Pertemuan

5 1 1
                                    

Disebuah ruangan yang cukup lebar namun gelap terlihat seorang gadis yang berumur sekitar 18 tahunan. Ia sedang duduk di meja belajar yang tidak pernah ia pakai untuk belajar itu sambil menuliskan kata-kata di buku harian miliknya, entah apa yang sedang ia tulis, jika ia sedang menulis catatan hariannya, pastilah catatan harian yang menyedihkan karena setiap harinya selalu menyedihkan dan kesepian.

Di sisi lain, Hwanhee yang merupakan seorang pelayan baru rumah keluarga Kim sedang berjalan melewati lorong yang sepi sambil membawa nampan yang berisi makanan dan minuman menuju kamar majikannya.

Ini adalah hari pertamanya bekerja dan ia ditugaskan untuk melayani putri dari majikannya itu. Setelah melewati banyak lorong mengingat rumah keluarga Kim ini sangan besar, sampailah dia di sebuah tangga kecil dan langsung terdapat pintu. Ia mengeluarkan sebuah kunci yang merupakan kunci dari pintu kamar yang sekarang ada di depannya itu.

Sebenarnya ia tidak mengerti sama sekali, dari sekian banyaknya ruangan, kenapa majikannya ini memilih berada di kamar ini, dan dia juga bingung kenapa pintunya harus di kunci dari luar sedangkan ada seseorang di dalamnya. Yang ia tahu adalah putri dari majikannya ini mengidap penyakit langka, itupun ia diberi tahu oleh pelayan yang lain, bukan langsung dari majikannya itu.

Hwanhee pun memasukan kunci yang sedari tadi ia pegang dan membuka pintu tersebut. Ia mengetuknya terlebih dahulu agar terlihat sopan berharap majikan baru nya ini langsung menyukainya.

Namun itu hanya harapan Hwanhee saja, ia tidak perlu mengharapkan apapun kepada majikannya yang sekarang sudah berdiri tepat di depannya itu sambil tersenyum dengan penampilannya berantakan. Hwanhee sedikit ketakutan namun tetap membalas senyuman gadis di depannya itu. Ia sangat bingung dan merasa canggung karena di tatap seperti itu lama sekali.

Ia melihat sebuah meja di belakang gadis itu yang mungkin bisa dipakai olehnya untuk menaruh makanan yang ia bawa. Ia pun berjalan melewati majikan barunya yang sangat aneh itu. Tapi baru beberapa langkah, terasa sebuah tangan yang menyentuh bahu kirinya. Ia tersentak kaget dan menjatuhkan nampan yang ia bawa.

" Song Hwan Hee, 18 tahun. Ternyata kita seumuran"

"y-ya? Kamu tahu n-nama ku d-dari mana?"

"ibumu"

"ibu?"

"hmm"

Benar, ibu HwanHee memang pernah bekerja di rumah ini. Tapi ibunya telah meninggal 2 tahun yang lalu.

"ternyata kamu memang cantik" ujar gadis itu sambil mendekati wajahnya ke wajah Hwanhee dan mengelus pipi Hwanhee dengan jari telunjuknya.

"a-apa?" tanya Hwanhee panik sambil membelalakan matanya benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia mengira bahwa penyakit langka yang dimaksud itu adalah gila karena di matanya seseorang yang di depannya itu benar-benar tidak terlihat normal.

Lebih mengejutkan lagi karena gadis gila yang di depannya ini mengecup bibir Hwanhee. Hwanhee yang syok atas perlakuan majikannya ini pun spontan mendorong tubuh gadis itu dengan kasar. Nafas Hwanhee memburu dan detak jantungnya tidak beraturan ia benar-benar ketakutan dan bingung harus melakukan apa.

Ia melihat majikannya itu masih terduduk sambil menunduk, lalu sepersekian detik ia mengangkat wajahnya dengan ekpresi datar, kembali ia menatap Hwanhee jangan bilang kalau dia akan melakukan hal yang tidak senonoh pada Hwanhee, padalah mereka sama-sama perempuan.

Gadis gila itupun bangkit lalu memukul kepala Hwanhee dengan sangat kuat sampai Hwanhee terbanting ke lantai. Ia sangat ketakutan, sambil memegangi kepalanya yang sekarang rasanya seperti sedang berputar-putar ia melirik ke arah pintu, Hwanhee pun berniat untuk bangkit dan berlari keluar. Seakan bisa membaca pikiran Hwanhee, gadis gila itu pun menendang perut Hwanhee sampai Hwanhee terjatuh lagi ke lantai. Gadis ini bukan gila, tapi dia penjahat, pikir Hwanhee.

Gadis gila itu mendekati tubuhnya lagi dan mengeluarkan sebuah pisau lipat yang terlihat sangat tajam.

"kau ingin mati seperti apa" tanya nya sambil menempelkan permukaan pisau itu di leher Hwanhee.

Hwanhee pun kaget dan sangat panik. Buru-buru ia menggelengkan kepalanya dengan kencang sambil menangis, lehernya pun tergores karena gadis gila itu sedikit menekan pisaunya ke leher Hwanhee.

"kau tidak menjawab pertanyaanku?"

"aku tidak ingin mati sekarang" dengan nada memohon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang