Sebuah sekolah ternama di Kota Jakarta terlihat ramai di waktu istirahat. Para murid ada yang bermain basket, bercanda ria, bahkan makan-makan. Yang menarik perhatian, adalah seorang siswi dengan penampilan yang tidak baik. Kemeja putih sekolahnya yang seharusnya dimasukkan ke dalam rok malah dikeluarkan. Rok sekolah abu-abu yang harusnya diatas lutut pun malah dirombak jadi setengah paha.
Siswi itu terlihat berjalan dengan dua orang siswa yang berjalan di samping kanan dan kirinya. Tak lupa, penampilan dua siswa itu juga tak jauh beda dengan si siswi. Dan siswi dengan penampilan tak sopan itu adalah Zia.
"Si cupu datang." Rico, sahabat laki-laki Zia berkata saat seorang siswa berkacamata berjalan di depan mereka. Zia menyeringai melihatnya. Waktu senang-senangnya tiba.
Saat berpapasan, dengan sengaja Rico menubruk bahu murid cupu itu hingga dia terjatuh. Buku-bukunya juga jatuh dan berserakan di lantai. Bukan membantu, Zia malah sengaja menendang beberapa buku itu hingga murid itu susah menggapainya.
"Kalo jalan liat-liat dong!" Bentak Zia. Setelah itu, dia dan kedua sahabatnya pergi dengan tertawa puas. Sedangkan murid yang lain hanya bisa melihat dengan tatapan takut. Sebagian dari mereka ada yang membantu murid cupu itu.
"Cih! Jadi anak orang kaya aja belagu." Sebuah suara dari murid perempuan terdengar oleh telinga Zia. Langkah Zia langsung terhenti dan dia berbalik mendekati siswi yang berbicara tadi.
"Lo ngomong apa tadi? Gue gak denger." Ucap Zia dengan sengaknya. Kedua tangannya dia lipat di bawah dada dengan tatapan merendahkan pada dua siswi didepannya.
"Lo punya mulutkan? Ngomong dong!" Zia kembali membentak. Tapi, siswi itu hanya diam dengan kepala menunduk.
"Mulut lo itu ada didepan agar saat bicara lo gak di belakang!" Bentak Zia lagi. Setelah itu dia mendorong bahu siswi itu hingga punggung siswi itu membentur dinding.
"Zia, Kenzo udah nungguin nih!" Robby, sahabat Zia yang lain berteriak karena Zia terlalu lama.
"Cih! Menjijikkan." Ucap Zia. Setelah itu dia berbalik dan menghampiri kedua sahabatnya untuk segera pergi ke tempat seseorang bernama Kenzo.
"Masalah tas lo gak perlu khawatir. Nanti si Angga yang bawa pulang. Kita bisa senang-senang di tempat si Kenzo sampai sore." Ucap Rico. Zia tertawa pelan mendengarnya.
"Well, gue udah gak sabar untuk segera melayang lagi." Ucap Zia dengan seringainya. Rico dan Robby ikut menyeringai. Yah, inilah kehidupan mereka. Kehidupan buruk mereka akibat keegoisan para orangtua.
***
"Antonio, Zia tidak ada di sekolah. Para murid bilang dia pergi saat jam istirahat dan tidak kembali lagi ke sekolah." Seorang wanita bernama Sheryl dengan pakaian formal khas seorang karyawati berbicara pada partner kerjanya. Yaitu seorang pria bernama Antonio.
"Kau sudah cek apartemennya?" Tanya Antonio. Dia bangkit dari kursinya dan mengambil ponsel miliknya.
"Tadi aku sudah cek dan dia tidak ada disana." Jawab Sheryl.
"Dia pergi dari sekolah bersama siapa?" Tanya Antonio.
"Rico dan Robby." Jawab Sheryl lagi. Antonio menghembuskan nafas lesu mendengarnya.
"Sheryl, kau tahu sendiri Zia akan pergi kemana jika bersama dengan dua cowok itu." Ucap Antonio yang mulai panik. Sheryl pun mengambil tas tangan miliknya karena mereka akan segera pergi.
