Jilid 25

3.2K 24 2
                                    

Bayangan gurunya itu seperti sebuah mainan bola yang dilontarkan kian kemari, dari sebuah batu melayang ke batu lain, akan tetapi tidak ada sedetik lamanya hinggap di sebuah batu karena begitu menotolkan kaki turun terus mencelat lagi ke jurusan lain, kadang-kadang ke belakang, ke depan, ke kiri dan ada kalanya ke atas. Kecepatannya melebihi gerakan seekor burung walet! Makin dipandang, makin pening dan berkunang pandang mata Han Han. Tiba-tiba sinar berkelabatan itu lenyap dan gurunya telah berdiri kembali di sampingnya, di atas batu sambil tersenyum, sedikit pun tidak kelihatan lelah.

"Bagaimana kau lihat?"

Han Han menjatuhkan diri berlutut. "Hebat luar biasa... akan tetapi, bagaimana teecu akan dapat mempelajari ilmu sehebat itu, Subo?"

"Bisa, tentu saja bisa, apa lagi engkau memiliki kemauan keras dan memiliki sinkang yang lebih dari cukup."

"Teecu amat bodoh, subo. Dua buah kitab dari Suhu dan Subo Siang-mo-kiam yang sudah teecu hafalkan di luar kepala saja, hanya dapat teecu petik tentang pelajaran sinkang-nya, sedangkan pelajaran ilmu silat pedangnya teecu sama sekali tidak dapat melatihnya," kata Han Han menggeleng kepala.

"Karena engkau belum punya dasar, Han-ji (Anak Han). Akan tetapi setelah engkau berlatih dengan ilmuku, kelak engkau akan dapat mempelajari ilmu silat yang bagaimana pun juga. Dengar baik-baik. Ilmu ciptaanku ini kuberi nama Soan-hong-lui-kun (Ilmu Silat Badai dan Kilat). Aku menciptakannya menjadi gerakan-gerakan kilat yang berdasarkan ilmu gaya yang hanya dimiliki dan dirasakan oleh orang buntung berkaki satu seperti kita. Karena kaki kita buntung dan hanya sebuah, tiap kali kita bergerak lalu menghentikan gerakan, kita tidak dapat langsung berdiri tegak seperti orang berkaki utuh. Kita akan terdorong oleh gerakan kita sendiri sehingga terhuyung ke depan, ke belakang atau ke kanan kiri menurut gerak dorongan dari mana kita datang, selalu bergoyang-goyang untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Sebuah bola pun akan lama sekali baru dapat diam, dan begitu bergerak, bola itu akan bergoyang-goyang ke kanan kiri sampai dapat keseimbangan baru diam. Nah, gaya inilah yang kupakai sebagai landasan sehingga terciptalah Ilmu Silat Soan-hong-lui-kun ini. Ilmu ini hanya dapat dikuasai dan dirasakan oleh manusia kaki satu, sukar diselami dan dipelajari oleh orang yang kakinya utuh."

Han Han mengangguk-angguk. Pemuda ini memang pada dasarnya sudah memiliki kecerdikan yang menonjol, apa lagi perubahan mukjizat dalam dirinya membuat ia memiliki kekuatan otak yang tidak lumrah manusia, maka sekali mendengarkan ia telah dapat menangkap inti sari yang dimaksudkan oleh penjelasan Khu Siauw Bwee.

"Karena ada tenaga mendorong oleh gerakan pertama, maka timbullah daya tolak yang dapat kita pergunakan untuk bergerak lagi, atau menyambung gerakan pertama kita itu. Gerakan berlandaskan daya tolak ini lebih hebat karena kita dapat meminjam gerak dorongan ditambah ginkang kita sendiri, maka begitu kita menggunakan daya tolak untuk melakukan gerakan kedua, gerakan kita akan menjadi lebih cepat. Gerakan ketiga, keempat dan selanjutnya akan makin cepat. Seperti sebuah bola karet yang kita ketukkan ke atas lantai dengan tangan, makin lama akan melambung makin cepat, demikian pula gerak silat dari Soan-hong-lui-kun ini memiliki kecepatan yang tak terbatas. Karena itu, hal yang paling sukar dan paling penting dikuasai adalah penggunaan jurus-jurus yang akan menahan gerakan daya tolak berantai ini. Karena kalau hal ini tidak kau kuasai benar-benar, engkau akan menjadi permainan dari kekuatan daya tolak berantai itu sehingga engkau sendiri takkan dapat menghentikan gerakanmu. Akibatnya tentu saja engkau akan mudah celaka di tangan lawan! Soan-hong-lui-kun ini kubagi menjadi tujuh puluh dua jurus, dan nanti mulai jurus ke tiga puluh tujuh, separuh dari ilmu silat ini, engkau akan mulai kulatih dengan penguasaan gerakan yang timbul dari daya tolak berantai ini."

Demikianlah, mulai saat itu Han Han digembleng oleh nenek buntung yang luar biasa itu, sedikit demi sedikit, sejurus demi sejurus. Han Han memiliki kemauan yang hebat dan ketekunan yang menakjubkan. Walau pun nenek itu sendiri amat bersemangat melatih muridnya, ia masih kadang-kadang menggeleng kepala penuh kagum menyaksikan ketekunan dan keuletan muridnya.

Seperti juga dalam hal kekuatan sinkang, ia harus mengakui bahwa dalam hal kebulatan tekad dan besarnya kemauan, ia tidak dapat menandingi muridnya ini! Makin sayanglah ia kepada Han Han, apa lagi ketika ia minta muridnya itu menceritakan riwayatnya, ia merasa betapa riwayat hidup muridnya itu malah lebih mengenaskan dari pada riwayatnya sendiri. Ia melihat munculnya seorang manusia yang lebih besar dari pada dia, dan bertekad untuk menurunkan semua kepandaiannya kepada Han Han.

Makin lama Han Han berlatih di bawah gemblengan Khu Siauw Bwee, makin terbukalah matanya bahwa sebetulnya, sebelum ia berlatih silat di bawah bimbingan gurunya yang baru, ia telah mempunyai banyak ilmu, hanya ilmu-ilmu itu terpendam dan hanya diketahui teorinya belaka. Kini ia mulai dapat melatih semua ilmu yang penah ia pelajari, bahkan permainan pedang dari kitab-kitab peninggalan Sepasang Pedang Iblis yang bernama Siang-mo Kiam-sut, yaitu penggabungan dari ilmu Pedang Iblis Jantan dan Iblis Betina, kini dapat ia mainkan dengan tongkatnya!

Setahun lamanya Han Han tekun melatih diri dengan Ilmu Soan-hong-lui-kun. Ketekunannya sungguh tidak lumrah manusia. Dia tidak peduli akan siang atau malam, pagi mau pun sore, terus berlatih, hanya makan kalau perutnya sudah tidak dapat menahan lapar, hanya tidur kalau matanya sudah tak mau dibuka, dan hanya mengaso kalau tubuhnya sudah tidak dapat digerakkannya lagi saking lelahnya. Dengan semangat dan ketekunan seperti ini, tidaklah mengherankan kalau dalam waktu setahun saja sudah dapat menguasai ilmu silat itu.

Pada pagi hari itu tubuhnya sudah tampak berkelebatan dari batu ke batu dan dia sudah berlatih Ilmu Silat Soan-hong-liu-kun. Tubuhnya yang berkelebatan seperti hampir tidak tampak karena terlalu cepat. Baru saja tampak di atas batu sini, tahu-tahu sudah lenyap dan berada di batu sebelah sana, terus bergerak dan terus berpindah. Cara ia meloncat seperti terbang saja, makin lama makin cepat.

Biar pun dia sedung berlatih dengan gerakan-gerakan kilat, pandang matanya yang amat tajam dapat melihat berkelebatnya bayangan yang telah berdiri di atas batu dan memperhatikan gerakan-gerakannya. Han Han makin bersemangat dan ia mulai bersilat lagi, mengulang dari jurus pertama sampai jurus terakhir, seluruh tujuh puluh dua jurus ia mainkan sebaik-baiknya.

Diam-diam Khu Siauw Bwee kagum dan terkejut bukan main. Pemuda yang menjadi muridnya itu benar-benar amat luar biasa! Ilmu yang ia ciptakan selama puluhan tahun, kini dapat dikuasai muridnya dalam waktu setahun saja!

"Bagus, muridku Han Han! Bagus sekali! Engkau telah berhasil menguasai Soan-hong-lui-kun hanya dalam waktu setahun! Dengan ilmu ini, kiranya akan jarang dapat ditemukan orang yang akan mampu menandingimu. Betapa pun juga, di dunia terdapat banyak orang lihai dan sayanglah kalau semua ilmu yang pernah kau pelajari teorinya tidak kau latih prakteknya. Karena itu, mulai sekarang kau latihiah semua ilmu yang kau ketahui, ditambah ilmu silat yang pernah kau pelalari, agar kau menguasai semua silat tinggi sehingga kelak tidak canggung menghadapi lawan berat."

Han Han berlutut di depan gurunya. "Terima kasih atas semua petunjuk Subo dan teecu akan mentaati semua perintah Subo."

Demikianlah, mulai hari itu Han Han melatih ilmu-ilmu silat tinggi yang pernah ia pelajari dari kitab-kitab di Pulau Es, juga Ilmu Pedang Siang-mo Kiam-sut ia sempurnakan latihannya di bawah petunjuk gurunya.

PENDEKAR SUPER SAKTI (seri ke 6 Bu Kek Siansu)Where stories live. Discover now