Semua itu tentangmu:

6 1 0
                                    

Kamu tau terkadang sebagian orang memilih untuk mengedepankan perasaannya tanpa memikirkan seluruh imbasnya. Tapi tidak untukku. Perasaanku yang sudah menetap layaknya batu hanyalah bisa diam. Semua itu tentangmu.

Aku tak berharap kau membalasnya. Karena aku tau realita tak seindah harapku. Aku tak ingin kau mendekat. Karena aku tau bahwa kita berbeda.
Aku hanya ingin kau tau seberapa besar perasaan yang ada. Yang meraung-raung karena terhiraukan.
Kita berbeda. Jelas adanya. Kamu dan aku tak mungkin bersatu. Bila salah satu diantara kita tidak mencoba menyamai semua. Kita tak mungkin bersama. Bila di antara kita masih ada tembok besar menghadang. Aku tau bahwa kamu tau bila kita saling suka. Tapi apakah cinta itu akan berbalas bila kusampaikan juga?

Kadang aku tau bahwa kamu menjauh. Menghindar dari semua kenyataan yang ada. Aku juga tau bahwa kamu berusaha melawan semua. Perasaan yang kamu rasakan padaku. Ya, sekali lagi. Kita masih terombang-ambing di dalam kenyataan. Yang terasa pahit oleh jalan kehidupan.

Selama ini, kita hanya bermain di atas batin yang tersiksa. Terikat oleh sebuah pengecualian. Terhambat oleh suatu rintangan yang kita sendiri tak tau bagaimana menyelesaikannya. Kita memilih untuk membiarkan diri kita masing-masing tersakiti. Agar tak banyak korban yang patah akan rintangan yang jikalau bisa kita selesaikan. Aku sendiri juga berat melepaskan semuanya agar berada di sisimu. Bukan karena aku serakah menginginkan semuanya menjadi milikku tanpa satupun kehilangan. Tetapi ini tentang bagaimana rasa sakit keluargaku bila aku memilih melepaskan semua.

Aku juga tak egois. Memilihmu untuk melakukan semua itu. Aku juga tau seberapa besar patahan keluargamu nanti bila kamu milihku. Bukan sekedar hati. Kita seharusnya direstui bukan dibebani oleh beribu tanda tanya yang siap berubah menjadi cibiran menyakitkan. Tapi apa daya. Kita hanya bisa diam. Berusaha mengelak seluruh sakit agar tak terlalu perih. Bahkan kadang, kita berusaha menancapkan pisau satu sama lain. Berusaha saling membagi rasa sakit yang kita rasakan akibat semua ini. Menepis seluruh rasa yang beberapa saat menggerogoti nadi.

Semua tentangmu hanyalah salah satu yang teratas menjadi kelemahanku. Betapa rasa sakit yang mendalam mengenai kita yang tak bisa bersatu. Berapa airmata yang tumpah karena takdir yang tercipta. Berkali-kali mencoba sekedar untuk melupakan tetapi tetap tak mampu.

Kenapa ini semua terjadi pada kita? Mengapa yang lain dengan mudahnya menyatu? Bagaimana bisa takdir seakan tak adil dengan perasaan kita? Apa semua ini memang sudah jalannya?

( 11) November 2018

KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang