CHAPTER 17

1.7K 147 13
                                    

Seorang pria berusia sekitar 26 tahun, berlari terbirit-birit berusaha menyelamatkan diri dari sesosok makhluk penghisap darah yang tengah mengejarnya. Makhluk itu yang diketahuinya seorang vampir karena taring-taring yang dimilikinya, membuat si pria sadar bahwa nyawanya berada dalam bahaya. Jika dia tertangkap maka sudah dipastikan darahnya akan dijadikan santapan oleh sang vampir.

Nafasnya sudah terengah dengan peluh yang tak hentinya mengalir dari pelipisnya. Tapi pria itu tidak menghentikan larinya, meski kecepatannya semakin berkurang karena terlalu lelah.

Ketika akhirnya dia sudah tidak mampu lagi untuk berlari, dia memutuskan untuk bersembunyi di semak-semak yang kebetulan dia lewati. Dia berjongkok di balik semak-semak liar itu dan bernafas lega ketika sosok vampir yang mengejarnya tidak memperlihatkan tanda-tanda keberadaannya. Dia pikir mungkin vampir itu sudah menyerah mengejarnya. Dia mengelus-elus dadanya yang masih memburu, berusaha untuk menormalkan kembali hembusan nafas dan debaran jantungnya.

" Sepertinya aku selamat." gumam pria itu pelan masih dengan tangan kanannya yang setia mengelus dadanya.

" Siapa yang selamat? akulah yang selamat karena berhasil menangkapmu."

Pria itu tersentak ketika sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah belakangnya. Suara yang membuatnya terkejut setengah mati sekaligus takut bukan main. Dengan gerakan patah-patah, dia memutar kepalanya guna melihat ke arah pemilik suara itu. Matanya membola ketika sosok vampir yang sejak tadi mengejarnya kini tengah berdiri tepat di dekatnya, pemilik suara tadi tidak lain adalah vampir yang tengah memburunya.

Awalnya dia berniat untuk kembali melarikan diri, namun gerakannya terhenti ketika tiba-tiba dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya ketika tatapan matanya bertemu dengan iris merah milik sang vampir. Tak lama berselang pria malang itupun kehilangan kesadarannya.

***

Ardo Dawson melangkah tegap memasuki sebuah kastil besar dengan menggendong seorang pria di pundaknya seolah bobot pria itu seringan bulu karena dia tidak terlihat kerepotan sama sekali.

Dia menghentikan langkahnya ketika tiba di depan sebuah pintu berukuran besar. Dia ketuk pintu itu, dan membuka pintu begitu sebuah suara dari balik pintu terdengar mengizinkannya untuk masuk. Terlihatlah Nick dan Rose sedang duduk santai di dalam ruangan itu.

" Aku sudah membawakan pesananmu." Ucap Ardo sambil menjatuhkan dengan kasar pria yang berhasil ditangkapnya tadi di lantai. Nick menyeringai puas melihatnya.

" Kerja bagus, kau memang paling bisa diandalkan." Sahut Nick tampak puas dengan hasil kerja Ardo. Dia memang menyuruh Ardo untuk menangkapkan seorang manusia untuknya, manusia itu harus seorang pria karena dia sudah merencanakan sesuatu pada pria itu.

" Aku penasaran kenapa kau menyuruhku menangkap seorang pria, biasanya kau lebih senang jika mangsamu seorang wanita muda dan cantik?" sahut Ardo lagi merasa heran dengan permintaan Nick yang tidak biasa menurutnya.

" Karena dia tidak akan aku gunakan untuk bersenang-senang. Tapi untuk membunuh seseorang." Ardo hanya mengernyit mendengar penjelasan Nick yang masih ambigu menurutnya. Dia berpikir, memangnya siapa yang ingin Nick bunuh sampai harus memanfaatkan manusia yang ditangkapnya?

" Kau boleh pergi Ardo. Terima kasih untuk bantuanmu." Ujar Nick yang dibalas Ardo dengan mengendikkan bahunya. Tak ingin ikut campur dengan urusan Nick yang tampaknya memang tak berniat melibatkan dirinya dalam rencananya, Ardo memilih untuk beranjak pergi dari sana. Sebelumnya dia membungkukkan tubuhnya memberikan penghormatan pada Rose yang merupakan nyonya besar di kastil ini, selain itu dia juga istri dari pemimpin clan Dawson.

THE DAWSON CLAN {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang