16

55 9 0
                                    

“Aku sudah menerima perasaan Seokjin Oppa, Jim.”

Ucapan Chae Rin meluluh-lantakkan hati Jimin. Akhirnya hari ini datang juga, hari dimana Chae Rin menjadi kepunyaan orang lain. Jimin sakit, perih hatinya. Namun tidak berdaya. Hanya mencoba rela melepas perasaan yang bertepuk sebelah tangan. Maka satu senyuman ia sunggingkan, memasang wajah cerah, bahagia atas kebahagiaan Chae Rin, sahabatnya, belahan jiwanya.

“Baguslah. Aku harap kau selalu bahagia seperti ini, Chae Rin.”

Chae Rin mengangguk. “Serius, Jim. Hari pertama jadian sungguh indah, indah sekali. Kencan biasa, tapi rasanya manis kalau bersama orang yang kita cintai. Kau juga harus temukan orang yang kau cintai, Jim. Setelah itu kita bisa kencan bersama, double-date. Pasti seru.”

Jimin mengangguk.

“Ngomong-ngomong, kenapa sudah di rumah? Kau tidak kerja?”

Jimin menggeleng, “Aku bebas mulai sekarang. Aku sudah keluar.”

“Bagus. Akhirnya! Aku akan minta Eomma untuk meminta kita belajar private bersama.”

Jimin menggeleng, “Tidak bisa. Karena aku sudah punya jadwal setelah ini. Bahkan setiap hari.”

“Jadwal apa?”

Chae Rin menatap penuh antusias pada Jimin yang menari di hadapannya. Tubuh Jimin itu memang bagus sekali, ditambah keringat yang bercucuran sungguh menambah kesan seksinya. Chae Rin sampai terperangah sambil mengambil video dengan ponselnya. Jimin keren, pujinya.

“Hah …” Satu tarikan napas Jimin terdengar setelah musik pengiringnya menari sudah berhenti, bersamaan dengan gerakan puncak yang dilakukan oleh Jimin. Chae Rin mematikan videonya, berdiri dan memberikan tepuk tangan dengan semangat.

“Manggae, kau hebat!” seru Chae Rin antusias.

Jimin tersenyum. Senang melihat Chae Rin memujinya, sesaat, sebelum akhirnya ia menepis debarannya.

“Apa kau pikir juri akan meloloskanku?”

“YoonSan akan membantu jika mereka menolakmu.”

Jimin melipat tangannya di dada, “Sekarang kau bertingkah sebagai pewaris?”

“Hahaha … Siapa tahu agency itu butuh investor.”

“Hoho, Chae Rin. Berhenti konyol. Dan dengarkan aku, aku bahkan bisa diterima tanpa bantuan siapapun.”

“Aku percaya.”

“Dan aku menghargai kepercayaanmu.”

----*****----

“Hei, sepupu kesayangan!” sapa Hani dari sambungan teleponnya.

“Kau baru menelpon sekarang! Aku padahal ingin memakimu karena mengirim Chae Rin kerumah, memaksaku makan dan minum obat!” omel Jungkook membuat Hani terkekeh di ujung sana. “Kau masih bisa tertawa, Go Hani!”

“Sudah, jangan marah-marah. Lagipula Ahjumma bilang kau sudah sembuh sekarang. Harusnya kau berterima kasih padaku, pada Chae Rin juga.”

“Huh!” Jungkook mendengus. “Kau kapan pulang?”

“Merindukanku, hm?”

“Sial!”

“Aku mungkin akan segera pulang besok atau lusa. Urusanku sudah selesai.”

“Benarkah?”

“Hm … selesai dengan sempurna. Appa dan Eomma-ku tidak jadi bercerai. Eomma Kang Sena memang licik. Bahkan sekarang dia sedang kabur dengan pengusaha tua asal Amerika. Kalau Sena tahu, mungkin dia terluka sekali.”

Heirs in the trap || Kim Seokjin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang