Aku hanya bisa menunggu. Menunggu seseorang untuk membawaku pergi dari etalase toko ini. Aku dan teman-temanku dilahirkan di toko pakaian di tengah kota. Kami tidak pernah melihat dunia luar dan hanya bisa berharap suatu hari dapat memenuhi tujuan kami. Yaitu menemani muslim yang beriman dalam melakukan ibadahnya.
Pada suatu malam, aku terkejut ketika tubuhku diangkat oleh seorang Bapak tua yang memakai peci, baju koko, celana panjang dan sepasang sendal. Ia lalu melihatku dengan lebih seksama memperhatikan setiap corak pada tubuhku. Kemudian ia membawaku menuju meja kasir sebelum aku sempat berpamitan dengan teman-temanku. Setelah sampai di meja kasir ia menyerahkanku kepada penjaga kasir. Penjaga kasir tersebut lalu membungkusku dengan plastik bening dan menerima sejumlah uang dari si pembeli. Bapak kemudian keluar dari toko dan aku melihat pemandangan di luar toko untuk pertama kalinya.
Pemandangan kota dengan kehidupan malam yang begitu gemerlap. Toko-toko berjajar sejauh mata memandang. Kendaraan yang hilir mudik di sepanjang jalan utama. Gedung pencakar langit memancarkan cahaya lampu dari kejauhan menambah keindahan pada malam itu. Tapi aku hanya bisa mengagumi pemandangan ini sebentar saja karena kami telah sampai di tempat parkir mobil di seberang jalan. Bapak lalu membuka bagasi mobilnya dan meletakkanku di dalamnya. Kemudian ia menutup bagasi dan yang bisa kulihat mulai saat itu hanya kegelapan.