Part 1

253 155 104
                                    


Kriiingggg... Kriinggg...

Bel masuk berbunyi setelah mengistirahatkan seluruh tubuh dan mengisi kembali perut. Para siswa siswi SMAN 08 Jakarta kini berlarian masuk ke kelas mereka masing masing.

Aku dan Nisa pun melakukan hal yang sama, berjalan menuju kelas kami

Aku dan Nisa sekelas, sudah dari kelas 10. Sedangkan Palen dan Della mereka sekelas.

Sebenarnya waktu kelas 10 kami semua sekelas. Tetapi setelah kelas 11 ini sayangnya kami terpisah. Aku dengan Nisa dan Palen dengan Della.

Tentu saja kami sedih. Apa lagi pas tau kelas kami terpisah cukup jauh. Kelas Palen dan Della berada di lantai 3. Sedangakn kelasku dengan Nisa berada di lantai 1. Bayangin tuh capeknya naik turun tangga dari lantai 1 ke lantai 3. Yah mau bagaimana lagi kalau sudah takdirnya.

...

Aku dan Nisa sedang berada di kelas. Saat ini Kelas kami sedang free. Guru yang mengajar sedang ada urusan pribadi.

"Tha!" panggil Nisa.

"Hmm?" balasku singkat yang sedang fokus memainkan ponselku.

"Heran deh, kelas kita itu kayak siswa siswi yang terlantar tau," ucap Nisa.

"Maksudnya?" tanyaku heran.

"Liat aja sekarang, selalu kayak gini. Gurunya gak masuk lagi, terlantar banget kan?" protes Nisa.

"Hahaha, yaudah lah yah. Enakkan kita gak belajar?"

"Jujur gue juga suka sih, tapi kan kalo kayak gini terus kita jadi ketinggalan pelajaran tau."

"Tapi lo seneng juga kan? Udah ah Nis, gak usah jadi kayak murid yang disiplin dan rajin deh lo."

"Heh jangan sembarang, gue kan emang murid yang disiplin dan rajin tau."

"Iya deh iya," ucapku terpaksa. Aku berdiri dari tempat dudukku dan sedikit merapikan seragam olahraga yang sedang ku pakai saat ini, "Ke warung belakang kelas yuk? beli cemilan," lanjutku.

"Yaudah yuk." Nisa juga segera berdiri dari tempat duduknya.

Jadi, dibelakang kelasku dan Nisa itu ada lapangan kecil yang langsung tembus sama jalan. Terdapat banyak tempat makan maupun warung untuk jajan di sana.

Biasanya teman teman di kelasku jajan di belakang sana, melewati salah satu jendela kelas yang tidak memiliki kaca. Aku tidak tahu jelasnya kenapa jendela itu tidak memiliki kaca, kemana kaca jendela itu? kenapa bisa menghilang? dan kenapa sampai saat ini belum ada yang memasangnya juga?

Ketika ingin bolos pelajaran, kebanyakan anak-anak yang nakal di kelasku melewati jendela tersebut. Mereka bisa bebas keluar masuk melalui jendela tanpa kaca itu. Asalkan tidak ketauan sama pihak sekolah maupun guru-guru lain. Mungkin saat jendela itu membaik, mereka anak-anak nakal pasti akan menangis melihatnya.

Begitu pun yang sekarang sedang ku lakukan dengan Nisa. Aku dan Nisa ingin pergi ke salah satu warung di belakang kelas untuk membeli beberapa cemilan.

Aku pun jalan menuju ke jendela tanpa kaca itu, di ikuti Nisa di belakangku.

"Nis, Banyak orang nis," ucapku.

Di luar jendela terdapat tempat duduk buat nongkrong kalau sedang jam kosong. Di sana banyak human-human, yang tidak lain adalah teman-teman sekelasku.

Di luar jendela sekarang sangat banyak cowok. Aku sama Nisa itu baru di kelas ini. Jadi otomatis kami gak kenal dan belum akrab baik sama mereka-mereka.

Aku merasa sedikit malu dan ingin rasanya kembali saja ke tempat dudukku. Kenapa harus malu coba biasanya juga malu maluin haha.

"Gak apa apa kok, katanya mau jajan? Yuk?!" ajak Nisa.

AthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang