Ketika itu, aku duduk dipantai. Memandang ombak, menanti bersinarnya mentari. Ditemani angin pantai yang bertiup kesana-kemari. Pagi itu dingin. Terasa dibadanku hingga meninggalkan gigil. Dan aku sesekali merasa hatiku pun demikian. Ahh, menurutku tak hanya sesekali. Ini terjadi begitu sering. Entah apa yang terjadi padaku.
Manusia-manusia disini lalu lalang silih berganti. Nyatanya aku hanya sedang menunggu seseorang. Seseorang yang barangkali tak akan pernah datang untuk diriku. Dia. Berkali-kali aku menengok ke arah kanan kiri. Dann. . sepi sendiri. Nyatanya tak seorang pun ku kenali. Selain teman karibku yang sedang mandi di laut. Ahh. . ku biarkan mereka bahagia.
Harap-harapku seseorang menepuk pundakku. Menyapa sembari melempar senyum. Dia duduk disampingku. Dan nyatanya aku tak menolak kehadirannya. Dimana seperti halnya dua kutub magnet yang saling tarik-menarik. Aku tidak ingin jauh darinya. Dan kami merencanakan hidup berdua dimasa depan. Sembari menikmati suasana pantai pagi ini aku pun bersandar dibahunya. Melepas lelah yang sempat ku tahan-tahan sebelumnya.
Aahh. . apa yang terjadi pada diriku. .?? Nyatanya khayalanku terlalu tinggi. Dan sekali lagi yang terjadi disini hanya sepi sendiri. Sepi ditengah keramaian. Aahh. . mungkin aku sadar ada yang kurang..!!
Cemara Sewu, 22 Juni 18
KAMU SEDANG MEMBACA
Konspirasi Rasa
PoetryTentang bahagia dan air mata. Tentang cinta yang tak pernah terbalaskan dan tak pernah terungkapkan. Ajari aku bagaimana cara merangkai kata. Bagaimana caraku menyatakan segalanya. Aku tak mampu mengakuinya. Aku hanya manusia yang tak tau diri. Meng...