Melupakan masa lalu merupakan hal yang sulit
tetapi mengapa mengingatnya mudah saja?
Lantas, apa yang perlu kuperbuat jika diheningnya malam aku teringat padamu?
Wajar saja kah bila dalam diriku masih merindukanmu?
Waktu menunjukkan pukul 05.00 pm, itu artinya Adreena harus kembali ke istananya saat itu juga. Namun, tidak untuk sekarang. Dimana saat ini ia harus bergelut dengan setumpukkan lembar kerja yang harus ia data sekarang. Lelah? sudah pasti ia rasakan.
"Astaga, jam berapa aku akan pulang ini?" dengan jari jemari yang masih menari indah di-keyboard.
Tak lama setelah itu terdengar dering handphone, tertera nomor yang asing bagi Adreen. Itu tandanya tak tersimpan nomor itu di kontaknya. Dengan perlahan jari Adreen mengetuk layar canggih dan menggesernya.
"Selamat sore menjelang malam. Dengan siapa?" Ucap Adreen ragu-ragu.
"Halo? Ini Adreen kan?" bukannya menjawab pertanyaan Adreena, orang itu justru balik bertanya.
"Benar. Ini dengan siapa?" kata Adreen membenarkan pertanyaannya.
"Apa kau tidak mengenal suaraku?" tanya seseorang di kejauhan sana, suaranya berat cenderung mengarah kepada suara lelaki.
"Darimana kau dapat mengenalku? Ayolah kau daritadi belum menjawab pertanyaan ku sedangkan kau juga terus melempar pertanyaan" Adreen mengoceh dengan kesal. Jika ia sedang kesal, maka akan banyak kata-kata yang ia keluarkan seperti sebuah rintikan hujan yang bisa muncul tiba-tiba.
"Kau masih sama dengan Adreenku yang dulu" terdengar suara tertawa dikejauhan sana.
Seketika, tenggorokan Adreena tidak bisa menelan Salivanya. Pikirannya terus mencoba mencari siapa orang yang sebenarnya dapat ia kenal. Sesekali ingin sekali rasanya menebak orang itu. Namun, ia urungkan jika salah akan menambah masalah pikirnya.
"Bagaimana...?" tanya Adreen.
"Bagaimana kau akan mengetahuinya? Astaaga... kau melupakanku Adreena" potongnya.
"Ayolah yang jelas! Ini buka saatnya menjawab teka-teki"
"Baiklah baiklah, aku Dalvine" jika dibayangkan sepertinya lelaki itu sedang tersenyum diseberang sana.
"Aku telah kembali ke Indonesia Adreen, tepatnya 2 hari yang lalu. Tiba-tiba saja aku mengingatmu" ujarnya.
Keningnya Adreena mulai berkerut, memikirkan apa maksud dari kata-kata itu. Dalvine bukanlah sosok orang yang jika berkata tak ada kemauan dibalik kata-katanya. Dalvine pun masih sama walau di mana ia berpijak, walau kapanpun ia berbicara. Menurut Adreena,Dalvine adalah seorang pembohong sekali erbohong tetap berbohong tak ada kata berubah dari seorang Dalvine dengan apan yang telah ia lakukan dulu.
"Hallo? Are You hear me?" tanyanya.
Adreen terus hening tanpa menghiraukan pertanyaan dari kejauhan sana. Nafasnya terasa sesak setelah mendengar nama itu. Kepalanya dipenuhi kenangan masa lalu, ketika orang itu menyebutkan namanya.
Bagaimana tidak bayangkan saja, seseorang yang telah kita lupakan kembali datang. Ketika perasaan kita telah jauh berlari. Menempuh beberapa masa kehidupan. Membangun harapan, dan roboh begitu saja ketika datngnya masa lalu.
"Hallo, apa kita masih tersambung?" tanyanya
"A..i..iya" jawab Adreen tertatih.
Matanya hampir menghamburkan uraian air mata. Tak tau apa perasaanya saat ini. Senang, terharu, atau bahkan sedih tersakiti.
"Aku rasa kamu sibuk ya? Baiklah kita akan lanjutkan besok. Good Luck girl." tutupnya.
Air mata telah jatuh, satu titik dipipinya. Dadanya terasa panas. Sakit, haruskah ia bersyukur, dalam keadaan yang super tiba-tiba ini. Akankah ini pertanda bahwa Dalvine akan kembali dalam kehidupan Adreena. Ini yang Adreena tanyakan, dan akan kah hati Adreena yang telah sembuh kembali dapat terluka bila seperti ini caranya.
******
Langit telah berubah menjadi biru pekat. Menyusuri setiap jalan, membuatnya teringat kembali lelaki yang menelpon tadi. Bertanya kepada hatinya benarkah saat ini ia masih menaruh harapan bersama Dalvine.
Didalam bus, hanya terisi beberapa bangku dan yang lainnya kosong tak berpemilik. Jika tadi pagi ia bersama lelaki asing, maka ia memutuskan untuk hanya sekali saja untuk menumpang dengannya.
Dering handphone Adreena kembali berdering, memecah lamunanya. Nomor tanpa nama telah menelponnya kembali. Nomornya tidak beda dari yang tadi. Ia hapal betul nomornya
"Halo?" sapanya.
"Halo, apakah kau ada waktu besok malam?" tanya suara lelaki itu.
"Tidak ada," ujar Adreena cuek.
"Baiklah, beritahu aku kapanpun ada waktumu," tutup lelaki itu.
Adreena menghela nafas. Tak tau apakah ia harus menerima undangan itu. Malam ini jalanan lengang. Tentu saja, waktu pun juga telah menunjukkan pukul 10.00pm. menyisakan udara dingin yang mengehembus perlahan diluar gedung. Adreena duduk di halte, memandang hilir mudik kendaran melaju di atas normal. Hingga tiba datangnya tumpangan umum untuknya, Adreena duduk dengan perasaan dan jiwa yang lelah.
YOU ARE READING
Akasa Abu
RomanceApa yang kita rencanakan kadang tak sesuai dengan apa yang terjadi. Terlebih hal yang belum pernah kita duga, tetiba menjadi nyata. Entah itu sebuah kebetulan belaka atau apa. Akasa abu, yang berarti langit yang berwarna abu. Benar, awan abu adalah...