ONE

40 9 2
                                    

"Latasha, liat pr dong". Latasha yang baru datang sontak kaget.

Dengan buru buru Latasha menghampiri teman temannya yang sedang berkerubung di suatu meja.

"Emang ada pr?". Tanya Latasha yang terlihat masih mengatur nafasnya.

"Santai santai. Tarik nafas dulu yang panjang, abis situ buang lewat dubur". Sontak semua tertawa mendengar perkataan Jessie.

"Ada. Pr kimia, udah belom?". Sambung Jessie.

"Kimia?". Latasha mengingat ingat sesuatu.

"Haaa!". Latasha melentikkan jari telunjuknya.

"We anjir, kaget gue". Seru Toro.

"Lebay lo ah".

"Lu ngapa? Ngapa ha he ha he? Mao jadi cherybelle?".

"Apaansi gilak. Gue udah nih pr nya".

"Yah anjir, harusnya lu ngomong dari tadi. Kalo udah ngomong dari tadi kan kita gaperlu repot repot mikir".

"Tapi kan ada bagusnya juga kalian mikir".

Latasha mengeluarkan buku kimianya dari tas.

"Nih, satu orang ceban".

"Yeuh somplak". Ucap Toro sambil menyentil kecil kepala Latasha.

Berbarengan dengan teman teman Latasha yang sudah selesai mengerjakan pr, bel sekolah berbunyi.

Kringg.. kringg.. kringg..

Pelajaran pertama hari ini dikelas Latasha yakni kimia. Jadi tidak salah jika tadi, semua murid panik saat belum mengerjakan pr.

"Wee wee wee pak Riko wee jangan berisik". Seru Toro. Toro adalah ketua kelas di kelas Latasha, Toro memang terkesan sangat disiplin, namun tak pintar hehe.

Pak Riko masuk ke kelas dengan tampang yang membuat semua murid tertunduk. Kecuali Qey.

"Pr kumpulkan! Yang belum mengerjakan saya anggap tidak ada keterangan hari ini alias alfa!". Ketus pak Riko.

Sontak semua murid langsung kedepan kelas untuk mengumpulkan tugasnya.

"Ini kurang dua!. Siapa yang gak ngumpulin?! Maju kedepan!".

Semua murid mengalihkan pandangannya pada dua orang anak yang terbangun dari kursinya dan hendak kedepan kelas.

Qey dan Dio. Mereka berdua memang tidak asing dan malah sudah kebal dengan hukuman seperti ini. Tidak tidak bukan mereka berdua, namun hanya Qey. Dio memang sering, namun tak sesering Qey.

Qey, anak dari pemilik perusahaan besar di Jakarta. Hal tersebut bukan malah membuatnya di hormati namun malah disegani karena kebrutalannya.

Dio, anak dari kepala sekolah di sekolah ini. Mungkin dia merasa sekolah ini sudah milik ayahnya. Jadi, terserah dia mau berbuat apa saja.

"Kamu lagi kamu lagi. Qey?! Setelah kemarin kamu mau nyogok bapak supaya gak alfain kamu. Sekarang mau apa lagi?!".

"Gausah ge'er pak. Saya gamau buang buang uang saya cuma buat ngilangin satu coretan 'a' besar di absen bapak. Mendingan uangnya buat saya beli kuaci". Jawab Qey cengengesan. Anak ini memang sama sekali tidak punya sopan santun dan tidak punya rasa takut sedikitpun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang