Bab 20

16.7K 1.3K 88
                                    

Bayu menatap foto balita yang ada di ruang keluarga, balita itu sangat cantik dan imut. Bayu sungguh gemas melihatnya, garis wajah balita itu mengingat Bayu pada seseorang. Najma, ya wajahnya mirip dengan Najma. Foto ini, pasti Najma saat masih kecil.

Jika nanti anaknya mewarisi gen Najma, pasti dia nanti akan seimut balita yang ada di foto ini. “Bayu...!” seruan dari arah dapur, memaksa Bayu untuk berhenti memandangi foto itu. Segera Bayu menghampiri sang pemilik suara.

“Aku kepingin jeruk, kamu petikan dong.” Najma menunjuk buah jeruk yang bergelantungan di atas pohon tepat di belakang dapur. Pohonnya tidak terlalu tinggi, diraih menggunakan tangan pun buahnya dengan mudah dapat diambil.

“Ini masih pagi. Kamu sudah mau makan yang asam-asam,” ujar Bayu.

“Ini anakmu yang minta Bayu,” ucap Najma dengan ekspresi cemberut. Kalau sudah berhubungan dengan anaknya, Bayu mana mampu menolak, ia pun segera mengambil buah jeruk yang diminta Najma.

"Hari ini kamu tidak kerja?" tanya Najma melihat Bayu nampak santai.

"Aku hari ini libur." Najma mengangguk mengerti, ia menikmati rasa asam buah jeruk yang menggoyang lidahnya.

"Kemarin aku habis jalan-jalan tidak jauh dari sini aku menemukan tempat yang bagus untuk foto," ujar Bayu.

"Lalu." Najma menanggapi dengan  acuh.

"Aku ingin mengajakmu berfoto di tempat itu." Bayu dengan ragu mengutarakan niatnya.

Najma menghela napas, tanpa dijelaskan secara panjang lebar ia tahu tempat yang dimaksud Bayu. Dan yah tempat itu memang bagus untuk dijadikan latar belakang foto. “Baiklah. Kuharap hasil  fotonya nanti bagus,” ujar Najma. Sedikitnya ia tahu kalau Bayu hobi dengan fotografi.

*****

Bayu menggenggam tangan Najma menuntun wanita itu agar mengikuti langkahnya. Ia tersenyum kecil merasakan betapa lembut tangan Najma yang berada di genggamannya. Bayu bahkan khawatir kalau tangannya yang kasar akan melukai telapak tangan wanita itu.

"Aku bisa tebak. Tempat yang kamu maksud pasti padang ilalang yang ada di belakang kebun itu kan," kata Najma, membuka pembicaraan lebih dulu.

"Ya kamu benar, sepertinya kamu tahu betul lokasi di sekitar sini."

Najma mengedikkan bahunya, "waktu kecilkan aku tinggal disini, tentunya aku tahu tentang daerah sini."

"Kalau boleh, bisakah kamu ceritakan sedikit tentang kehidupanmu padaku." Najma terlihat menghela napas berat. Ia rasa membagi sedikit cerita kehidupannya pada Bayu tidak masalah.

"Kamu tahu Bayu dari kecil aku kesepian. Aku tidak punya Kakak atau Adik yang bisa kuajak main. Aku memang punya banyak teman, tapi aku tahu kalau mereka tak tulus berteman denganku." Meski kalimat itu diucapkan dengan santai. Namun Bayu dapat menangkap kesedihan dari raut wajah Najma yang berusaha disembunyikannya.

"Lalu bagaimana persahabatanmu dengan Jihan?"

"Jihan pengecualian. Dia satu-satunya sahabat yang ada saat aku terpuruk. Tapi satu hal yang tidak aku suka darinya, aku kesal setiap kali dia menjelekkan Pram. Padahal dia sendiri tau kalau Pram pria yang begitu aku cintai, akuu......" Bayu memotong ucapan Najma

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang