7. Buktiin ah

155 18 2
                                    

Bell pulang telah berbunyi dari 1 jam yang lalu. Tetapi aku masih mengejar Genza yang sedang menuju keruang Olahraga.

"Kak ayo nontonnn!!!"

"Kaaakkkkk!!!!" panggilku geram pengen nabok.

Aksi suci kali ini adalah mengajaknya menonton. Aku sudah membeli dua buah tiket khusus. Satu untukku dan satu untuknya.

"Kak ayo!"

"Nggak"

"Kak!"

"Gak!"

"Kak!"

"Udah gue bilang berapa kali, gue gamau!.... Ga sudi!"

Aku terdiam dan menghentikan langkahku. "Ga sudi ya?" aku memandang tiketku hampa. Kulihat dia terlihat sibuk dengan kunci pintu ruang olahraga tersebut.

"Yaudah" ucapku berbalik arah tanpa melihatnya lagi. Dia saja tak melihatku, jadi buat apa melihatnya?

Entah mengapa aku merasa kesal,kesal dan kesal. Dan satu lagi, sakit hati.Dia siapa? Cih! Walau Deg degan itu mungkin kesal gregetan ya? Iya. Positif aja.

Tak berbeda dengan lainnya, hari ini aku akan menghadiri kumpulan club fotografi. Dikarenakan akan ada rapat pemilihan pengurus baru untuk anggota club.

Begitu pula dengan organisasi dan ekstrakulikuler lainnya. Sekolah akan mengadakan pelantikan untuk setiap ketua pengurus yang baru pada awal bulan yang akan datang.

Aku yang baru bergabung diclub fotografi pun berniat mencalonkan diri. Dan tanpa kusangka sangka ternyata aku benar terpilih menjadi wakil dari Kevin. Ya Kevin adalah Partnerku, dia adalah ketua yang baru.

Setelah sibuk persiapan pemilihan dan rapat. Aku baru teringat bahwa aku tidak memberikan bekal dan coklat seperti biasanya kepada Genza. Aku hanya sibuk dengan tiket,tiket dan tiket dari jam istirahat berlangsung.

Dan nasib bekal yang kubawa pun berakhir dengan keahlian telan menelanku dengan Kevin. Kami memakannya pada waktu istirahat rapat kepengurusan sebelum selesai.

Dan disitu aku melihat Genza dan teman temannya yang sedang duduk duduk dipinggir lapangan. Beberapa kali aku tersenyum saat mereka melihat kearahku tanpa sengaja. Namun hanya temannya.

Dan Genza? Begitu dia melihatku langsung mengalihkan pandangan dan pergi begitu saja.

Nyutnyutan rasanya.

Hingga sekarang tak terasa hari mulai sore. Aku berdiri didepan gerbang berniat untuk mencari tebengan, dan tak sengaja manik mataku melihat Genza.

Tetapi lagi lagi dia hanya membuang muka dan meninggalkanku. Oke,jangan dipirkan. Sekarang aku hanya perlu mencari Kevin. Karena Kevin selalu ada untukku, dari kecil. Dari kecil.

Saat diperjalanan pulang yang mulai mendung,tak sengaja motor yang kutumpangi bersama Kevin menyalip mobil milik Genza.

Aku memandangnya cukup lama dengan radius yang cukup jauh mungkin merasa diperhatikan ia menoleh kearahku.Dan kali ini akulah yang membuang pandangan.

Bertepatan dengan itu Kevin menancap gasnya.Membuatku spontan mau tak mau berpegangan padanya. Dia gila. "Kamu cemburu ya? Aku ngeliatin Genza? Ya ya ya? Aduh Kevinku udah besar sekarang" ucapku sambil tertawa dan mengetok ngetok helmnya.

Mendengar itu Kevin menambah kecepatan motornya. Emosi ya? Dan akupun kembali tertawa.

Setelah mengucapkan terimakasih, aku langsung memasuki rumah dan merebahkan diri dikasur kesayangan. Tentunya setelah melepas sepatu dan mengganti baju.

Jam menunjukkan pukul 16.13 yang membuatku merasa bosan. Biasanya dijam jam seperti ini aku akan mengerjakan tugas, internetan, makan,nonton, tidur, dan mengganggu Genza. Tetapi sekarang terasa sangat tidak mood.

Akupun membuka dan menscrool timeline malas. Aku masih merasa kesal karena tiket yang kubeli dengan susah payah memperebut antrian ditolak mentah mentah.

Tanpa sengaja aku melihat quotes yang dipost oleh akun hits kekinian. Yang berisi ciri ciri orang jatuh cinta, salah satunya adalah deg degan.

Terlintas ide dipikiranku. Mengapa aku sekesal ini bahkan mungkin sakit hati karena ditolak oleh tiket? Mengapa pula aku sakit hati? Memangnya aku menyukainya? Sejak kapan?

Setelah kupikir pikir mengapa tidak kubuktikan? Benar! Ayo buktikan.

Dengan tekad pembuktian yang serasa dieksekusi mati aku memberanikan diri menelfon Genza.

"Halo?"

"Halo kak?"

"Kak?"

"Hm" jawabnya.

"Kak! Kali ini jangan dimatiin dulu pliss....Aku mau buktiin sesuatu. Walau chat aku kakak read semua gak papa ,tapi kali ini respon ya, bentar doang.

Hening.

"Walau sebenernya aku masih kesel sama kakak,kakak nolak tiket aku! Setidaknya hargain dong! Belinya pakek uang tauk bukan daun!"

"Bukan urusan gue,gue ga nyuruh"

Aku terkejud dengan ucapannya. Bener juga. Kenapa bisa juga aku jadi bertingkah sejauh ini? Bahkan gak ada di 10 pilar? dan kali ini harus dipendem lagi dulu sakit hatinya.

"Oke oke! Kali ini kalo gak kakak matiin aku ga bakal ganggu kakak sampek nanti malem,janji." lanjutku tetap semangat. Aneh memang.

"Bener?"

"Iya"

"Yaudah. Gue capek, cepetan!"

"Aku mau ngetes ketegaran dan keteguhan hati aku. Jadi kali ini kakak cukup ikutin kata kata yang aku ucapin tapi cukup dua kata terakhirnya aja"

"Serah, yang penting cepet selesai"

"Iya jawabnya ogah ogahan juga gak papa, sambil mejem aja bis--"

"Cepet!" potongnya.

"Aku mulai ya" ucapku mulai deg degan.

"Hm"

"Eliza kamu cantik"

"Kamu cantik" aku gigit jari.

"Eliza aku kangen"

"Aku kangen" aku nonjok angin.

"Eliza aku sayang"

"Aku sayang" aku nonjok bantal.

"Iya sayang banget"

"Sayang banget" aku ngeremes selimut.

"I love you"

"love you" aku ngematung. Kaget.

Hening. Kayaknya dia baru sadar? Sebelum dia benar benar sadar aku mencela duluan.

"I love you too!" lanjutku cepat.

"Hah?!"

Tut tut tut...

Setelah mematikan sambungan telepon. Aku memegangi jantungku yang rasanya ingin pindah kepinggang.

Mau copot beneran.

Kata katanya begitu berpengaruh buatku. Walau kata katanya bukan dari dalem hatinya.

Sakit hatinya kalah sama rasa seneng dan malu?

Jadi?.......














Aku beneran suka ya?



Tfr. 💜✨

UnUsuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang