Suara dari speaker bandara, terdengar jelas. Aku terburu saat melihat jam pukul 9 malam, sedangkan keberangkatanku harus lebih awal dari ini. Menarik koper ku dengan cepat, kebiasaan berkali yang selalu seperti ini, aku menepuk kepalaku saat itu juga.
Aku membereskan semua, tepat waktu kali ini namun rasanya masih terburu dan tidak ada kata santai untukku malam ini. Membuka perlahan tas yang aku taruh di pundak, mengambil headset yang ingin aku pasangkan pada ponsel. Binder itu, dengan ukuran persegi dengan sampul hitam yang aku hias dengan mawar. Tersenyum sedikit namun sakit untuk aku ingat kembali.
Saat itu, yang aku ingat hanya dia. Dia yang mampu membuatku terpuruk merasakan cinta yang salah, tanpa ku sadari mungkin tuhan kirim dia untuk membenarkan kalimat takdir cintaku.
🌯
"udah siap? lama banget sih kayak putri solo" ucap Ska, Aqsa nama benarnya
"ayo dong sayang kasihan Aqsa udah nunggu tuh" Mami sembari memasang dasi abu ku
"biarin" kataku melirik Ska dingin
"dah mi" kata skaSka, 3 kata bermakna salah. Namanya terlalu sulit untuk aku ucap sedari dulu, dengan wajahnya sedikit turki, alis yang begitu tebal dengan bantuan kacamata, anaknya sangat jahil entahlah menyebalkan sangat.
Mami menyuruhku selalu dekat dengan ska, pulangpun harus dengan Ska.
"harus banget apa lo ikutin gue terus?" kataku, Ska yang jalan tepat disampingku di lorong sekolah
"gue? ngikutin lo?"
"mimpi" Ska merubah haluan jalannya, aku lurus dan Ska belok ke kanan
"nyebelin banget" gerutu ku pelan"qil" teriak seorang perempuan yang buatku menoleh, berlari ke arahku
"tunggu" lanjutnya, namanya Adin seperti yang aku bilang, aku sulit memanggil orang dengan nama aslinya, nama lengkapnya Adyla namanya simple namun aku punya kekurangan tertentu, iya seperti salah.Kebanyakan orang memanggilnya di, hanya aku seorang yang memanggilnya berbeda. Adin, wanita yang ku temui sedari putih biru, sangat dekat sampai akhirnya adin ingin memperpanjang keakraban, sampai masuk putih abu masih bersamaku
"berantem lagi sama Aqsa?" kata Adin saat tiba disampingku
"biasa aja" kataku meraih ponsel dari kantong rok ku
"buat gue aja deh mendingan"
"ambil gih" aku dan Adin, berjalan menuju kelas yang sebentar lagi akan ada bel masuk.Mami membuat sarapan untukku, pastinya tak lupa untuk Ska. Ya begitulah mau tak mau harus menemui Ska, walau tidak sekelas pun aku dengannya. Langkahnya sudah aku tebak, dengan wajahnya yang teramat dingin, ku lihat berjalan menuju pintu kelas, aku berpura tak melihatnya. Tepat, Ska duduk di bangku tempat Adin. Sialnya adin selalu makan di kantin kalau istirahat datang.
"mana" katanya tanpa basa basi, aku menolehnya sinis seperti biasa membagi bagiannya
"kalo lo lagi marah gini, gue makin suka" kata itu yang selalu Ska ucapkan, cowo sepertinya tak pernah jatuh cinta, yang ada hanyalah play station yang penuh dikamarnya. Tak lama ska menyantap makanannya, tak sadar aku melihatinya
"kenapa? baru sadar kalo gue ganteng?" ih. aku mengangkat alis menoleh pandanganku darinya
"makan Aqila, nanti sakit"
"sok sok an peduli" kataku sembari memainkan ponselku
"peduli ko, lo aja ga sadar sadar" kata Ska, aku mematikan ponselku, menatapnya langsung 'apa?' dengan isyarat mata
"kalo lo sakit gue juga yang kena sama mami" selalu ungkit mami, Ska namanyaAdin datang dengan teman kelasku yang lain, Adin sedikit suka saat memandang wajah Ska,
"udah lama disini?" kata Adin membuka obrolan baru, Ska hanya mengangguk
"gue kekelas qil" Ska menutup bekel makanannya, menaruhnya dimeja ku, tanpa menatapku, Ska pergi begitu saja
"masih aja sih qil temen lo itu" Adin menggantikan posisi duduk kala tadi
"dia gak dingin ko din"
"sama lo engga, sama gue? sama yang lain?"
"ayolah wake up Skyva Aqila"
"dia itu spesial" lanjut Adin
"ssst diem ada guru" lanjutku
KAMU SEDANG MEMBACA
sekiranya, hampir. [completed]
Teen FictionManusia bodoh yang benci bisikan semesta, kehilangan sebuah yang sangat berharga. Suatu masalah yang terbesar untuk Aqila. Benua; jangan hilangkan dia dari suatu tempat, biarlah dia bersemayam walau bukan dengan ku. #2nd finished story