🥀 Pertemuan pertama kali🥀

38.6K 1.8K 203
                                    

~ Janganlah terus mengeluh saat datang suatu masalah. Kita tidak akan pernah tahu jika Allah menitipkan cobaan agar kita menjadi pribadi yang tangguh~

🌿🌿🌿🌿
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Udara malam terasa sunyi, bintang yang biasa bersinar, petang ini tampak bersembunyi di balik awan hitam. Padahal satu jam lalu, langit sudah mencurahkan bebannya dengan menitikkan air hujan. Aroma aspal yang masih basah, tercium sangat pekat menambah kesunyian malam.

Jalan raya yang biasanya tampak ramai, sekarang hanya terlihat beberapa gelintir saja yang melintas. Mungkin sebagian orang lebih suka menghabiskan waktunya bersembunyi di rumah atau di bawah selimut.

Ada rasa takut dan khawatir ketika merasa sendirian melintas kota ini. Namun, ia tidak bisa membayangkan jika kelak akan sendirian di dalam kubur saat nyawanya sudah tak lagi berada di dunia.

Lantunan dzikir dan shalawat terucap dari bibir mungilnya untuk mengusir rasa takutnya. Seharusnya seseorang selalu mengingat Allah setiap detik, tidak hanya saat perasaan takut dan sedih

"Semoga selamat sampai rumah." Doa Zahra dalam hati.

Tiba-tiba jantung Zahra berdetak lebih kencang dan bulu kuduknya berdiri. Terlintas dalam pikirannya maraknya kasus kejahatan yang terjadi di malam hari, apalagi yang selalu menjadi korban adalah seorang perempuan.

Zahra merinding membayangkan kejadian kriminal yang hampir tiap hari ditayangkan di TV. Perempuan itu melajukan motor dengan kecepatan tinggi agar sampai di rumah secepatnya.

Tiba-tiba Zahra merasakan motornya melaju agak tersendat dan kecepatan motor menurun perlahan-lahan.

"Kenapa ban belakang seperti oleng ya?"

Zahra langsung menghentikan sepeda motor kemudian mengecek ban sepeda motor bagian belakang.

"Yaah, bocor lagi. Mana malam begini. Aduh gimana nih? Apa masih ada tukang tambal ban buka malam-malam begini," gerutu Zahra sendirian.

Jantungnya kembali berdegup kencang. Ia sebenarnya ingin menghubungi sahabatnya tetapi mungkin juga sama dalam perjalanan menuju rumah kos.

Dengan sangat terpaksa Zahra mendorong motor sambil mencari bengkel terdekat. Ban yang terasa berat menyebabkan Zahra sedikit kewalahan dalam mendorong. Peluh bercucuran membasahi wajah putihnya.

Kedua netra menatap seberang jalan yang masih sepi. Hampir sepuluh menit berlalu belum ada kendaraan melintas. Suasana semakin sepi, yang terdengar hanyalah langkah sepatu flat shoes miliknya yang beradu dengan jalan aspal.

Terdengar suara motor dari arah belakang. Dalam hatinya ia merasa senang dan takut bercampur jadi satu. Ia sangat penasaran dengan pengendara motor tersebut karena melaju dengan lambat tepatnya sedang mengikuti perempuan itu. Padahal jalanan saat ini sangat lengang.

Zahra mempercepat mendorong motornya, walaupun dirasa sangat berat dan menyebabkan napasnya tersengal-senggal.

Keringat dingin sudah keluar membasahi kening dan tangan Zahra. Denyut jantungnya berdegup semakin kencang. Ia tidak berani menatap ke arah belakang karena takut. Belum lagi jalanan di depan agak gelap karena lampu penerangan banyak yang mati.

"Ya Allah semoga hamba dijauhkan orang yang berniat jahat."

Suara deru sepeda motor di belakang terdengar begitu jelas di telinga Zahra, ia bisa menebak jika motor tersebut berjalan persis di belakang motor ini. Dengan keberanian tinggi, ia menengok ke belakang masih dengan perasaan harap-harap cemas.

Zahra melihat seseorang dengan badan ukuran sedang berada di atas motornya. Sepertinya dia seorang laki-laki terlihat dari jaket kulit warna hitam yang menempel di badannya.

"Kenapa motornya?" Tegur laki-laki tersebut yang masih melajukan motornya dan posisinya sekarang persis berada di samping Zahra. Suara laki-laki itu terdengar sangat berat dan datar.

"Ban belakang bo-bocor," ucap Zahra terbata-bata karena ketakutan. Wajah Zahra menunduk tak berani menatap orang tersebut.

Zahra tambah ketakutan ketika melihat laki-laki itu sedang memarkir sepeda motor miliknya dan berjalan mendekati dirinya. Dengan tenaga tersisa, Zahra kembali mendorong motor sambil setengah berlari.

"Hey? Aku cuma mau mengecek motor kamu saja? Kenapa kamu malah pergi?" Teriak orang tersebut sambil memanggil Zahra yang sudah berada di depan.

Akhirnya Zahra berhenti, lelah juga menuntun motor dengan langkah yang cepat. Peluh kembali bercucuran membasahi kening dan tubuhnya. Zahra ikut memarkirkan motornya di pinggir jalan.

Pandangan Zahra tertuju pada orang tersebut yang berjalan mendekatinya. Zahra melangkah ke belakang memberi ruang kepada laki-laki itu untuk melihat keadaan motornya.

"Bannya gembes, mungkin kena paku lumayan besar. Sepertinya harus ganti ban luar sama dalam."

"Aduh, gimana ya? Apa masih ada bengkel yang masih buka jam segini?" ucap Zahra kembali panik. Ia tidak mungkin mendorong motor sampai rumah jika tidak menemukan bengkel yang masih buka. Apalagi jarak rumah masih lumayan jauh.

"Biasanya di pertigaan jalan depan kadang masih buka," sahut laki-laki itu sambil mengarahkan jarinya menunjuk ke arah depan.

"Semoga saja masih buka." Zahra berdoa dalam hati.

Ia langsung mendekati motor kemudian kembali mendorong meninggalkan orang tersebut tanpa kata-kata.

Laki-laki itu termenung melihat perempuan yang didepannya. Wajahnya mengingatkan pada seseorang. Ia tidak tega melihat yang sedang dialaminya.

"Hey, kamu pakai motorku saja. Biar aku yang menuntun motor kamu!" panggil laki-laki itu.

"Tidak usah Mas, terima kasih bantuannya," tolak Zahra dengan halus.

"Yakin kuat dorong motor sampai pertigaan depan? Belum nanti ketemu preman yang suka tongkrongan di pinggir jalan?" ucap laki-laki tersebut sambil tersenyum meledek Zahra.

Zahra langsung menghentikan motornya. Daerah di depan memang rawan karena banyak preman yang suka tongkrongan dan parahnya lagi kadang suka minum minuman keras. Zahra langsung bergidik ketakutan.

"Ini kamu pakai motorku saja," kata laki-laki tersebut sambil menyerahkan kunci motornya.

Dengan ragu akhirnya Zahra menerima kunci tersebut. Ia sama sekali belum berani melihat wajah laki-laki yang wajahnya masih tertutup oleh helm.

"Sekalian aku titip tas. Tidak mungkin kan aku dorong motor sambil bawa tas begini," kata laki-laki itu sambil menyerahkan tas kepada Zahra.

"Jagain tas aku ya disitu ada laptop dan dokumen-dokumen penting!" Perintah laki-laki itu bersiap menuntun motor Zahra.

Zahra mengangguk sambil menaiki motor milik laki laki itu kemudian menyalakan mesin motor. Perempuan itu melajukan motor dengan pelan di samping motor miliknya yang sedang didorong oleh seseorang.

"Kamu jalan saja ,tidak usah mengikuti ku. Nanti kita ketemu dipertigaan depan. Bengkel samping swalayan!" Perintah laki-laki itu.

"Tapi -"

"Tenang saja kita akan bertemu di sana. Tidak usah berpikir negatif terhadap aku. Jika kamu takut kehilangan motor, justru aku yang paling takut kehilangan dokumen-dokumen penting yang berada di tas itu," sahut laki-laki itu sambil menunjuk ke arah tas yang berada di tangan Zahra. Suaranya terdengar berat karena deru napas yang cepat.

Akhirnya Zahra melajukan motornya dengan hati yang masih bertanya-tanya tentang sosok misterius yang tiba-tiba hadir menolongnya.

PILIHAN ZAHRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang