DuapuluhSembilan!

53 4 0
                                    

Kita mulai dari awal
....

Senja menatap nanar ke arah Givana yang tengah terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Masih mengenakan seragam, memperhatikan setiap hembuasan napas yang keluar dari hidung gadisnya. Ia ingin menangis melihat gadisnya penuh luka memar dan perban. Namun ia sadar, Givana tak selemah apa yang ia fikirkan. Ia ingin memeluk, mencium, serta membelai lembut wajah Givana. Tetapi hal itu akan percuma, melihat keadaan Givana seperti ini. Luka memar, bekas tamparan,  bahkan lebih parahnya sayatan pisau yang hinggap di tubuh Givana.  Senja membenci seseorang yang telah membuat gadisnya seperti ini.

"Senja!" Givana melirih. Memegang kepalanya yang terasa sakit, meringis ketika luka sayatannya terasa perih. Senja mendekat mengusap puncak kepala Givana

"Iya sayang"

"Aku haus" dengan sigap Senja langsung mengambil air minum di atas meja

"Mau bangun ?" Givana menggeleng

"Badan aku semuanya terasa perih Ja" Senja tahu. Senja mengambil sedotan dan mengarahkan ke mulut Givana.

"Mau apa lagi ?"

"Es krim"

"Kamu lagi sakit. Jangan minta yang aneh-aneh" disaat seperti inilah Senja sebal dengan Givana

"Aaaa.. aku mau es krim" apa daya Senja jika sudah melihat Givana mengeluarkan jurus manjanya

"Bunda sama ayah mana ?" Givana bertanya. Karena hanya ada mereka berdua di ruangan

"Bunda sama ayah aku suruh pulang. Awalnya mereka nolak, cuma aku paksa. Kan bunda sama ayah juga lelah kerja seharian" Givana mengangguk dan meringis

"Ssshh!"

"Sakit ya ?"

"Iya sakit. Makanya beliin aku es krim" Senja ingin sekali menyanyikan lagu tayo. Senja mendial nomor seseorang

"Dimana ?"

"Apanya ?"

"Lo lagi dimana ?"

"Dirumah Tayo!" 

"Serius gue!"

"Dirumah. Otw rumah sakit. Kenapa ?"

"Beliin es krim rasa matcha"

"Duitnya mana ?"

"Ck. Pake duit lo dulu. Nanti gue ganti"

"Beli berapa ?"

"Gue pinjem uang lima ratus ribu. Harus dapet es krim sama makanan yang lain"

"Oke. Siap bosqyu" sambungan telpon terputus. Senja menatap Givana

"Puas ?" Givana tersenyum penuh kemenangan

"Kalau aku sakit. Kamu manjain aku ya"

"Ck, setiap hari juga kamu kalau sama aku jadi manja" Givana tertawa sambil meringis

"Makanya ketawa jangan kayak kuda. Udah tau itu luka ada di mana-mana" Givana mengangguk lemah

Namaku SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang