalu peduli sama Kevin ?" Tanyaku yang bersibak air mata
" Padahal aku udah coba buat lupain kesalahan kesalahan Kevin dan hari ini aku niatin buat awalin semuanya dari nol lagi! Tapi apa yang aku dapat ? dibelakang aku dia dekat dengan cewek lain . Apa aku salah buat minta waktu sendiri dulu ? aku sendiri bukan untuk menghindar Cal. aku menyendiri buat nyembuhin ini! " Aku melepas pelukan dan menunjuk hatiku.
" Kalau Kevin dengan mudahnya lupain kamu , kenapa kamu harus nangisin dia ?" Tanya Calista.
Aku terdiam mendengar Pertanyaan Calista.
"Aku terlanjur cinta sama dia Cal. Cinta yang bikin aku gini! Cinta yang bikin aku bertahan walau disakitin berkali kali.!"
" Itu masalahnya ! Kamu terlalu cinta sama dia! " Kata Calista.
Aku hanya bisa terdiam dan menangisi nasibku yang malang. Benar kata Calista. Masalahnya adalah Aku terlalu cinta pada Kevin. Kali ini aku tersadar dari buaian cinta yang terus menyayatku hingga diujung cerita. Aku tak bisa untuk bertahan dalam keadaan ini. Aku yang berusaha sekuat tenaga untuk berjuang agar tidak kalah pada keadaan mulai merapuh. Serangan yang diluncurkan terlalu dahsyat hingga membuat aku terpental dalam dasar samudera yang gelap.

 Serangan yang diluncurkan terlalu dahsyat hingga membuat aku terpental dalam dasar samudera yang gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Sadar Ja. Masih banyak kok Cowok yang lebih dari Kevin! " Kata Calista .
Aku menghapus air mataku dan memesan satu buah tiket penerbangan untuk besok pagi. Aku tak dapat lanjutkan sisa liburanku lagi. Sudah terlalu pahit dan aku terlalu lesu untuk bangkit dari keterpurukan hati.
" Besok Aku mau pulang ke Bandung Cal."
" Ja...." Calista memegang pundakku.
" Jangan Bilang sama Tante ya. Tante gak boleh tau kalau aku sedih lagi. Aku gak mau buat dia terlibat dalam kisah ini Cal. "
" Apa nggak terlalu buru buru ? " Tanya Callista.
"Ada hati yang harus diselamatkan Cal. " Kataku.
Calista memelukku dengan erat sembari menangisi keadaan ini.
" Enggak perlu ditutup tutupi sayang. " Kata Tante Linda.
Kami terkejut jika Tante Linda sudah lama berdiri didepan pintu. Ia masuk dan akupun memeluknya. Hatiku mengadu pada adik perempuan ayah. Tante Linda tak bisa berkata kata lagi mendengar ceritaku. Ia hanya bisa sabarkan aku yang terkulai lesu pada kenyataan ini.
" Yang sabar ya Ja. Toh kalau Dia udah ditakdirkan buat jadi milik kamu, Dia akan kembali juga . Dan jika Dia tidak ditakdirkan menjadi milikmu. Maka kamu telah dapat satu pelajaran yang berharga. Kamu tau arti dari bertahan dan berkorban. Dan semua orang gak sanggup jalani itu.Jadi harus bersyukur ya. Tuhan akan berikan yang jauh lebih baik dari dia". Kata Tante Linda.
Biarkan aku menangis agar tekanan psikologis ini dapat tersapu oleh air mata. Langit ikut menggelap. Semesta seolah paham betul dengan apa yang kurasakan. Ia juga ikut menjatuhkan airnya bersama dengan air mataku. menangislah, hingga semuanya lega . walaupun hanya sementara.
Diluar gerbang. Kevin terus menghubungiku. Ia tak peduli dengan rintikan air yang mulai membasahi tubuhnya. Ia masih meleponku. Hujan datang seolah mendinginkan dua hati yang gersang. Sudah satu jam dan Ia tetap melakukan panggilan pada nomorku. Tak terhitung berapa banyak panggilan tak terjawab dari yang yang memenuhi notifikasi pemberitahuan dilayar ponselku.

Hujan semakin lebat saja. Panggilan itu tak dapat ia lakukan karena batre ponselnya suudah habis. Tak ada yang bisa dilakukan oleh pria ini selain menunggu atau pulang. Ia terus melihat teras rumah Tante Linda dilantai dua. Ia berharap aku mengetahui keberadaannya saat ini.Tapi aku sedang berlarut dalam kesedihanku tanpa tahu bahwa Kevin sedang basah kuyub diluar pagar.

Lovania , Maafkan aku
Ditengah lebatnya hujan, Kevin menarik gas motornya dan meninggalkan rumah Tante Linda. Kini rasa bersalah itu berlipat ganda. Rasa bersalah yang menggenangi hatinya. Ia resah , gelisah , gundah dan gulana dibuat oleh keadaan. Ia melaju dengan kecepatan tinggi dibawah hujan yang terbilang deras. Air langit dan air matanya beradu menjadi gambaran kekecewaan terhadap dirinya sendiri.

Lovania ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang