Alarm Alicia berbunyi nyaring tetapi sang empunya masih enggan untuk bangun dari tidurnya. Vero yang melihat hal itu hanya geleng-geleng kepala sambil menggumamkan, "Kebiasaan."Pria yang berusia 19 tahun itu berjalan mendekati tempat dimana adiknya bergelud dengan mimpi.
"Dek, bangun udah siang."
Alicia menggeram. Gadis yang memakai piyama itu masih memejamkan matanya bahkan menarik selimut menutupi seluruh badannya, sampai wajahnya sekalipun.
Vero geleng-geleng kepala melihat tingkah adik semata wayangnya ini.
"Dek, bangun! Kamu 'kan harus sekolah! Dek, sudah siang!"
Vero membuka tirai jendela yang menyebabkan cahaya matahari masuk ke kamar Alicia.Alicia menggeliat karena merasa silau.
"Silau kak!" protesnya tanpa membuka matanya. Tangannya bergerak menutupi wajahnya.Vero tidak habis fikir dengan adiknya ini. Dibangunkan saja susahnya nauzubillah. Apalagi bundanya yang harus membangunkannya setiap hari? pasti bisa darah tinggi.
"DEK, BANGUN, NANTI KAMU TERLAMBAT! DEK! Bangun!" teriak Vero sambil menggoyang-goyangkan tubuh Alicia.
Sedetik kemudian, Alicia langsung membuka matanya. Matanya melirik kakaknya sewot.
"Berisik, Kak! Iya - iya Alicia mau mandi dulu," ucapnya sambil duduk di pinggir kasur dengan muka kantuk.Vero terkekeh pelan. Tampaknya adiknya ini kesal kepadanya.
"Yaudah sono mandi. Kakak tunggu di bawah, ya?" Vero berjalan keluar dari kamar Alicia."Hm,"gumam Alicia sambil berjalan ke kamar mandi tanpa menoleh ke kakaknya lagi.
Setelah satu jam, akhirnya Alicia turun ke bawah dan menuju meja makan, dimana Vero sudah berada.
"Pagi Kak," sapanya seraya tersenyum manis dan duduk di kursi depan Vero.
"Pagi juga my princess,"
"Lama amat ganti bajunya," sindir Vero yang tengah menyiapkan makanan yang akan mereka makan.Di rumahnya tidak ada asisten rumah tangga, jadi ia mengerjakan semuanya sendiri. Katanya sih biar mandiri, gentleman, dan menjadi calon suami idaman gitu.
Alicia terkekeh pelan. "Tadi Alicia lupa naruh tasnya dimana Kak, jadi nyariin dulu."
Vero mengangguk-angguk mengerti. Sudah paham dengan tingkah ceroboh adiknya.
"Kebiasaan," gumamnya pelan sambil menarik kursi di dekatnya dan mendudukinya.Alicia menyernyit ketika samar-samar mendengar kakaknya berbicara.
"Apa, Kak?""Hah? eng ... enggak."
Alicia hanya ber oh ria.
"Kak, nanti Alicia ke sekolahnya sama Kak Vero 'kan?" tanya Alicia sambil mengambil makanan favoritnya, nasi goreng ala kakaknya.
Vero menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengambil lauk pauk. Ia menatap Alicia dengan tatapan tak enak hati. Alicia yang merasa diperhatikan, menatap kakaknya.
"Emm ... i-iya." Vero menggaruk tengkuknya. "Tapi maaf ya Dek, Kakak gak bisa daftarin. Kakak ada urusan mendadak, jadi kamu daftar sekolah sendiri gapapa 'kan?"
Terlihat sorot mata kecewa di mata Alicia tetapi dengan cepat tergantikan oleh senyuman.
"Emm ... yaudah deh, gapapa Kak. Lagian 'kan Ayah sudah daftarin Alicia sama kepala sekolahnya. Katanya, Alicia tinggal ngasih berkasnya aja.""Iya, kebetulan ayah kenal sama kepseknya," sahut Vero.
Setelah itu mereka makan dengan tenang. Yang terdengar hanyalah suara detingan sendok dan garpu dengan piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firstlove Seorang Iceboy [END]
Fiksi RemajaRaffael Alexander atau biasa dipanggil Raffa. Seorang lelaki yang identik dengan sifat dingin dan cuek, membuatnya mendapat julukan si muka tembok dan si kulkas berjalan. Raffa banyak dikejar gadis-gadis cantik, tetapi dia tidak pernah sekalipun mem...