8. Dia Kamu

2.8K 145 0
                                    

"Apa maksud kakak? Jangan bercanda deh kak. Sikap 'Dia' yang kakak selalu gambarkan sangat berbeda dengan sikap Risya. Astaga, itu tidak masuk akal kak Raffa." ucapnya diakhiri kekehan ketidak percayaannya.

"Kakak serius Sya. Dia itu kamu. Jika saja dengan menatap mata kakak kamu dapat melihat kesungguhan ucapan kakak, maka lakukanlah. Tetapi, itu akan membuat Allah murka pada kita." aku rasanya ingin sekali memberi bukti kuat pada gadis yang sebentar lagi akan menjadi milikku.

"Gimana bisa aku percaya kalau 'Dia' itu aku? Sementara pikiranku selalu membayangkan gadis lembut nan baik hati seperti 'Dia' yang kakak maksud. Risya benar-benar tidak percaya." astaga Risya, kamu membuat kakak pusing.

"Hm, baiklah. Kakak rasa kamu belum saatnya untuk percaya. Nanti akan ada waktu di mana kamu percaya padaku." ucapku ingin mengakhiri pembicaraan membosankan ini. Gimana pun Risya tidak akan percaya untuk saat ini.

Aku tahu aku salah karena terlalu terlambat mengatakan kebenarannya. Itu semua karena dulu aku sangat-sangat tidak percaya diri untuk mengungkapkan semuanya padanya, dan sekarang aku menyesal. Tetapi biarlah, toh aku pasti bisa membuktikannya nanti.

Allah pasti akan memberiku kesempatan untuk membuktikan semuanya padamu. Aku akan membuktikannya, percayalah.

"Tiba-tiba ngomong asal, sekarang malah melamun eh" cerocos Risya. Kecerewetannya tidak pernah berubah ternyata. Dan aku memang rindu itu.

"Maaf Sya, kan tadi kakak udah bilang kalau ada masalah perusahaan."

"Kan tadi juga Risya udah bilang jangan terlalu dipikirkan, nanti kesehatan kakak terganggu."

"Iya, aku minta maaf."

"Hobi banget sih minta maafnya. Dikira Risya orang yang apa coba sampai minta maaf keseringan gitu. Tanpa minta maaf udah dimaafin." kalau suaranya sudah naik seoktaf harus ada tanda hati-hati, itu artinya bentar lagi akan ada acara mendiamkan. Ya meskipun naik seoktaf tetap suara dia terdengar lembut.

"Iya, kan cuma minta maaf. Kenapa kamu nggak suka kalau aku minta maaf?" keherananku harus segera diakhiri.

"Ya nggak suka aja. Jadi jangan terlalu sering minta maaf."

Risya memberi sedikit jeda lalu, "Karena sumber semua kesalahan adalah aku." lirihnya yang masih bisa terdengar olehku.

Aku sudah tidak bisa lagi memberi masukan atau pun menanggapi ucapannya. Sekarang juga dia sudah diam, hanya helaan nafasnya yang terdengar.

*****

Re-update! Versi revisi di beberapa bagian.
Jangan lupa tekan bintang dan beri komentar :*

Follow ig:
@nelaarosa / @nelaa.rosa

Beberapa part ada yang pendek karena penyesuaian judul. Makasih.

Salam Cinta,
Nela Rosa

Setulus Rasa (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang