"Ahh... maaf aku lancang namaku Valeria Britssen" Ia memandangku aneh aku tersadar aku salah mengucapkan nama
" Bukan... bukan Namaku Valeria Van Loen salam kenal" Ia tertawa karena kebodohanku itu
"Kamu lupa namamu sendiri?" Aku otomatis mengaruk tengkukku yang tidak terasa gatal
" tapi tunggu Van Loen? putri dari Wilian Van Loen?" dia nampak terkejut
" Hmm.... Kenapa? "
"Tidak.... apa kamu tidak takut orang- orang akan mengunjingkan dirimu karena berbicara padaku?" Aku heran mengapa anak ini berkata seperti itu?
"Takut? untuk apa? aku tidak perduli kata orang lain... toh aku tidak akan mati jika tidak mendengarkan kata oranglain kan?" ia tersenyum
"Kamu benar seandainya semua orang berpikiran sepertimu"
"Ohh iya namamu siapa?" ia tersenyum. Oh tuhan dia tampan sekali
"Aku Dimas. Dimas Van Dijk" dia mengururkan tangannya aku terkejut kemudian aku merasakan cairan kental mengalir dari hidungku, kepalaku pusing tiba-tiba semuanya gelap.
***
Aku merasakan pening di kepalaku. entah kenapa aku bisa berada di kamar. Seingatku tadi aku tengah bercakap-cakap dengan seorang laki- laki... laki-laki itu.... Dimas. Iya laki-laki itu Dimas Van Dijk dan kemudian Aku tidak ingat apa-apa lagi setelahnya.
CEKLEK
"Kamu sudah sadar?" Mama masuk ke kamarku
"bagaimana Valeri bisa disini mama?" aku bertanya pada mama
"Dimas membopongmu kesini" Aku teringat sesuatu
"Mama tidak marah bukan jika aku berteman dengan keluarga Van Dijk?" entah mengapa kata itu meluncur dari mulutku Mama mengernyit kemudian,Mama tersenyum
"Kenapa Mama harus marah?, Dimas begitu baik hati, dia rela membopongmu hingga sampai kesini" Mama tersenyum
Aku tersenyum" mama sudah dengar bukan tentang keluarga Van Dijk?"
"Ah.. Mama tidak begitu perduli dengan gunjingan orang lain tentang keluarga Van Dijk, Mama kan tidak dirugikan oleh mereka"
"Bagaimana dengan Papa?"
"Papamu tengah mengantar Dimas ke kediamannya mengunakan Sado" Aku bernafas lega, setidaknya mereka tidak melarangku berteman dengan Dimas
"Bagaimana kamu bisa tahu tentang keluarga Van Dijk, Bukankah kamu sedang lupa ingatan Valeri?" mama menatapku dengan curiga
Aku gelagapan bagaimana aku bisa sebodoh itu? mengutarakan pendapatku sementara aku kini tengah lupa ingatan dimata mereka "Err... aku mendengar dari teman-temanku disekolah mama, mereka tidak mau berteman dengan Dimas hanya karena Dimas mengunakan nama Inlander" Semoga mama percaya batinku
"kamu tidak boleh seperti mereka Valeri, Dimas hanya mengunakan nama Inlander bukan berarti dia inlander bukan? Dia sama seperti kita, kamu juga tidak boleh membeda- bedakan antara Londo dan Inlander kita sama- sama mahluk ciptaan Tuhan. Besok kamu harus berterimakasih pada Dimas" Aku menganguk
"Sekarang istirahatlah mama akan membantu para bedinde untuk memasak" aku bersyukur pada tuhan setidaknya keluarga Van Loen bukan keluarga sombong yang membeda - bedakan antara orang Londo dan Inlander. Aku juga bersyukur mama dan papa tidak memandang keluarga Van Dijk seperti orang- orang.Aku bertekad akan membantu Dimas agar dia tidak menyukai Elizabeth Bouwer dan berakhir dengan kematian Dimas. aku akan berusaha agar keluarga itu tidak hancur dan tidak berakhir tragis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas Van Dijk
FantasyDimas Van Dijk adalah seorang remaja keturunan Belanda yang hidup di Indonesia pada masa penjajahan. Seorang yang menjadi alasan balas dendam dari seorang Ivanna Van Dijk, tak begitu banyak cerita yang mengalir tentangnya. Membuatku penasaran tentan...