"Aku bawa moci. Titipan dari mama." Kina mengeluarkan bekal makan siangnya.
"Mama kamu baek banget sih. Tanyain dong, buka pendaftaran nerima anak baru, gak? Kalau iya, aku mau daftar." Mata Arvin langsung berbinar saat menerima sekotak moci yang diberikan oleh Kina.
"Idih, ogah aku sodaraan ama kamu. Ngabis-ngabisin jatah makanan di rumah," ledek Kina seraya menjulurkan lidahnya.
"Nyesel kamu gak punya sodara seganteng aku," ujar Arvin sok sombong.
Baru saja Arvin membuka kotak makanan dari Kina, tiba-tiba ada sebuah tangan buntet yang mengambil kotak moci itu.
"Sampe kapan sih, lo masang muka cengo kayak orang bego tiap kali liat moci?" tanya Galang lalu terkikik geli setelahnya.
"Woy balikin mocinya!" tukas Kina sambil mencoba menggapai-gapai moci di tangan Galang yang sengaja di angkatnya tinggi-tinggi.
Galang sangat menikmati setiap detik Kina harus berkali-kali melompat untuk bisa meraih kotak moci di tangannya itu.
"Kembaliin? Sayang banget gue lagi laper. Gimana kalau gue aja yang makan?" tanya Galang sambil memakan moci-moci yang ada di dalam kotak itu dan membuat Arvin melongo seakan baru saja kehilangan nyawanya.
"Lo ini emang gak bisa dikasih ampun!" Kina langsung menginjak kaki Galang dan hampir saja pemuda itu tersedak setelahnya.
Kesempatan itu digunakan oleh Kina untuk merebut kotak mocinya lalu memberikannya lagi kepada Arvin yang langsung pasang wajah semringah.
"Kenapa sih kau lo selalu belain orang bodoh kayak dia? Bawain makanan setiap hari padahal pacar juga bukan. Kayak orang kurang kerjaan," cibir Galang.
"Memangnya kenapa? Masalah buat lo? Apa gue harus bawain lo moci juga? Cih, jangan mimpi!" balas Kina sengit.
"Alah, udah. Gak ada gunanya kita berantem cuma karena si Arvin plenga plengo."
"Lo itu yang plenga plengo! Dasar otak bantet kayak moci!"
"Apa lo bilang? Otak bantet? Kayak moci?" Galang ternganga tak percaya kalau Kina baru saja mengatai otaknya seperti moci. Sungguh menjatuhkan harga dirinya.
"Iya. Terus kenapa?" tantang Kina seraya mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
Galang terlihat meremas kepalan tangannya. Bibir bawahnya sudah ia gigit untuk menahan emosi.
"Orang kayak lo itu gak akan pernah bisa menghargai orang lain. Hobinya cuma cari musuh. Apa lo pikir dengan kayak gitu lo bakalan disebut jagoan? Gak ada keren-kerennya sama sekali orang tukang berantem," lanjut Kina dengan tatapan menusuk.
Galang terdiam mendengar perkataan Kina. Apalagi merasakan tatapan penuh kemarahan gadis itu yang begitu menusuk. Berikutnya ia jadi salah tingkah.
"Apa lo lihat-lihat?" Galang mengalihkan perhatiannya kepada Arvin yang menatapnya takut-takut. Pemuda berkacamata itu langsung menunduk sambil memeluk kotak moci yang diberikan Kina kepadanya. "Gitu aja takut," ledek Galang lalu pergi meninggalkan mereka.
"Sebenernya kenapa sih orang itu?Makin lama makin jadi aja nyebelinnya," keluh Kina yang sudah lelah setiap hari menghadapi tingkah ajaib Galang.
"Dia emang lagi bermasalah," gumam Devan yang benar-benar sudah kehilangan selera makan siangnya. Ia hanya menopangkan dagunya dengan wajah murung.
"Masalah apa?" tanya Kina yang entah kenapa jadi tertarik dengan kondisi musuh besarnya itu.
"Gosip dari anak-anak sih, kabarnya orang tua Galang udah cerai dan ibunya tinggal di luar negeri sekarang. Jadi, Galang kayak kurang perhatian gitu," jawab Devan dengan suara agak berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Crush
Teen FictionGalang Adyatma dan Akina Caramelia telah menjadi musuh besar sejak pertama kali mereka duduk di bangku SMA. Semuanya berubah ketika muncul murid baru pindahan dari Jepang bernama Kenzie. Kedekatan Akina dan Kenzie yang sama-sama memiliki darah camp...