#6: Patah Hati

1.1K 182 12
                                    

Kina tersenyum bahagia saat dua orang biang onar di sekolah itu membuat pengakuan minta maaf di tengah lapangan keesokan paginya. Seluruh penghuni sekolah bersorak riuh menyambut permintaan maaf mereka. Habis sudah harga diri mereka tersedot oleh tatapan mata seisi sekolah yang menonton.

"Apa ini karena tantangan kemaren? Kamu yang menang?" tanya Devan penasaran saat melihat keramaian yang terjadi di sekolah pagi itu.

"Bukan aku, tapi Kenzie. Dia tanding skateboard sama Galang dan menang," jawab Kina sambil celingukan mencari seseorang. "O, ya, mana Arvin?"

"Dia ...."

"Dia kenapa?" desak Kina penasaran.

"Lagi bersemangat nyelesain permainan yang baru dia temuin kemaren. Kamu tau gak permainan barunya apa? Permainan menembak moci di luar angkasa," bisik Devan.

"Hah? Emang ada jenis mainan begitu?" tanya Kina keheranan.

"Kamu tau, itu permainan ciptaannya sendiri. Permainan nangkep moci yang dia lempar ke udara dan dia tangkep dengan mulutnya sendiri," bisik Devan lagi kemudian tergelak.

Kina langsung melongo. Permainan jenis apa begitu? Ia langsung membayangkan Arvin kepayahan mengejar moci-moci yang ia lempar sendiri dengan mulut menganga ke udara. Benar-benar seperti orang bodoh.

"Dia lagi jatuh cinta," bisik Devan lagi usai menghentikan tawanya. Mata Kina langsung terbeliak mendengarnya.

"Sama cewek yang dia ajak ke pensi?" Kina tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya. Devan hanya mengangguk mengiyakan.

"Kak Devan, bisa poto sebentar gak?" ujar seseorang yang langsung membuat Kina berjengit kaget. Sejak kapan banyak murid perempuan mengelilinginya dan Devan? Untuk kedua kalinya dalam lima menit terakhir Kina kembali dibuat ternganga.

Devan yang hanya bisa tersenyum menanggapi mereka langsung pasang gaya saat seorang murid perempuan mengarahkan ponsel berkameranya. Kina jadi tersingkirkan begitu saja.

🍭🍬🍭


Arvin sudah menghabiskan enam kotak moci yang dibelinya sebelum pergi ke taman kota. Saat ia hampir mengakhiri ceritanya pada Kina, pemuda yang sebenarnya berparas tampan itu sedang menghabiskan kotak moci ketujuhnya. Sungguh di luar dugaan.

Awalnya ia berpikir Arvin akan menceritakan perasaannya yang berbunga-bunga karena sedang jatuh cinta. Namun, nyatanya Arvin malah menceritakan kisah patah hatinya dengan gadis yang telah membuatnya jatuh cinta.

"Kupikir dia serius mau jadi cewek aku. Ternyata dia cuma anggep aku temen aja. Padahal aku suka banget sama dia. Jantungku deg-degan waktu deket dia, tapi rasanya nyaman." Arvin mengakhiri ceritanya bersamaan dengan moci terakhir dari kotak moci ketujuhnya.

"Ternyata kau mudah jatuh cinta, ya. Padahal kan kalian baru pertama kali ketemu waktu di pensi," komentar Kina.

"Mungkin aku emang tipe orang yang gampang jatuh cinta pas pandangan pertama," ujar Arvin sambil membuka kotak moci kedelapannya.

"Kalau gitu, gampang dong untuk kamu jatuh cinta lagi. Tinggal pergi ke tempat yang banyak cewek cantiknya terus kamu bisa jatuh cinta lagi. Lama kelamaan kamu bisa lupain cewek itu." Kina memberi saran yang langsung diprotes oleh Arvin.

"Masalahnya ini pertama kalinya aku suka sama cewek. Enggak segampang itu ngelupainnya!" Arvin langsung memakan moci di tangannya dengan lahap.

Kina langsung menatap Arvin dengan kesal campur heran. Ada apa dengan temannya yang satu ini? Ia bilang ia orang yang mudah jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi setelahnya ia bilang tidak mudah melupakan gadis yang sedang ia sukai. Kina menggaruk-garuk kepalanya sendiri karena bingung dengan masalah percintaan yang sedang dihadapi temannya itu.

Enemy CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang