"Hei! Di mana pisaunya? Ada yang melihatnya tidak?!"
Teriakan gadis berambut panjang dan dibiarkan terurai menggelegar ke seluruh halaman kos. Dia sedang kebingungan mencari pisau untuk mengiris bawang merah. Gadis itu bernama Sisca, kekasihnya Dede. Terlihat jelas perbedaan antara mereka berdua, Dede berambut kribo sedangkan Sisca berambut lurus alami dan sangat hitam mengilat.
"Tadi aku melihatnya! Dipegang Andre untuk mengupas kulit apel," jawab seorang gadis dari teras, dia Hannah. Tubuhnya gemuk, ia memakai kacamata. Gadis itu sedang menumpuk piring untuk dibawa ke halaman.
"Andre! Ke sini, berikan pisaunya padaku!" teriak Sisca. "Bantu juga untuk menyiapkan nasinya, sudah matang di atas kompor!" Sisca masih saja suka memerintah, dia dulu ketua OSIS sewaktu SMA. Sedangkan Andre masih sibuk mengupas kulit apel.
"Dasar cerewet! Ini pisaunya," Andre mendekat dari bawah pohon jambu ke arah Sisca.
"Sekarang letakkan nasinya di atas meja, biar Hannah dan Rendi yang menata di meja," ucap gadis bersuara lembut dan sangat menggemaskan. Gadis itu bernama Vivi, sepupunya Bobi.
"Siap, Tuan Putri. Nah! Jadi cewek itu seperti Vivi, dong. Jangan galak-galak, cepat tua nanti." Andre mengejek Sisca. Namun Sisca tidak menggubris, dia tetap fokus mengiris bawang.
Aku, Dito, Bobi, dan Dede jatah membersihkan ikan hasil pancingan tadi. Sedangkan Ari bersama Edward menyiapkan api unggun, karena memang sekarang musim kemarau dan hawanya dingin. Langit cerah dengan bintang yang bertaburan indah. Menambah damai suasana.
"Baron! Sudah selesai belum membersihkan ikannya?" Sisca memanggilku dari samping teras, dia berjongkok di depan kompor.
"Sebentar! Masih mau dicuci."
Setelah mencuci bersih, kusodorkan baskom yang berisi ikan tersebut padanya. Sisca memasak ikan dibantu Vivi. Hannah sibuk dengan blender, ia membuat jus apel. Andre mengganggu Sisca yang sedang memasak. Dua ekor ikan berhasil diambil dari baskom oleh Andre. Aku dan anak laki-laki lainnya sudah duduk di kursi plastik, melingkari meja panjang di samping api unggun. Ari mengambil gitar dari dalam kos, dia duduk mendekat ke api unggun.
"Pelan-pelan mainnya. Baru kuganti senar kemarin," celetuk Andre sambil mengipasi ikan yang ditusuk dengan lidi, dia memanggangnya di atas api unggun.
"Iya–iya, bawel! Untuk apa memanggang ikan itu? Bukannya tadi kau hanya mendapat popok bayi," Ari meledeknya.
"Sontoloyo! Tadi aku juga dapat ikan lumayan besar," sahut Andre sambil melempar kerikil ke arah Ari.
Bobi masuk ke dalam kos mengambil pemutar musik milikku. Aku, Dede, Rendi dan Dito bermain kartu remi sambil menunggu hidangan siap. Hannah pergi membantu Sisca dan Vivi setelah menyiapkan jus apel. Beberapa menit kemudian, ikan yang dimasak anak–anak perempuan sudah siap disantap. Mereka membawa ke atas meja.
"Hidangan sudah siap!" ucap Hannah sambil meletakkan mangkuk berisi air untuk mencuci tangan.
Andre langsung berlari menuju arah meja dengan menjulurkan lidahnya. Ari meletakkan gitar dan ikut bergabung. Kacamata hitam milik Ari tetap menggantung di kerah bajunya—meski malam hari—dia selalu saja membawa kacamatanya. Bobi mulai menyiapkan pemutar lagu tanpa kabel milikku. Dia memutar lagu lama yang dirilis sekitar tiga belas tahun yang lalu, miliknya Ed Sharen berjudul Shape of You.
Kami mulai mengambil nasi dan menyantap hidangan yang tersaji. Ada menu tambahan seperti sayur sup yang dimasak Sisca. Andre makan dengan rakus, bahkan sudah tambah satu porsi. Edward terlihat kepedasan, karena tidak biasa makan pedas. Maklum, lidah orang blesteran—pikirku. Hannah sama seperti Andre, dia makan sangat lahap, seolah balapan dengan Andre. Vivi terlihat sangat cantik dan anggun, bahkan ketika dia makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice Schyler (Kalung Antik Terkutuk)
Misterio / Suspenso[Diterbitkan oleh Guepedia] Gara-gara kalung antik yang terkutuk. Baron dan teman-temannya terlempar ke masa lalu. Anehnya kalung itu selalu membawa mereka ke tempat yang penuh dengan bencana. Mereka harus menghadapi tsunami Aceh, letusan Krakatau d...