"Aku tahu. Dan sekarang, kita harus segera mendatangi rumah Kenzo." Jawab Sheryl. Antonio mengangguk dan mereka pun keluar dari ruangan itu untuk segera pergi ke tempat dimana Zia selalu menghabiskan waktu untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Antonio dan Sheryl adalah dua pengawal Zia yang betugas mengawasi segala perilaku Zia. Mereka bahkan diberi kebebasan untuk melarang dan memarahi Zia. Itu adalah perintah yang mereka dapatkan dari Harry, ayah Zia.
***
"Kau gila Zia! Bagaimana kalau kau overdosis lagi?! Seharusnya kau beruntung dulu kau selamat!" Sheryl membentak Zia karena perasaan marahnya yang tak terbendung. Zia yang mendengarnya hanya diam dengan tubuh terbaring di atas sofa ruang tamu apartemennya.
"Sebenarnya apa maumu Zia?!" Tanya Sheryl gemas. Antonio yang melihat Zia pun merasa gemas karena gadis itu benar-benar tak bisa diberitahu.
"Mati." Satu kata itu meluncur begitu saja dari mulut Zia. Matanya terpejam dan tubuhnya terlihat lemas.
"Zia, jangan karena rumah tangga orangtuamu hancur kau ikut menghancurkan hidupmu. Hargai nyawamu. Jangan menyia-nyiakannya." Ucap Sheryl. Ya, dia tahu kalau Zia memang selalu berkata seperti jika ditanya apa keinginannya. Karena sudah sekitar dua kali Zia mencoba bunuh diri. Pertama, Zia dengan sengaja menabrakan mobil yang dia bawa ke pembatas jalan hingga dia koma selama 12 hari. Lalu, Zia pernah mencoba melompat dari jendela rumah sakit. Namun, saat itu dia ketahuan oleh dokter dan suster. Rencana bunuh dirinya pun gagal.
"Ayolah Zia, berubah. Perbaiki dirimu. Hargai dirimu sendiri." Ucap Sheryl. Zia membuka matanya dan menatap Sheryl dengan tajam.
"Kau tidak merasakan apa yang aku rasakan. Jadi, lebih baik kau diam saja." Balas Zia dengan sinisnya. Dia bangkit berdiri dan berjalan dengan sedikit terhuyung menuju kamarnya. Sheryl dan Antonio menghembuskan nafas lesu melihat kepergian Zia. Mereka begitu iba dan kasihan melihat Zia yang sudah mereka anggap adik sendiri harus hidup seperti itu.
"Antonio, apa yang harus kita lakukan? Aku sudah pusing." Ucap Sheryl. Dia menjatuhkan tubuhnya di sofa.
"Entahlah Sheryl. Aku juga bingung." Jawab Antonio. Dia ikut mendudukkan dirinya disamping Sheryl.
"Kuharap, suatu hari nanti akan ada seseorang yang mampu mengubah Zia menjadi lebih baik." Ucap Sheryl dengan lesu.
"Kupikir, Zia harus bertemu dengan Ibunya." Ucap Antonio. Sheryl langsung menatap Antonio setelah mendengar ucapan Antonio barusan.
"Tapi, apa kau tahu dimana Ibu Zia?" Tanya Sheryl.
"Tidak." Jawab Antonio dengan tenangnya. Sheryl mencibir mendengarnya. Dia kira Antonio tahu dimana keberadaan ibu Zia. Mereka pun sama-sama terdiam dengan kepala pusing karena memikirkan Zia.
***
Hari sudah malam dan Zia sudah siap untuk segera pergi ke kelab malam. Tubuhnya yang ramping di balut sebuah dress ketat berwarna hitam. Rambutnya yang hitam legam sepinggang di urai.
Zia mengambil tas selempangnya yang berwarna hitam. Dia juga memakai sepatu hak tinggi berwarna hitam.
Zia merapikan penampilannya sebelum pergi ke kelab. Hari ini, Antonio dan Sheryl sedang tidak ada. Dan Zia akan memanfaatkan waktu malam ini untuk bersenang-senang.
Zia menyeringai senang. Semoga saja malam ini niatnya untuk melakukan one night stand berhasil. Dan Zia berharap Antonio maupun Sheryl tidak akan mengganggunya lagi malam ini.
__________________________________
Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
Roman d'amourPerpisahan orangtua bukanlah hal yang baik. Apalagi kalau mereka berpisah karena orang ketiga. Akibatnya, anak yang menjadi korban. Seperti orangtua Zia, mereka berpisah karena ayah Zia yang membuka hati pada wanita lain. Perpisahan terjadi dan ayah...