"Don't fall in love with each other! That's the rule." Ucap cewek berwajah tegas pada ketiga sahabatnya yang ada di ruangan itu.
"The only rule?" Cowok bertubuh paling tinggi yang duduk di sofa menegaskan.
"Hmm!!" cewek itu mengangguk dengan yakin.
"Kayak gue yang mau aja sama kalian." Tunjuk cowok berambut ash brown pada kedua cewek yang ada di ruangan itu lalu menegak habis sekaleng cola dingin yang dipegangnya.
"Dih, emang kita juga mau sama cowok dekil, jarang mandi, jorok, pikunan, kebo, tukang ngaret, kayak lo? EWH!"
Cewek bermata kecil yang sedang makan mie ayam hanya terkekeh mendengar ocehan kedua sahabatnya.
"Faktanya, banyak tuh cewek yang mau jalan sama cowok dekil, jarang mandi, jorok, kebo, apalagi? Ah iya, tukang ngaret kayak gue. Hayo?" Cowok berambut ash brown itu menyeringai menyimpan kaleng colanya lalu berdiri didepan cermin besar yang ada di ruangan itu, memerhatikan dirinya seksama.
"Lagian kenapa harus ada rule segala sih? Buat apa?" Cowok paling tinggi di ruangan itu tidak habis pikir apa yang mendasari salah satu sahabat ceweknya sampai terpikir ide aneh seperti itu? Memangnya persahabatan mereka sebuah organisasi apa? Sampai harus ada perturan segala.
"I hope this rule will protect us and our friendship. Kalian jangan lupa kita ini lawan jenis. Nggak ada yang bisa jamin kalo someday perasaan misterius itu nggak akan pernah ada diantara kita. Walaupun kita semua yakin perasaan itu nggak akan pernah ada dan kita sama-sama nggak mau perasaan misterius ada."
Cewek iti menjeda, "kalian harus sadar perasaan misterius itu bisa dengan gampang nguasain hati kita, matiin logika kita. Makanya buat jaga-jaga, dan sebagai pengingat buat kita, gue mau peraturan ini harus ada."Cewek berwajah tegas itu memeluk cewek bermata kecil dari arah belakang yang dibalas dengan senyuman hangat olehnya.
"Gue takut... Takut banget kehilangan kalian semua. Kalian tau kan, kalian sangat-sangat berarti buat gue." Suaranya melemah membuat cewek bermata kecil seketika berhenti mengunyah mie ayamnya lalu berbalik balas memeluk sahabatnya itu.
"Lo ngomong apa sih, Ras? Kok jadi sedih gini? Iya, gue setuju sama peraturan itu. Kalian juga setuju kan?" Tanyanya pada kedua sahabat cowoknya yang sekarang mematung ditempatnya masing-masing. "Ya kan?" Ulangnya lagi.
Cowok berambut ash brown menyahut, "iya-iya kita setuju."
"Gue juga." Tambah si cowok bertubuh paling tinggi tidak lama kemudian.
Pernah dengar istilah, the rules are made just to be broken?
Sayangnya istilah itu benar adanya.
Setidaknya dalam persahabatan mereka.
Mereka melanggarnya dua tahun setelah aturan itu disepakati. Kemudian di tahun keenam, mereka sadar. Aturan itu harusnya tidak dilanggar, bahkan harusnya tidak pernah ada.
Mereka sadar mereka salah setelah keempatnya menjadi dua pasang kekasih.
Setelah cinta dirasa bukan untuk yang seharusnya.
Setelah semuanya dirasa terlambat hanya menyisakan penyesalan dan rasa sakit.
"Gue boleh kan, meluk lo 10 detik aja? Please!"
"Lo mabok!"
"Please! 10 detik aja, nggak lama."
Mohon salah seorang dari mereka pada salah seorang yang lain disuatu waktu.
***
This story inspired by iKON's Song Hug Me
"Just one time, for 10 seconds, let me hug you
Just enough so it won't ruin our friendship
Just enough so I won't have any regretJust one time, before you go to him, let me hug you
Just enough so it won't ruin our friendship
Just enough so I won't have any regret
I became like the people I hated the mostMy head says no but I want you
As time goes by, these feelings get stronger
I try to hide it but I keep moving to my instincts
When I'm next to you, I'm a friend
When I'm alone, I'm a lover"***
181115
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi (Hug Me)
General Fiction(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...