Chapter 4

16 1 0
                                    

“Masak apa de?” tanya Aji yang berkunjung pada Rumah wulan.

“Masak kesukaan kamu, mas. Wulan bekel juga ya sekalian buat makan nanti dijalan,” Ucap Wulan sembari menyiapkan makanan yang akan dibawanya.

Keduanya tampak berseri-seri termasuk Wulan yang melupakan pertemuannya dengan Radit.

Tampak serasi, beriringan saling berpegangan menikmati hari libur keduanya. Tampak nyaman dengan segala bahan pembicaraan. Beberapa kali Aji melontarkan candaannya dan Wulan tertawa lepas.

Akan ada saat dimana kamu ragu dengan seseorang dihadapanmu karena masalalu yang tiba-tiba muncul. Senyumnya membuatku takut akan melukainya. Tepat hari ini, kami menikmati waktu yang terkadang membuatku tak ingin melanjutkan waktu. Aku sangat takut bila waktu tak memihakku atau membuat pria ini terluka.

“Mas, setelah ini kita mau kemana ?” tanya Wulan sembari berjalan menuju mobil Aji.

“Oh iya, mas lupa. Wulan bisa anter mas beli kado kan?, kebetulan istrinya Restu melahiran mas belum beli kado.”

“Oke oke.”

Kemudian keduanya menuju pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan bayi. Wulan dan Aji sangat antusias mengenai pemilihan barang-barang tersebut hingga membutuhkan waktu lama untuk memilih kado tersebut. Setelah membeli kado, keduanya menuju toko pakaian untuk melihat-lihat, keduanya tampak bahagia, mencoba pakaian yang dipilihkan masing-masing.

“Besok aku udah kerja lagi,” Ucap Wulan sedikit murung.

“Ya sudah, jangan cape-cape. Mas juga kan gak maksa kamu buat kerja, de,” Ucap Aji menenangkan Wulan sembari menggenggam tangannya.

“Ya deh, Wulan juga kerja kan buat bantu-bantu kalau nanti kita ada kebutuhan dadakan ada gaji wulan mas,” Ucap Wulan sembari tersenyum menatap Aji.

“Mas bakal kerja keras buat hidupin kamu, walaupun mas juga gak bisa ngasih kemewahan ke wulan tapi mas usahain apapun kemauan Wulan mas kasih,” Sembari mengelus lembut rambut Wulan.

Aji mengajak Wulan untuk makan malam di restaurant sebelum keduanya pulang. Tatapan Aji terlihat bahwa ia sangat mencintai kekasihnya itu.

Apapun masalalu mu aku tak ingin tau, Wulan. Selama hatimu tetap teguh dan tak pernah goyah, aku akan selalu disisimu. Sebenarnya aku sangat takut ketika pria yang menyapamu pekan lalu bukan hanya sekedar teman SMA yang sudah kau ceritakan padaku. Aku semakin takut ketika melihat senyummu dan berpikir akan kehilangan senyummu ketika hadirnya mampu membuat perasaanmu padaku berubah.

“Mas, kenapa liatin aku ? makanannya gak enak ya?” tanya Wulan.

“Ah engga. Jangan tinggalkan mas ya, de.”

“Kenapa bilang gitu mas, mas lagi banyak masalah ya?” tanya wulan khawatir karena Aji tiba-tiba mengatakan itu.

“Engga—Aji tersenyum pada Wulan dan tampak akan megatakan sesuatu.”

“Kenapa mas?” Tanya Wulan pengertian.

“Ah engga, lanjut de makannya. Setelah itu kita pulang, gak enak mamah kamu pasti nungguin kamu terus mikir kalau anaknya dibawa lari,” Ucap Aji,
Wulan mendengar itu kemudian tertawa begitupun Aji. Ia berusaha untuk melupakan pertanyaan mengenai pria teman SMAnya tersebut karna tak ingin harinya rusak dengan bertanya padanya.

Sesampainya di rumah wulan, Aji berpamitan dengan kedua orang tuanya dan pulang. Tampak Wulan mengantarnya sampai depan gerbang rumahnya dan melambaikan tangan pada Aji yang berada di mobil dan dibalas dengan anggukan Aji.

Tak lama handphone Wulan berdering menandakan telpon untuknya. Sesaat wulan tampak heran karena nomer tersebut tidak tercantum di handphonenya dan mengangkatnya.

Terkadang ada hal-hal yang mampu membuat hatimu goyah dengan menyimpan kenangan manis di masa lalu. Bisa dikatakan dia segalanya masa itu.  Aku tak sadar, Suara itu masih membuat ku gemetar, berusaha untuk tetap teguh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAPPY WEDDING FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang