6. Dispensasi gitu

177 19 0
                                    

Pelajaran Kimia sedang berlangsung.Kulirik Bita yang terlihat sangat tidak bersemangat. Aku tahu dia tidak menyukai pelajaran sebangsa Mipa tetapi dia memasuki kelas IPA karena keinginan Ibunya untuk memasuki STAN.

Aku menyukai Bita, dia terlihat apa adanya. Walau sering menjengkelkan. Namun, sekarang dia cukup mempunyai moodboster untuk penyemangatnya mengejar STAN.

Kami pejuang bersama. Walau terkadang Bita berbelok ingin mengikuti keinginan Ayahnya yaitu memasuki Akademi Kepolisian mengikuti jejak cita cita kak Aji.

Iya. Mereka cukup dekat. Karena aku,mungkin? Karena id line? Aku sedikit bangga dengan kemampuanku mendekatkan mereka.

Bel istirahat berdering,akan ada rapat sampai pulang sekolah nanti, membuat kami begitu happy. Aku dan Bita pun langsung menuju ke kantin untuk makan siang bersama. Iya, Bita merindukanku.

Kami mengambil bakso yang sudah dipesan dari awal agar tidak perlu berdesak desakan lagi untuk mengantre dan membayar.

"Gimana sama Kak Aji?" tanyaku sambil mengaduk bakso.

"Lancar dong, makasih ya" ucapnya sambil tertawa.

"Dan,gimana lo sama Kak Genza?" lanjutnya lagi.

"Gitu gitu aja." jawabku seenaknya.

"Kejer terus aja, biar dia gak sembarangan main taruhan"

"Iya" jawabku sambil memasukan satu pentol bakso kemulut.

"Lo tumben gak ngebawain dia bekal, coklat, bunga, pita, surat? Tobat?"

"Sengaja. Semalem aku udah chat dia. Aku bilang mau libur dulu sehari ngejar dianya. Dispensasi gitu"

Kulihat wajah Bita yang langsung datar dan menarik nafas.Sehebat itukah pernyataanku?

"Terus,dibales apa sama dia?" tanyanya.

"Di read doang."

"Untung deh cakep, ganteng, putih, tinggi, imut, manis,semuanya deh buat dia kalo dia gak jadiin aku taruhan.Ya nggak Bit?" lanjutku.

Lagi lagi kulihat Bita yang menarik nafas rakus dan menhembuskannya kasar. Suka banget deh dia kayak gitu.

"Lo tau gak sih?" tanyanya.

"Gak lah" jawabku.

"Lama lama lo makin nyebelin ya, orangnya ada dibelakang lo!"

Hening.

"Hahhh?!" kagetku sambil menoleh kebelakang.

Kulihat ada kak Genza dan Aji berdiri sambil tersenyum. Ingat hanya Aji yang tersenyum. Dan langsung mendapat lirikan datar dari Genza.

Kenapa dah si Genza?

Dia denger gak ya pas aku muji muji dia? Dan bilang taruhan taruhan itu.Mampus dah.

"Lo mau tetep disitu? Ganggu Aji sama temen lo aja. Mereka juga butuh privasi" ucap Genza padaku.

Salah gue apaan emangnya orang yang punya hubungan aja gak masalah? Oke harus lebih peka.

"Kakak ngode ya? Ngajak aku pergi dari sini berdua ya? Biar kita berduan gitu ya? Kalo gitu gak usah ngusir pakek privasi privasi juga kali. Ayok pergi" ucapku mengandeng lengannya.

Kami pun melangkah bersama keluar kantin dengan aku yang menggandeng lengannya.

Tunggu. Tunggu. Menggandeng?

Menggandeng?

MENGGANDENG?! Hah!

"Kak! Kok diem aja?!"

UnUsuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang