04

195 7 0
                                    

-BAGIAN EMPAT-

"Aku tak pandai dalam urusan jatuh cinta, tapi aku sangat lihai membuat orang lain jatuh cinta padaku."
________________________

Satu jam sudah Mylan duduk di teras rumah Kania bersama Lisa. Entah apa yang dipikirkannya hingga membuat lelaki itu datang lebih cepat dari perjanjian yang dia buat. Dia bahkan tidak peduli apakah orang yang ditunggunya sudah bangun atau belum.

"Nia mau dipanggil?" Lisa merasa tidak enak jika harus membiarkan Mylan menunggu anaknya, yang entah apakah sudah tergaja atau masih terlelap.

"Nggak usah tante," jawab Mylan datar, namun dengan nada yang sangat sopan.

"Tante nggak enak sama kamu yang udah nunggu lama. Kemarin udah janjian sama Nia?"

"Sudah."

"Yaudah tante liat dulu, Nia udah bangun atau belum," pamit Lisa yang langsung bangkit.

Saat Lisa baru saja berada di ambang pintu, bersamaan dengan itu manik matanya menangkap sosok putri sulungnya yang kini tengah berusaha mengikat dasi.

"Bunda, ada temen Nia ya?" tanya Kania mengabaikan dasinya yang terpasang belum sempurna dan beralih mengikat tali sepatu.

"Iya tuh, udah dari tadi. Kamu jangan kebiasaan ngaret. Kasihan teman kamu udah nunggu satu jam di depan!" ucap Lisa berusaha menasehati Kania.

Sebenarnya bukan salah Kania bila membuat Mylan harus menunggu selama itu. Mylan sendirilah yang salah karena datang lebih awal dari perjanjian yang telah mereka buat. Ralat. Bukan kesepakatan mereka, tapi kesepakatan Mylan sendiri.

"Maaf bunda..." Kania mencium punggung tangan Lisa dan segera menemui Mylan. Jujur saja, saat ini dia tidak memperdulikan penampilannya yang masih berantakan.

"Lo bilang datang jam setengah tujuh!" protes Kania tidak terima, saat berada tepat di depan lelaki menyebalkan itu.

Mylan bangkit mendekatinya, "Jam gue udah jam setengah tujuh!" ucap Mylan sambil memperlihatkan jam tangan berwarna hitam miliknya pada Kania. "Dan... lo harusnya tahu kalau kita itu mau sekolah, bukan ngamen," bisik Mylan pada Kania dengan tangan yang sibuk mengikatkan dasi Kania yang terpasang tidak sempurna.

Tiba-tiba saja, jarak yang begitu dekat ini membuat Kania menjadi gugup. Membuat jantungnya ingin meledak. Kenapa lelaki dingin dan menyebalkan seperti Mylan dapat berlaku semanis ini? Apa yang sebenarnya dia inginkan dari Kania? Bukankah dia hanya menggunakan Kania untuk menghindari kejaran para perempuan bodoh yang mengidolakannya? Ah, jalan pikiran lelaki ini memang sangat sulit untuk ditebak.

Setelah memastikan dasi itu terikat dengan benar, tangan Mylan beralih merapikan rambut Kania. Membuat sang pemilik tersadar dari lamunan dan segera menghentikan perlakuan Mylan, sebelum Kania semakin terbawa arus.

"G-gue bisa sendiri!" Kania menepis tangan Mylan dan sedikit menjauh dari lelaki itu.

Mungkin mereka terlalu asik dengan dunia mereka, hingga tidak menyadari seseorang di belakang sana tengah menahan kekehan akibat kelakukan kedua remaja itu.

"Ehem... Mylan, tante titip Nia ya," ucap Lisa yang masih terkekeh pelan karena mendapat pelototan sinis dari Kania.

Mylan melirik Kania beberapa detik sebelum akhirnya menggenggam tangan perempuan itu dengan erat dan menganggukan ucapan Lisa.

Painful✔️[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang