Author pov
UH sudah dilaksanakan dan sekarang semua murid menunggu hasilnya. Guru pun mulai membacakan nilai semua siswa satu persatu.
"Wina 90, Ghani 95, Gafa 99, dan Keiva--" ucap guru itu terpotong, karena kacamatanya jatuh.
Jantung Keiva sudah berdetak tak menentu, dia benar-benar takut.
"Maaf bapak bacakan lagi ya dan nilai Keiva 95," kata sang guru membuat Keiva jadi lemas dengan nilainya yang dibawah nilai Gafa.
Keiva pov
" Berarti gue menang. Lo masih inget kan taruhan kita?" bisik si curut, siapa lagi kalau bukan Gafa. Dia berbisik tepat disamping telinga gue, membuat gue jadi geli dan bergidik ngeri.
"Iya. Iya gue inget kok. Nggak usah bisik-bisik. Geli tahu!!" kata gue sambil dorong tu cowok.
Bel istirahat pun berbunyi. Gue langsung berdiri dan berencana ketoilet, karena gue mau melepas urusan duniawi dulu.
"Heh!! Lo mau kemana?" tanya si curut menahan lengan gue.
"Ih ... Apaan sih lo!!" kata gue berusaha melepas lengan pria itu.
"Lo mau kabur ya?"
"Sorry gue bukan pengecut!! Lepasin ... tangan gue sakit tahu!! " gue terus berusaha melapaskan tangannya.
Aduh gue makin kebelet nih..
"Lo mau kemana? Ke rooftop? Atau mau balapan?" kata pria itu dan mulai menarik gue untuk ikut dengannya.
Cukup susah gue berjalan karena gue makin kebelet. Awas aja kalau gue bocor disini gue makan dia hidup-hidup.
"Cepet!! malah lama lagi jalannya." Gafa masih narik tangan gue, sedangkan gue udah kebelet banget, susah buat jalan.
"GUE MAU KETOILET BEGO!! LEPASIN GUE KEBELET!!" gue teriak dan terduduk dilantai menahan sesuatu agar tidak keluar.
"Eh? Kenapa lo nggak bilang? udah sana. Awas ya jangan kabur!! " Gafa langsung melepas lengan gue, ya langsung gue ngibrit.
"IYA IYA." teriak gue.
"Huh lega. Nyebelin banget sih tu curut!! Untung gue nggak pipis di celana," gumam gue.
"Lo mau bawa gue kemana sih?" tanya gue saat gue lihat Gafa berdiri didepan toilet perempuan.
"Udah. Lo nggak usah banyak tanya. Ayo!!" katanya dan narik tangan gue lagi. Ya udah gue nurut aja.
Ternyata dia bawa gue keruang Bk. Ya gue bingung.
"Kanapa lo bawa gue kesini?" tanya gue.
"Gue mau pinjam gunting," jawab Gafa seadanya.
" Eh? buat apaan?" tanya gue yang sekarang gunting itu udah ada ditangannya.
"Mau gunting rambut lo yang merah ini nih.." katanya membuat gue membulatkan mata. Dengan cepat gue langsung menggulung rambut gue biar nggak digunting.
"Jangan ...," kata gue.
"Udahlah ... gue nggak bakal botakin lo kok," katanya dan berusaha meraih rambut gue.
Entah kenapa sesuatu yang basah mengalir dipipi gue.
"Eh? Lo kok nangis?" tanya Gafa.
Ok. Jujur ... gue nangis bukan karna gue bakal kehilangan rambut gue yang merah ini, tapi yang gue tangisin adalah Ayah bakal marah kalau rambut gue dipotong.
Gue juga pernah minta izin sama ayah buat motong rambut dan Ayah melarang itu. Ayah juga pernah bilang kalau dia suka perempuan yang rambutnya panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Girls (END)
RomanceKeiva dan Keira namanya. Mereka hidup sempurna. Mempunyai orangtua, saudara dan sahabat yang menyayangi. Namun ada satu yang kurang. Yaitu pasangan.. *** "Gimana kalau kita taruhan?" Tanya Gafa "O-ok siapa takut!!" Jawab Keiva gugup Start: 14 sep 20...