"Jadi maksudnya gimana?" tanya Yerin.
"Maksudnya kamu jangan deket-deket sama tukang ojek itu, saya cemburu."
"Terus kalo aku udah nggak deket, masnya mau gimana?"
"Ya gak gimana gimana, cuma seneng doang."
Yerin mengambil napas panjang, mengapa seorang laki-laki bisa berbicara semudah itu tanpa memikirkan bagaimana perasaan lawan bicaranya.
"Karena aku nggak berniat buat bikin Mas Hanbin seneng jadi aku bakal tetep deket sama Mingyu," ujar Yerin lalu berjalan menuju kamarnya. Sang suami justru sedang menahan amarah ketika melihat wajah Yerin yang penuh dengan ledekan.
Ketika Yerin sudah berada di ambang pintu kamarnya, dia melihat ke lantai bawah untuk menatap Hanbin. "Mas tadi Mingyu tanya, boleh gak dia pdkt-an sama aku?" nada bicara Yerin seperti orang yang menyindir.
"Kamu jawab apa?!" sahut Hanbin dari bawah.
"Belum aku jawab sih soalnya lagi mikir, mau pilih jadi cewe rendahan yang pacaran sama orang pas punya suami atau jadi cewe yang punya suami rendahan karena pernah pacaran sama orang pas udah punya istri, terang-terangan lagi pacarannya."
Hanbin terdiam sejenak, "Bisa kamu lupain hal yang satu itu?"
"Hmm, aku suka berimajinasi jadi kejadian-kejadian unik kaya gitu aku manfaatin buat mengimajinasikan gimana tololnya muka Mas Hanbin waktu itu," Yerin menarik nafas untuk menahan tangisnya, "dan kayanya nggak bisa aku lupain."
Suasana rumah yang semula terisi suara sepasang suami istri berubah menjadi sunyi bahkan suara semut sekalipun dapat terdengar jika saja mereka berbicara.
"Mas tau gak? Muka mas waktu bilang aku itu adik sepupu mas, muka mas waktu bilang gak apa-apa jadi orang rendahan, muka mas waktu lagi ngobrol sama mba Jenny, muka mas waktu bentak aku dan suruh aku buat tutup hati aku, semua muka mas di situasi itu kaya orang bego yang tidak mencerminkan seseorang yang punya harga diri."
"Yerin, kamu masih marah?"
"Aku nggak marah, aku juga cemburu."
Keduanya bertatapan untuk waktu yang cukup lama, Hanbin sendiri sedang gugup ketika dirinya menatap Yerin dengan intens. Hanbin baru menyadari kalau Yerin itu punya bibir yang bikin dia tambah manis. Hanbin nggak tau aja kalo bibir itu bisa ngeluarin ratusan juta kata per harinya.
"Jadi, Mingyu boleh pdkt-an sama aku?" tanya Yerin.
Hanbin tidak menjawab, dia melangkah untuk sampai di tempat Yerin berada. Sepasang suami istri itu berhadapan, Hanbin meremas pundak Yerin.
"Kamu itu polos atau pura-pura bego? Saya udah bilang kalo saya cemburu! Kamu itu milik saya, udah bukan janji palsu tapi janji di depan penghulu!"
Hanbin memasuki kamar Yerin lalu mendorong gadis itu ke tempat tidur.
SKIP
"Kamu suka apa?" tanya Hanbin saat Yerin mengoleskan selai blueberry ke rotinya."Apa? Makanan, pakaian, atau apa?"
Hanbin menggaruk lehernya yang tak gatal, "Kamu suka bunga?"
"Suka sih tapi kalo masnya kasih aku bunga untuk menandakan bahwa mas sayang aku, maaf aja nggak aku terima."
"Kenapa?" kening Hanbin mengekerut.
"Menurutku sih bunga itu mudah layu, kalau mas kasih bunga ke aku sebagai tanda rasa sayang berarti akan ada saat dimana rasa itu layu layaknya bunga."
Hanbin baru ingat bahwa istrinya adalah mahasiswi jurusan sastra yang sudah sangat menyukai bidangnya tersebut.
"Kalo gitu, setiap layu saya kasih yang baru. Filosofinya, kalo perasaan saya ke kamu sudah layu maka saya bakal perbaharui asal kamu bilang."
Yerin tersenyum, "Iya."
"Ayo berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination - Hanbin Yerin✔
Fiksi PenggemarIt's about those who live between imagination. Fanart pada cover by: @yow_ooo (instagram) Rank: #68 di Gfriend 20/10 #75 di fiksipenggemar 20/10