"Mira!" Panggilnya dengan suara cempreng yang memekakkan telinga. Dia ibuku, Yani dan aku adalah anaknya, Mira.
Aku yang sedang membaca buku, lebih tepatnya novel fantasi merasa terganggu akan panggilan yang tak pernah mungkin hilang "Iya ibu, aku turun" jawabku sedikit malas sambil beranjak keluar dari kamar.
"Buang sampah itu kebelakang!" Perintahnya yang mau tak mau harus kujalani karena aku tidak suka jika disebut anak durhaka.
Aku berjalan ke halaman belakang rumah tepatnya ke tempat pembakaran sampah. Kucampakkan kantong hitam bau itu asal lalu berbalik ingin masuk lagu ke rumah menyambung aktivitas membaca novel yang tertunda.
"Mira..."
Tiba-tiba aku mendengar ada yang menyebut namaku, refleks aku berbalik melihat kanan dan kiri. Yang terlihat hanyalah pemandangan gudang serta hutan di belakangnya.
Seketika bayangan hitam lewat memasuki gudang dan akupun mengikutinya.
Ceklek
Aku membuka pintu gudang dan yang terlihat olehku bukan suasana gelap khas gudang namun suasana ramai khas pedesaan.
Aku berbalik berharap pintu gudang mengantarku sampai disini masih ada "kemana pintunya?" Kejutku sambil mengedarkan pandangan sekeliling.
Kanan kiri yang ada hanya toko-toko kecil, tidak ada yang modern disini. "oh my God, baju ini bukan milikku"
Aku melihat pakaian yang aku kenakan dan betapa terkejutnya aku. Baju kaos putih dengan rok coklat serta rompi coklat tua ini bukanlah pakaianku.
Bruk..
"Aw.. siapa sih yang menabrak ku?!" Gerutuku sambil melihat ke belakang dan ternyata seorang wanita paruh baya yang membawa buah-buahan terjatuh dengan buah-buahan yang berserak kemana-mana.
Dia memunguti buah-buahan itu satu persatu walaupun ada yang sudah hancur karena di pijak oleh warga yang lewat. Sungguh miris, kenapa para warga desa ini? Sudah tidak punya rasa perikemanusiaan kah?
Aku cepat-cepat membatunya lalu meminta maaf padanya " maafkan saya ya nek, gara-gara saya buah nenek pada jatuh semua" ucapku sambil membatunya berdiri dan mengangkat keranjang buahnya.
" Tidak apa-apa nak" sahutnya memaafkan ku sambil membersihkan bajunya. Setelah selesai nenek ini mendongak melihat wajahku dan apa yang kudapatkan hanya sebuah ekspresi terkejut.
"Nenek kenapa?" Aku bingung, sungguh, kenapa nenek ini sekaget itu melihat wajah ku. Aku meraba- raba wajahku, bentuk wajahku masih sama yaitu oval dan tidak ada yang aneh.
"Tu-- tuan putri Rima" gumamnya yang masih dapat kudengar dengan jelas " siapa Rima nek? Aku Mira, bukan Rima dan aku bukanlah tuan putri"
" Tuan putri sedang menyamar ya? Mari saya antarkan tuan putri ke kerajaan" ajaknya menarik tangan kananku dengan cepat menuju jalan yang tak ku ketahui sama sekali.
Aku hanya mengikutinya berjalan ke sebuah bangunan yang begitu besar dan dijaga oleh penjaga berartribut tentara jaman dahulu. " Oh iya nek, kenapa tadi tidak ada yang mau membantu nenek?" Ceplosku sebelum masuk ke dalam gerbang menuju istana kerajaan pada jaman ini.
"Ah itu, tuan putri bukannya sudah tau?" Bingungnya menoleh kearahku sebelum para penjaga itu mengacungkan tombak tajam itu ke arah nenek itu.
Aku segara melindunginya " apa- apaan kalian ini ha?!" Teriakku kencang kepada para penjaga, mereka terdiam lalu menurunkan tombaknya.
"Tuan putri? Kenapa masih membela pengkhianat yang ingin maracuni tuan putri kemarin?" Tegas prajurit itu penuh tanda tanya.
"Eh? Aku di racuni oleh nenek tua ini?" Aku menoleh kebelakang dan apa yang kulihat, dia melebur bersama udara dan menampakkan senyum liciknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complete Door
Short Story{AKAN DIBUKUKAN} END ~~~~~~~~Happy reading~~~~~~~~ No description this story So, read now! SHORTSTORY | FANTASI + ROMANCE | I hope you enjoy with this story. Vote dan coment jangan lupa ya^^