Suara petir di malam hari membuat Jiyeon tersentak dan terbangun dari tidurnya. Jantungnya berdetak kencang. Gadis itu memejamkan matanya sembari mengatur napasnya yang mulai tersengal.
"Princess? Kenapa?"
Jimin menyadari pergerakan Jiyeon yang terkesan mendadak. Pasalnya, kepala gadis itu berada di atas pahanya. Jiyeon pun mendudukkan dirinya sembari mengusap kedua kelopak matanya.
"Hujan?"
Jimin mengangguk. "Sudah beberapa jam yang lalu."
"Daddy belum tidur sedari tadi?"
"Insomniaku kambuh, Princess," jawab Jimin. "Kau butuh sesuatu? Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu sampai tersentak seperti tadi."
Jiyeon mengangguk. "Aku mau cemilan... seperti biasa."
Jimin yang mendengarnya pun terkekeh. Dia tahu cemilan kesukaan Jiyeon. Apalagi kalau bukan choco pie. Saat itu, Jimin ingin membuat kopi sebagai teman kerja lemburnya. Tapi malah berujung dengan ketahuannya Jiyeon yang diam-diam memakan choco pie di dapur.
Padahal, dia sendiri yang membuat Jiyeon menyukai choco pie.
"Dengan segelas cokelat panas?"
Jiyeon mengangguk. Jimin pun bangkit dari duduk dan mencium pucuk kepala Jiyeon sebelum meninggalkan kamar. Jiyeon menghela napas dengan panjang. Gadis itu mulai membungkus dirinya dengan selimut. Tatapannya lurus ke arah jendela kaca kamar.
Hujan saja membuatnya rindu pada seseorang.
"Huwa!!"
"Sst.. hei, tenanglah. Aku di sini."
"A-aku takut..."
"Tuan Putri jangan menangis, oke? Aku akan menemanimu."
"Ja-jangan pergi..."
"Princess?"
Jiyeon tersentak. Di depannya sudah ada segelas cokelat panas yang uapnya mengepul dan juga beberapa choco pie. Helaan napas pun lolos dari bibirnya. Perlahan, dia membuka selimut yang menutupi tubuhnya.
"Kau melamun," ucap Jimin sambil mendudukkan dirinya di samping Jiyeon. "Makan dulu cemilannya."
"Peluk."
Sudut bibir Jimin pun tertarik. Kedua tangannya pun melilit perut ramping Jiyeon. Gadis itu sedikit tertarik ke belakang, membuat dirinya berada di pangkuan Jimin.
"Sekarang jam berapa?"
"Hm?" Jimin menatap jam dinding. "Jam dua malam."
"Ah, sudah berganti hari. Sekarang hari minggu," gumam Jiyeon.
"Kau ingin pergi jalan-jalan?"
Jiyeon mengerjap. Tubuhnya pun berbalik dan menghadap Jimin. "Memangnya boleh?"
Jimin tergelak. "Siapa yang melarang, Princess? Jika kau mau, kita akan pergi ke tempat yang kau inginkan."
Jiyeon menggaruk tengkuknya. "Apa... tidak mengganggu pekerjaan Daddy?"
Jimin menggeleng. "Seulgi yang akan mengurusnya."
Karena dia yang menyarankanku untuk mengajakmu jalan-jalan, Princess.
***
"Serius? Dia hanya minta ke Myeongdong?"
"Kapan aku tidak serius, Kang Seulgi?!" Jimin berdecak. "Dia tidak mau jauh-jauh. Aku menurut saja."
"Ingat ikat rambut yang sering dipakainya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] S. Daddy - P. Babygirl
Fanfiction[BACA TERLEBIH DAHULU TRILOGY = SD + BG] S. Daddy [Sexy Daddy] P. Babygirl [Princess Babygirl] Lee Jiyeon -Siswa tingkat akhir- tidak pernah diberi kebebasan dalam mengejar cita-citanya oleh ayahnya. Kerja, kerja dan kerja. Ayahnya selalu saja menek...