Chapter 10: Dating? We're Just Friend

1K 19 3
                                    

Niall’s POV

“Ugh, what time is it?” ucapku mengucek mataku sambil mengambil ponselku di atas meja, “it’s still half past five….. what?!” seruku lalu berlari keluar kamar. Aku hampir lupa dengan janjiku pada Jasmin. I’m sorry, Jasmin if you’re waiting so long for me.

“Hey, what happen? Something wrong?” tanya seseorang di dapur ketika aku berjalan melintasi dapur menuju kamar mandi.

“Hah? Jasmin?” tanyaku kaget mendapatinya tengah menyuci piring-piring di dapur.

“What?”

“Haaa…….. no. Nothing,” jawabku sambil menggaruk-garuk kepalaku, “ready for walk around here?” lanjutku bertanya padanya.

“I’m ready since for long time ago,” ucapnya memberikan secangkir teh padaku.

“Wait for me. I will take a bath for a while,” balasku setelah menegak secangkir teh hangat lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Sekitar kurang lebih 10 menit, aku kembali ke kamarku dengan pelan-pelan agar tidak membangunkan Liam yang masih tertidur. Aku mengambil hoodie berwarna hitam dan sebuah syal yang kurasa cukup untuk menghangatkanku.

“Come one, Jasmin,” ucapku membuka pintu rumah kepada Jasmin yang membawa kameranya. Begitu pintu kubuka, seluruhnya telah berubah menjadi putih secara keseluruhan. Pemandangan biasa bagiku tapi tidak biasa baginya.

“All of the land is so white,” serunya sambil melihat keadaan sekitar terus memfoto dengan kameranya.

“Hey, we start to walk around,” ajakku sambil menunjukkan keadaan sekitar sini ketika musim salju berlangsung. Sesekali dia memfoto ku dengan keadaan yang tidak kuasadari. Kuminta agar dia menghapusnya tapi apa daya dia tidak mau. Hahaha, ini penuh tawa sekali.

“Erase that photo, Jasmin!” pintaku mengejarnya ketika dia lagi-lagi berhasil memfotoku disaat gayaku benar-benar kacau.

“Hahaha, I won’t, Niall,” jawabnya sambil berlari dari kejaranku. Aku terus mengejarnya tapi tiba-tiba dia terjatuh di bawah pohon dekat taman.

“Jasmin! Are you ok?” tanyaku khawatir sambil berlari ke arahnya, “AHAHAHAHA, your face hahahahaha!” tawaku sekencang mungkin ketika wajah Jasmin penuh dengan salju.

“Oh shut up, Niall!” ucapnya lalu memukul kakiku sembari membersihkan wajahnya.

“Aw! Ahahaha, sorry girl but that’s the truth,” balasku lalu membantunya berdiri. Aku membantu membersihkan majahnya dengan tanganku. Aw, she’s got blushing. It’s cute.

Jasmin’s POV

“Th-thanks, Niall,” ucapku berterima kasih ketika secara tiba-tiba dia membersihkan wajahku. Wajahku seketika itu pun menjadi merah. Dan yang lebih parahnya kurasa dia menyadarinya. Stupid you Jasmin.

“You’re welcome, girl. Hey, I like your face when you’re get blushing! Am I look so hot?”

“Stupid you Niall!” balasku sambil mengejarnya yang mendadak berlari ke lain arah. Aku berusaha mengejarnya tapi apa daya aku tidak akan mampu.

“Come here, stranger!”

“I won’t, little girl ahahaha!” dia terus berlari. Aku tentu tidak kehabisan akal. Kuambil sebongkah tumpukan es di atas tanah dan kulempar ke arah Niall. Strike! Hey, I’m a professional shooter!

“Aw! Hey kau licik!” serunya sambil memegangi punggungnya. Aku berjalan ke arahnya dan berbicara tepat di depan wajahnya.

“Kau tidak berkata bahwa ini pertarungan tangan kosong, kan?” balasku. Entah hanya perasaanku saja atau memag wajahnya memerah?

When Asphodel Start to BloomWhere stories live. Discover now