Secuil Kenangan Ayah

73 9 10
                                    


"Assalamualaikum Ayah! Hari ini aku akan menceritakan hal yg luar biasa." Alisya memeluk dan menyalami ayahnya.

"Wah Gadis cantik ayah sudah pulang, kau kelihatanya sangat bersemangat sekali, ada sesuatu hal yang membuatmu takjub?" tebak Ayah sambil mencubit pipi lembut Alisya.

Ia pun mengangguk semangat "Tunggu sebentar ya ayah, Alisya ingin ganti baju dulu" pintanya sambil berlari ke kamar.

Alisya memang seorang gadis kecil yang suka bercerita, dari kecil ia selalu menceritakan apa yang ia lakukan di hari tersebut. Mulai dari kegiatan sekolah, parade hewan di taman bahkan kucing tetangga sebelah yang berkelahi pun ikut menjadi bahan cerita Alisya kepada ayah dan keluarganya

Setiap pulang sekolah, Alisya segera memanggil ayah, ibu dan adik-adiknya yang masih balita dan bayi. Segera saja setelah semuanya berkumpul, Alisya menceritakan pengalaman dan pelajaran yang ia pelajari di sekolah maupun hal-hal yang dia lihat ketika berada di taman kota.

Muhammmad, Ayah Alisya itu merupakan seorang terpandang sebagai alumni Universitas Al-Azhar Kairo, walau tidak terlalu kaya. Ia sangat menghargai dan selalu mendengarkan cerita Alisya. Walau ia tahu kadang beberapa cerita yang dibawakan anaknya itu tidak masuk akal. Namun sebagai ayah yang baik, ia tetap mendengarkan dan memuji Alisya.

Dahulu ketika masih kecil, Muhammad memiliki kesamaan dengan Alisya, yaitu suka bercerita. Namun dulu orang tuanya sangat tidak suka ketika ia bercerita, Karena sering dianggap sebagai omong kosong. Sehingga ia merasa tidak percaya diri, dan tidak pernah bercerita lagi sampai dewasa.

Sekarang ia memiliki anak yang suka bercerita, sama seperti ia kecil dulu dan Muhammad bertekad untuk menghargai dan selalu mendengarkan kisah unik dan lucu dari Alisya.

"Ayah pasti tidak akan percaya dengan ceritaku kali ini." ujar Alisya sambil berkacak pinggang, seolah ia akan menceritakan kisah yang begitu luar biasa.

"Tadi aku bertemu dengan kakek penjual buku di taman kota, ayah." sambungnya.

Ayahnya masih diam dan menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut gadis berkulit putih itu.

"Kakek itu menjual buku berbahasa arab, banyaak sekali sampai satu kereta kudanya penuh!" Alisya merentangkan tangan, seolah menjelaskan betapa banyaknya buku kakek itu.

Ayahnya tertawa melihat tingkah lucu anaknya itu "jangan-jangan kau meminta satu kitab darinya."

"Ih bukan begitu yah, aku tidak tertarik dengan buku berbahasa arab itu. Membaca satu halamannya saja sudah sangat sulit. Tapi kakek itu berbaik hati menerjemahkan kepada Alisya sebuah buku yang sangat bagus yah. Buku itu bersampulkan lukisan jam bewarna emas." sahutnya girang.

"Oh ya? Sungguh baik sekali kakek itu nak. Apa yang ia ceritakan kepadamu?" tanyanya sambil mengelus kepala Alisya.

Lalu mulailah Alisya bercerita dengan gerak gerik dan gesture tubuh yang lucu, Alisya memang sangat pandai bercerita. Mungkin memang sudah bakat turunan dari ayahnya, ditambah dengan paras cantik dan bola mata yang selalu terbuka lebar, seolah ia melihat hal-hal yang luar biasa setiap harinya.

Ia menceritakan bagaimana Ubaid Bin Ya'isy seorang ulama besar yang sangat ketakutan kehilangan waktu belajarnya, sampai ia tidak makan malam karena menganggap makan malam itu hanya menghabiskan waktunya saja.

Sampai adiknya terpaksa turun tangan untuk menyuapi Ubaid yang sudah sering tidak makan malam. Adiknya khawatir dengan kesehatan kakaknya yang bisa sakit jika tidak makan malam akhirnya menyuapi Ubaid setiap malamnya. Sementara itu Ubaid tetap menulis dan membaca saat adiknya menyuapinya makan malam, dan itu dilakukannya sampai 30 tahun lamanya.

Keseriusanya dalam menuntut ilmu serta sangat berhati-hatinya ia menjaga waktu agar tidak hilang barang sedetik pun untuk belajar, menjadikan ia sebagai seorang ulama besar di zaman itu. Bahkan Ubaid lah yang mendidik Imam Bukhari dan Muslim sehingga mereka berdua bisa menuliskan kitab yang menampung ribuan hadist Shahih.

Bahkan saking terpercayanya kitab Shahih Bukhari, maka ia disebut-sebut sebagai Kitab yang paling bisa dipercaya setelah Al-Quran. Itulah satu contoh kehebatan murid Ubaid, dan masih ada ratusan orang hebat lainya yang lahir berkat keseriusan Ubaid bib Ya'isy dalam mengajari Ilmu pengetahuan.

Ayahnya sangat antusias mendengarnya, cerita Alisya juga menggingatkan nya momen-momen saat ia masih belajar di Kota Kairo, Mesir sekitar 15 tahun yang lalu. Muhammad pernah belajar di Universitas Al-Azhar selama 10 tahun sebelum akhirnya terpaksa kembali ke Istanbul karena harus ikut wajib militer yang diberlakukan oleh negaranya kala itu.

Ia segera tahu bahwa cerita Alisya ini berasal dari kitab biografi yang sangat fenomenal dikalangan para akademisi saat ia kuliah dahulu yaitu kitab "Siyar A'laamil Nubalaa'". didalam kitab ini diceritakan berbagai macam kisah luar biasa para ulama terdahulu, mulai dari masa kecilnya hingga dewasa, buku itu menyajikan biografi secara lengkap dan rinci.

Kitab itu memang menjadi kitab pegangan para mahasiswa Al-Azhar kala itu, sebagai pemompa semangat ketika rasa bosan dan jenuh datang menghampiri jiwa hampa mereka. Kitab itu seolah percikan api yang siap membakar semangat penuntut ilmu.

Ia teringat dengan teman lamanya mahasiswa yang berasal dari daerah yang bernama Jawi (Indonesia). Mahasiswa asal Jawi itu begitu luar bisa dalam belajar, ia tidak pernah keluar rumah selain untuk menuntut ilmu dalam halaqah-halaqah yang ada di dalam Masjid Al-Azhar. Saat berada di Rumah pun mahasiswa nusantara itu masih tetap belajar, hal itu dilakukan agar ia bisa mendakwahi masyarakat jawi yang kala itu masih dijajah oleh bangsa Portugis dan masih banyak yang tidak menjalankan syariat Islam.

Kenangan di Al-Azhar membuatnya ingin kembali datang ke Kairo dan bernostalgia ria disana.

Ia kembali memerhatikan Alisya yang masih semangat bercerita mengenai Ubaid, mungkin ada satu dua hal yang ditambah Alisya sebagai bumbu ceritanya, agar semakin menarik pendengar setianya.

Dahulu ketika masih kuliah, Muhammad pernah menamatkan beberapa jilid dari belasan jilid kitab yang diceritakan oleh anaknya itu.

Sehingga ia sangat kagum ketika tahu anaknya yang masih kecil sudah mendengar kisah hebat ini dari kakek penjual buku tersebut. Memang seharusnya kisah seperti ini diperkenalkan kepada generasi muda Turki, agar Kekhalifahan Turki Utsmani tetap bisa menyaingi Negara-negara eropa dalam hal pendidikan.

Memang Saat itu Eropa sudah mulai bangkit dari masa kegelapan (Renaisans) dan Mulai mengincar kekuatan DInasti Turki Ottoman untuk dihancurkan karena dianggap terlalu mendominasi politik dan ekonomi benua Kristen itu.

"Oke sekian dulu kisah hari ini ayah!" ujar Alisya yang membuyarkan lamunannya.

"Sampai kapan kalian akan bercerita? Ayo kesini, makan malam sudah dihidangkan nanti segera dingin!"

Alisya melihat ke sumber suara yang sangat familiar ditelinganya, ternyata ibu sudah duduk di meja makan dari tadi mendengarkan cerita Alisya.

Segera saja ia tarik tangan ayahnya dan makan malam bersama-sama.

"Aku ingin seperti Ubaid bin Ya'isy yang selalu disuapi makan malamnya" ujarnya semangat. Ayah dan ibunya saling berpandangan, tak lama setelah itu mereka tertawa.

"SIlahkan minta adikmu yang masih bayi itu untuk menyuapi, jangan minta sama ayah" sahut ayahnya sambil setengah meledek.

Wajah Alisya jadi memerah, mana mungkin bisa adiknya menyuapinya, untuk makan sendiri bayi itu saja belum bisa "ihhh ayah jangan becanda donk" sambil mencubit tangan ayahnya.

Makan malam dihari itu dihiasi dengan tawa canda, suasana di keluarga kecil itu menjadi begitu hangat dengan kisah-kisah Alisya setiap harinya. Gadis kecil itu selalu mencari bahan cerita setiap harinya, agar bisa bercerita sepuasnya kepada ayah yang sangat ia sayangi.

...............................................................................

Hai Sahabat pembaca yang budiman, silahkan mengambil manfaat dari cerpen ini ya! karena didalamnya terdapat berbagai fakta sejarah, beberapa nama buku dan beberapa nama tokoh yang benar-benar ada didunia nyata dan tercatat dalam tinta emas sejarah keislaman.

Jika ada banyak kekurangan dan kekeliruan, tolong beritahu saya ya! mari saling memberi masukan agar kita bisa bersama-sama belajar dan bertumbuh!

Salam dari Negeri 1000 Menara, Kairo Mesir!

Nasehat Untuk AlisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang