•••
Terhitung dua bulan sejak pertemuan pertama mereka. Keduanya mulai saling mengenal. Seperti, Yoongi yang mengetahui jika Jimin selalu tidur tanpa menggunakan baju meski saat cuaca dingin. Pria itu juga suka berkeliaran di apartemennya hanya dengan celana pendeknya.
Juga, Jimin yang mengetahui jika Yoongi sangat menyukai warna hitam. Sampai sampai, hampir semua barang miliknya berwarna hitam.
Tak perlu menyampaikan perasaan secara gamblang. Cukup dengan Jimin dan nyanyiannya serta Yoongi dengan sikapnya. Baik Jimin maupun Yoongi, mereka tau jika mereka sudah terikat.
"Bagaimana jika ku katakan kau adalah takdirku?"
Suatu hari, Jimin pernah bertanya. Mengundang tanda tanya besar di kepala Yoongi. Tumben sekali pria itu membahas 'takdir'?
"Aku percaya takdir."
Jimin tersenyum. Merapatkan duduknya dengan Yoongi. Meraih wajah pucat pria itu untuk di bawa pada cumbuan halus. Bibirnya melumat bibir tipis Yoongi. Begitu ciuman itu terlepas, Jimin tak memberi jarak. Berbicara tepat di depan bibir Yoongi.
"Hidup bersama? Sampai mati?"
Yoongi menyembunyikan keterkejutannya. Jimin berkata tentang 'mati' seolah olah ia tau ia dan Yoongi akan 'mati' suatu hari nanti. 'Mati bersama', seperti apa yang Yoongi pikirkan sejak lama.
Seakan, mereka memang di ciptakan untuk bersama. Tapi, kematian sudah menunggu di depan mata. Kebahagiaan yang tidak bahagia.
"Ide bagus."
"Can i call you 'sugar', hyung?"
"Whatever you want, Jim."
•••
Pria tampan itu mempercepat langkahnya. Ia hampir lupa janjinya dengan sang boss karena kencannya dengan pria pucat yang di kaguminya.
Memikirkan pria itu membuat sang pria tampan, Jimin, mengulum senyum tipis. Sepanjang hidupnya, ia tak pernah merasakan perasaan yang ia rasakan pada Yoongi. Hidupnya di penuhi dengan pekerjaannya yang menguras tenaga.
Dan kini, Yoongi secara ajaib hadir dalam hidupnya. Takdir yang sudah di rencanakan Tuhan. Bahwa, Jimin Park tentu bisa merasakan apa itu cinta, apa itu sayang. Ia merasa begitu di perhatiankan oleh Yoongi.
Dalam hati ia bersumpah, dengan Tuhan sebagai saksinya. Bahwa, Jimin Park akan melindungi Yoongi Min. Bagaimana pun caranya, apapun rintangannya. Jimin siap kehilangan nyawanya, untuk pria pucat yang di cintainya. Yoongi Min.
"Perhatikan jalanmu, Park."
Jimin seketika berhenti berjalan saat suara yang begitu familiar itu menyapa gendang telinganya. Menatap kedepan, dan mendapati dirinya yang hampir menabrak sang atasan.
"Maaf, boss."
"Langsung ke intinya saja, Jimin. Kau punya tugas. Lusa, kau akan terbang ke Dhubai."
"Dhubai?"
"Malik Ar Rasyid. 30 tahun."
"Tuntas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin [my]
Aksiyon[COMPLETED] Satu tujuan dalam dua naungan. Satu jiwa dalam dua raga. Satu cinta dalam dua hati. Satu nyawa dalam dua tubuh. "Hanya ada dua pilihan, Kau mati, atau aku mati." "Jika kau mati, aku juga harus mati. Sekarang, pilihannya hanya kita...