Little Guardian (SungRen)

6.8K 476 106
                                    

Jutaan meter kubik air turun dalam serentak membasahi bumi, menciptakan pola lingkaran kecil yang terbentuk akibat benturan air yang jatuh dari langit. Padahal langit begitu indah melukiskan warna birunya sepanjang mata mampu melihat namun hujan yang cukup awet menyebabkan banyak gerutuan kecil di seluruh penjuru Gyeonggi. Seperti salah satunya di sekolah menengah umum khusus laki-laki, Seongnam high school.

Waktu sedang tidak begitu memihak pada mereka -yang ingin segera pulang meninggalkan sekolah yang telah mengambil separuh kehidupan. Gempuran air hujan turun menghadang siswa untuk tertahan di pelataran sekolah. Setengah siswa masih berjubel memenuhi pintu depan masuk, meski ada sebagian lagi yang memilih bertarung di bawah guyuran air karena merasa jengah menunggu hujan yang tak kunjung reda sejak 52 menit lalu.

Jisung masih berdiri di barisan paling belakang kerumunan para siswa. Rintik air di depan sana bukanlah sebuah alasannya masih terpaku di tempat jika ada sebuah payung di genggamannya. Bukan karena hujan itu yang menahannya tetapi sosok lain yang menatap gelisah setiap tetes air hujan yang kian lama makin deras.

Berdiri di ujung kiri sendirian sambil mencondongkan badan ke depan menengadah pada langit. Berharap awan nimbostratus berhenti menumpahkan airnya.

Dia adalah sosok yang jisung perhatikan sedari tadi.

Seseorang dengan kilau di matanya sehingga kadang kala Jisung menemukan bayangannya terpantul jelas setiap kali mereka berhadapan.

Sudah lumayan lama Jisung memperhatikannya sejak bel berbunyi. Bukannya tidak berani menghampiri, bahkan di detik itu pun kalau Jisung mau ia bisa saja berjalan ke sisinya. Hanya saja, tak ingin begitu dramatis namun ia sedang memanfaatkan uluran waktu yang disediakan Tuhan untuk menikmati keindahan makhluk ciptaanNya.

Ah sebenarnya ada yang sedikit lucu selama Jisung menaruh perhatian padanya. bagaimana tubuh mungil itu berusaha keluar dari kerumunan siswa lainnya yang memiliki tinggi lebih dan berdiri di paling ujung depan sana agar terhindar dari dorongan sesaknya siswa-siswa yang berkumpul. Padahal jika Jisung teliti lagi, rata-rata siswa yang berkumpul di sini seangkatan dengannya, siswa akhir kelas tiga. Tapi memang bukan rahasia lagi kalau dia memiliki kekurangan tinggi yang nyatanya bagi Jisung adalah daya tarik paling menggemaskan.

Tenggelam dalam memori yang menariknya kembali untuk mengingat sebuah pertemuan. Pertemuan pertamanya sekaligus dimana hatinya terperangkap dalam mata yang sebening itu.

Kenangan masa lalu yang tak pernah pudar sedetik pun di ingatan Jisung. Setahun ke belakang saat ia masih menyandang status anak baru di sekolah khusus anak laki-laki. Berlangsung ketika musim semi, kala kuncup bunga sakura mengembangkan kelopak indahnya.

Memilih ekstrakulikuler menjadi hal wajib, setidaknya memiliki salah satu kegiatan lain sebagai penunjang keaktifan dalam berorganisasi. Banyak sekali ekstrakurikuler yang ditawarkan kala itu tapi Jisung tak butuh waktu lama berpikir dan langsung menempatkan pilihannya pada ekstrakulikuler basket. Yang kebetulan salah satu pengurusnya adalah tetangga yang ia kenal pula. Jadi mungkin Jisung tidak akan canggung lagi memberikan formulir pendaftarannya. Namun Jeno, tetangganya sekaligus pengurus organisasi basket sedang disibukkan dengan turnamen persahabatan antar sekolah yang diadakan dadakan. Mau tidak mau Jisung harus menyerahkan formulirnya pada kepengurusan lain.

"Jeno hyung bilang pengurus lainnya sedang menunggu di perpustakaan?" dahinya sedikit mengernyit. Jisung kembali meneliti pesan yang disampaikan Jeno padanya tetapi ia benar-benar tidak salah membaca jikalau pengurus basket menunggunya di perpustakaan.

Pengurus basket? di perpustakaan? Bukankah bisa saja mereka menunggu di sekretariat basket tapi mengapa harus di tempat yang bukan tipikal anak basket sekali untuk datangi?

A Daily Doze of Renjun (All X Renjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang