11

271 18 2
                                    

"heh mau kemana lo? Maen pergi tanpa izin coach itu dilarang," baru saja Kevin ingin memegang gagang pintu ruangan atlet sudah dapat kalimat manis dari Greysia.

"ga usah ngurusin urusan gua. Gua cuma mau nyari udara seger dan beli minum. Bosen sejam nunggu disini. Ngapa? Mau ikut?" balas Kevin yang tidak kalah ngegas.

"najis," ringis Greysia.














"denger ya Nayendra Putri. Lo jangan sok-sokan menel deketin mas Rian. Dia gak bakal cinta sama lo," Rara emosi dan menunjuk-nunjuk wajah Naya.

"a-aku gak bermaksud gitu, kak. Mas Rian berkunjung kesini juga dia minta bantuanku," Naya melemah.

"bullshit! Gak seharusnya lo hidup di lingkup keluarga gua! Seandainya lo gak tinggal bareng dengan keluarga gua, gua sama mas Rian bakalan dijodohin dengan lancar! Tapi sejak ada lo? Lo ngerebut mas Rian dari gua dengan tingkah caper lo itu!"

Brak!

Rara pergi membanting pintu ruangan Naya. Naya meraup wajahnya merasa bersalah untuk kesekian kalinya. Pasalnya, setiap kegiatan atau pekerjaan yang dia lakukan itu selalu salah dimata Rara.

"masuk!" ucap Naya setelah mendengar ketukan pintu.

"hai Nay," Kevin datang dengan hoodie hitam yang mengesankan kegelapan mendalam.

Naya kaget dengan kedatangan orang dikantornya. Biasanya ada telpon masuk untuk izin tamu yang akan datang. Tapi ini tidak. "e-eh. K-kevin,"

"silakan duduk," sambut Naya.

"gak perlu." Kevin jalan mendekati Naya yang ketakutan. Naya berjalan mundur mencoba menghindari Kevin.

"Vin kamu kenapa?" Naya berteriak.

Kevin mengeluarkan pisau dari kantong. Kevin tertawa keras tanpa alasan. "KEVIN!" Naya membentak Kevin yang bertingkah gila.

Duk.

Kevin membuat Naya terpojok disudut ruangan. Wajahnya mendekati sisi telinga Naya. Perlahan ia memegang bahu Naya. "jangan pernah menolak takdir yang sudah berjalan jauh. Karena takdir yang diberikan tuhan kepada kita itu adalah--

--Jalan yang terbaik," bisik Kevin dengan nada pelan tapi sadis.

Sling!
Jeb!

"ahk!" rintih Naya yang kaget atas satu barang menancap diperutnya.

Naya menunduk gemetar melihat bagian perutnya yang tertusuk. Darah adalah salah satu ketakutan bagi Naya. Apalagi darah yang keluar banyak menempel disekitar kulitnya. Naya mengeluarkan air matanya. "K-kevin, kamu brengsek sinting! Aku benci kamu, Kevin! Hiks..."

"i love you too, honey." jawab Kevin.

Kevin semakin mendalamkan tusukannya. "aaaah! S-sakit," Naya terjatuh.

"i don't know you're fainted or dead. But let me introduce my self. Hello, my name is Villian. I am the tenth here,"

Pria bernama Villian itu menggunakan masker sapu tangan menutupi bagian dari hidung ke leher. Villian mengambil ponsel Naya diatas meja kerjanya. Mengirim pesan.

Kak, aku harap kakak bisa maafin aku.

Send

Fyi, Villian adalah orang terlicik, tersadis, dan terkejam. Dia tak segan untuk membunuh orang yang ingin dia bunuh.

Skip.















Ting!

Notifikasi sms masuk membuat Rara berhenti melakukan pekerjaannya. Dahinya mengernyit. Tidak biasanya malam begini Naya mengirim SMS padanya.

"kak, aku harap kakak bisa maafin aku?" Rara membacanya bingung. Rara menghela nafas dan memutar bola matanya malas.

Rara datang ke ruangan Naya. "Nay! Naya!"

Rara membuka pintu ruangan Naya. Dia membekap mulutnya sendiri menyaksikan Naya tergeletak dengan pisau. Rara refleks mendekati Naya.

"Naya bangun!" mata Rara berkaca-kaca.

"hiks..." Rara menangis terisak. Dia bingung harus melakukan apa.

"Naya, bertahan Nay..." Rara melepaskan tancapan pisau dari perut Naya.

Kepala Rara berisi ngiangan dari kalimat yang menyerbunya 'telepon mas Rian sekarang'. Dengan langkah gusar dan berat, dia menelepon Rian dengan ponsel Naya yang ada ditangan Naya. Hanya itu satu-satunya cara.

"assalamu'alaikum, mas."

"wa'alaikum salam. Ada apa Nay?"

"I-ini aku mas... Rara,"

"oh. Ada apa?"

"mas harus kesini sekarang! Segera mas! Ini penting! Diruangan Naya!"

"tunggu disana,"

Skip.

Rian lari dengan cepat menuju ruangan Naya. Perasaan tidak enak meruak dihatinya. "ada apa dengan Naya?" batin Rian gelisah.

Brak!

Rian mendobrak pintu. "astagfirullah, Rara!" amarah Rian penuh melihat Rara memegang pisau duduk disamping Naya dengan tangis.

"m-mas aku bisa jelasin! Aku gak ngelakuin ini mas! Tadi aku masuk sini Naya udah tertusuk pisau! Sumpah Demi Allah mas aku gak berbohong..."

"telepon polisi, Ra. SEKARANG!"

Paradox | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang