05

181 8 0
                                    

-BAGIAN LIMA-

"Jangan memberiku harapan, jika akhirnya kau pergi meninggalkan semua harapan itu."
________________________

Kania mengetukan jari telunjuknya pada meja, menunggu teman kelasnya menyelesaikan catatan dari pak Adam. Dia selalu saja kebagian tugas untuk mengantar buku teman-temannya ke ruang guru, padahal dia bukanlah ketua kelas XI IPA 2. Sedangkan Yoga yang merupakan ketua kelas, justru bersantai-santai dan terus menertawakan dirinya. Dia sangat menyesal memilih Yoga menjadi ketua kelas.

Kania memang terbilang easy going, membuatnya dekat dengan seluruh teman kelasnya. Dia juga menjadi murid kesayangan pak Adam karena ketertarikannya di pelajaran biologi. Kadang Perempuan itu menjadi penyelamat ketika pak Adam mengadakan ulangan dadakan.

"Eh... Lo mau kemana?" tanya Kania pada Yoga yang baru saja bangkit dari tempat duduknya.

"Posesif banget sih lo. Baru juga angkat pantat, udah ditanyain mau kemana. Gimana rumah tangga kita bisa bertahan lama?" ucap Yoga membuat beberapa siswa yang tersisa di kelasnya tertawa.

"Geli gue!" Kania menggelengkan kepalanya. "Bantuin gue bawa buku ke ruangannya pak Adam." Lanjut Kania memberikan sebagian buku pada Yoga.

"Kan lo yang dikasih tanggung jawab, kok gue lagi yang kena?"

Kania menghela nafas panjang. "Kan lo ketua kelas gue Ga."

Yoga tersenyum sambil manggut-manggut. "Lo harus bersyukur karena pak Adam milih gue yang kece ini sebagai ketua kelas XI IPA 2." ucap Yoga dengan penuh percaya diri.

Kania hanya menanggapi ucapan itu dengan anggukan kepala, dia tidak ingin mendengar kebacotan Yoga lebih lama lagi.

Setelah seluruh temannya selesai mencatat, Kania bersama Yoga keluar untuk mengantarkan buku-buku itu kepada pak Adam.

"Gimana hubungan lo sama Mylan? Lancar-lancar aja? Atau lo perlu bantuan buat meluluhkan hati batunya?"

Kania memutar matanya. "Hubungan pala lo. Gue sama dia itu nggak ada apa-apa!" Kania tidak ingin memperpanjang kesalahpahaman teman-temannya.

Yoga tersenyum jahil pada Kania, "Nggak usah malu-malu kali, kayak baru kenal sama gue aja lo!" goda Yoga.

"Gue serius kali Ga! Gue sama Mylan itu ngg--" kalimat Kania terpotong, karena menyadari kehadiran Mylan yang kini menghalang jalan mereka.

Wajahnya memang tertutup tudung jaket, tapi di posisi ini, Kania masih bisa melihat lebam di sudut bibir lelaki itu dengan sangat jelas.

Lelaki itu langsung mengambil buku yang tengah Kania bawa.

"Kenapa lo lama banget keluar?" tanya Mylan menatap Yoga intens.

"Eh jangan salah paham dulu. Dia nyuruh gue buat bantu bawain buku ini ke ruang guru." jelas Yoga.

"Biar gue yang temenin dia!" seru Mylan mengambil buku dari genggaman Yoga.

Yoga tersenyum penuh kemenangan. "Lo terpeka Lan!" ucap Yoga memukul bahu Mylan dan meninggalkan Mylan bersama Kania.

Kania menghela nafas panjang. "Lo kan bukan murid kelas XI IPA 2."

Painful✔️[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang