7 (edited)

66 10 1
                                    

Line
20.32

Sa biru : brian
Sa biru : maaf kan aku telah berfikir jelek tentangmu
Sa biru : aku terlalu emosi kemarin pagi

Setelah mengirimkan pesan itu aku kembali bekerja hingga pukul 10 malam aku mengemasi barangku dan melepas celmek coklatku melipatnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Kak, aku pulang dulu" pamitku kepada kak sungjin yang sedang mengetik sesuatu di laptonya.

"Akan ku antar, sekalian pulang" kak sungjin segera mengemasi barangnya, aku menggeleng.

"Tidak usah kak, biasanya aku juga pulang sendiri" aku tetap menolak, aku takut canggung di mobil.

"Tak apa ayo, tidak boleh menolak rezeki" kak sungjin menarikku keluar caffe dan mematikan saklar caffe menuntunku agar masuk ke mobilnya.

"Sebenarnya tidak usah repot repot kak..." kataku kak sungjin menyalakan mesin mobilnya.

"Tidak, aku hanya ingin lebih dekat denganmu, aku rasa kita terlalu canggung"

"Eh? Benarkah? Maafkan aku kak"

"Aneh kamu ngapain minta maaf"

Saat itu aku mengetahui segala pribadi kak sungjin dia mudah tersenyum, dia humble sangat manis dia menceritakan tentang band nya dahulu dia selalu membanggakan nama sekolah karena selalu lolos audisi, dan dia mengatakan jika phobia wanita.

"Sudah kak sudah sampai sini aja, di sana mobil tidak bisa masuk" kataku kak sungjin menepikan mobilnya.

"Akan ku temani" aku dan kak sungjin keluar dari mobil

"Tidak usahhh" aku sudah mengatakan tidak kak sungjin memaksa dengan alasan tidak ingin aku kenapa napa.

Aku berjalan dengan kak sungjin di sampingku tanpa mengatakan apapun, "sudah sampai" aku memandang rumahku dan kak sungjin tersenyum melihatku.

"Masuklah" kata kak sungjin mengacak rambutku gemas.

"Kakak duluan saja"

"Yasudah"

Pyar!!

!!!?

Ayahku pastinya kali ini memecahkan jendela rumah, aku segera masuk dan melihat barom sedang memohon kepada ayahku.

Aku menarik barom yang pipinya lebam karena di pukuli oleh ayahku, aku tidak melihat ibuku.

"Barom kamu gila?" Aku membawa barom keluar rumah  dan melihat sungjin masih di sana dengan wajah cemas.

"Kak, ada p3k?" Kataku kepada kak sungjin, kak sungjin mengangguk dan segera lari mengambil kotak p3knya aku menuntun adiku berjalan menuju mini market tempat kak sungjin parkir mobil.

Aku mendudukan adikku membuka kotak p3k kak sungjin dan mengobati luka lebam di pipi barom dan luka berdarah di tangan barom.

"Ayah kenapa lagi?" Tanyaku barom menggeleng, aku menekan luka barom

"AAA!! SAKIT KAK!" aku mendengus kesal, siapa suruh main rahasia rahasia lagi.

Kruyuk kruyuk!

"Aish, kamu?" Kataku setelah mendengar suara perut keroncongan sembari menunjuk barom.

"Hehehehe" dia malah terkekeh.

"Yaudah di sini saja, biar kakak yang beli ramyeon, kak sungjin kamu mau?" Tawarku dia menggeleng.

Sungjin menggeleng aku memasuki mini market sembari menunggu ramyeon milik barom selesai hp ku bergetar.

Line
22.57

Brian🐢 : lo dimana?

Sa biru : di rumah.

Brian🐢 : oh

Sa biru : kenapa belum tidur? Masih belajar? Astaga bri, besok libur

Brian🐢 : kenapa? Ingin bertemu?

Sa biru : aku kerja, kamu bisa dateng ke kedai mie daerah wwong sang.

Brian🐢 : cuman nanya

Sa biru : cepatlah tidur, jangan tidur terlalu larut, good night!💜

Read

Aku membawa ramyeon untuk adikku di luar, aku melihat sungjin menggantikanku merawat luka boram, "ini aku terakihir melihatmu seperti ini, jika tidak akan ku bunuh sekalian" aku menyerahkan ramyeon kepada boram dan yougurt untuk kak sungjin.

"Kak yogurtku?" Tanya boram aku mendengus kesal dan aku menyerahkan milikku ke boram, dasar adik gak tau di untung.

kak sungjin menyerahkan miliknya kepadaku, "minum aja, lagian aku mau pamit, boleh kan?" Kak sungjin berdiri.

"YA KAK!!! HATI HATI DI JALAN!!" Ucapku dengan boram bersamaan lalu kami berdua saling kontak mata jengkel lalu kami melambaikan tangan ke kak sungjin sampai kak sungjin melajukan mobilnya kembali.

"Kak, dia siapa? Pacar kakak?" Tanya adikku aku memukul kepalanya.

"Enak aja, kamu gak tau pacar kakak?"

"Kak brian?"

"Kok tau?"

"Kakak sering cerita.."

Aku menggaruk kepalaku bingung, "emang iya?"

"Dari pada kakak sakit hati terus mending sama kak sung--" belum selesai bicara aku dan boram menatap seseorang bediri di depanku, aku meneguk salivaku.

Laki laki itu berdiri mengenakan hoodienya menatapku malas dan kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya.

"B-brian?"

----

Letting Go - BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang