Sepasang bola mata merah milik yakuza berambut putih itu perlahan terbuka, memandangi langit-langit kamarnya yang sedikit terkena cahaya matahari pagi. Ia mengubah posisinya menjadi duduk, menggaruk kepala bagian belakangnya sembari menguap. Dengan setengah mengantuk ia berdiri dari tempat tidurnya yang berantakan, terlalu malas untuk merapikannya.
Sebenarnya ia ogah untuk bangun sepagi ini, tapi karena ia sudah punya janji dengan Juto, mau tak mau ia harus melakukannya. Daripada nanti diceramahi polisi ber-MC Name 45rabbit itu.
Baru saja ia ingin keluar kamar, matanya tertuju pada sebuah foto berbingkai hitam yang terpampang di atas meja. Di dalam foto itu, ada dirinya yang terlihat lebih muda dengan poni rambutnya tersisir ke belakang. Tangannya merangkul seorang anak remaja berambut hitam yang memiliki dua warna berbeda di matanya. Mereka berdua memiliki penampilan ala berandalan pada umumnyaーnamun bibir mereka membentuk sebuah senyum yang akan membuat siapapun berpikir bahwa mereka adalah teman baik.
Faktanya, dia dan pemuda yang dirangkulnya itu memang teman baik. Di masa lalu.
Kaca yang meliputi foto itu sudah retak dan kotor, bukti bahwa sang pemilik sudah berkali-kali membanting dan mencoba membuang foto yang penuh kenangan pahit (dan manis) itu. Tapi, entah kenapa ia tidak pernah bisa. Setiap kali ia membuang foto itu ke tempat sampah, tangannya selalu tergerak untuk mengambilnya kembali. Kemudian, yang bisa ia lakukan hanya mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya sebelum menaruh bingkai foto itu ke atas mejanya.
Ia kesal, karena setiap melihat foto itu ia akan teringat akan pemuda yang sekarang berada di Ikebukuro. Teringat tentang suatu momen yang tak mungkin bisa ia lupakan, terlebih di hari yang spesial.
*
Beberapa tahun lalu, pada tanggal 11 November. Sebentar lagi musim gugur akan mencapai puncaknya dan digantikan oleh musim dinginーbegitulah yang diketahui oleh masyarakat saat itu. Tapi, bagi Yamada Ichiro, hari ini adalah hari yang spesial. Langkah kakinya sedikit ia percepat dan menimbulkan suara keras pada setiap daun kering yang ia injak. Ia tak peduli meskipun banyak orang mengalihkan perhatian kepadanya, karena hanya ada satu hal yang ia pikirkan sekarang.
“Hei, Samatoki-san!” panggilnya pada seorang laki-laki berambut putih dan memakai jaket kulit hitam yang sedang berdiri di bawah pohon.
“Oh, Ichiro. Kau telat 10 menit,” Keluh sang laki-laki berpenampilan ala berandalan yang bernama Aohitsugi Samatoki itu. Suara seraknya menyiratkan kekesalan, namun sama sekali tak ada nada mengintimidasi.
“Maafkan aku! Ada urusan yang harus kuselesaikan dulu,” ucap Ichiro dengan tetap menampakkan senyumnya. Samatoki membuang puntung rokok yang dihisapnya ke tanah dan menginjaknya untuk mematikan api, sebelum kembali bicara pada pemuda ber-hoodie merah di hadapannya ini.
“Urusan apa?” tanya Samatoki dengan nada bicara seperti biasanya.
“Sudahlah, itu tidak penting. Lebih baik kita segera pergi, Samatoki-san!” Ujar Ichiro sambil berjalan mendahului Samatoki, seolah tidak membiarkannya bertanya lebih lanjut. Samatoki menghela nafas, memutuskan untuk mengikuti kemauan Ichiro dan berjalan menyusulnya.
“Ngomong-ngomong, tas itu apa isinya? Rasanya kau nggak pernah bawa tas,” tanya Samatoki penasaran.
“Oh, bukan apa-apa. Tadi sebelum kesini aku beli sesuatu untuk adik-adikku,” jawab Ichiro yang tentu saja dipercayai oleh Samatoki. Ia tidak tertarik juga sebetulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Memories
FanfictionAda satu foto kenangan yang tak bisa Samatoki singkirkan. Karena bagaimanapun juga, di dalam foto itu tersimpan kenangan dan momen berharga saat ia masih bersama Ichiro... Sosok yang tanpa ia sadari sudah mengisi kekosongan di hatinya. - Setting sa...