2

153 31 9
                                    

Terkadang seseorang ingin mendengarkan cerita kita bukan karna peduli
Tapi hanya karna penasaran
.
.
.
.
.
.
.


  Bagi So Hyun waktu berjalan begitu cepat , pukul 18:30 ia baru saja pulang dari tempat kerjanya. Ia berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya. Jarak nya tak begitu jauh tetapi tidak begitu dekat, sebenarnya bisa saja ia menggunakan transportasi umum tapi ia lebih memilih jalan kaki.Bukan So Hyun pelit tapi ia sedang berusaha hemat. Jika ia masih bisa berjalan kenapa tidak, toh rumahnya tidak terlalu jauh hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai. Rutinitas itu selalu dilakukannya jika dompetnya telah menipis. Sebenarnya tidak terlalu mahal tetapi So Hyun tetap memilih berjalan kaki, alasannya biar sehat.
    Jalanan masih cukup ramai, banyak pejalan kaki dan mobil yang menemani So Hyun berjalan. Hari ini rasanya begitu melelahkan, ia mempercepat langkahnya supaya bisa sampai rumah secepatnya. Langkahnya terhenti ketika melewati sebuah kedai makanan cepat saji. Ia baru ingat bahwa dirumah sudah tidak ada lagi makanan yang bisa dimakan, sedangkan dari siang ia belum memakan apapun. Lalu ia memutuskan untuk mampir sejenak.
Begitu ia masuk ia melihat orang tak asing, matanya menyipit untuk memastikan seseorang di depan sana. Seseorang yang sangat ia kenal , Pak Tae. Ya, orang itu adalah Pak Tae. Tunggu dulu, sepertinya sedang terjadi masalah. Ia sedang berdebat dengan kasir, sepertinya cukup serius dilihat dari raut wajah mereka. So Hyun awalnya ingin mengabaikannya, karna ia terlalu lelah. Tapi ia tak bisa mengabaikannya begitu saja, ia berjalan mendekati kasir untuk memesan makanan.
"Jeogiyo" (Permisi) Ucap So Hyun yang membuat Pak Tae dan Kasir tersebut menoleh kearahnya.
"Ah..So Hyun"ucap Pak Tae spontan.
"Apa ada masalah?" tanya So Hyun kepada Pak Tae
"Amugeosdo" (Tidak ada )Jawab Pak Tae singkat dan jangan lupa mukanya yang datar itu. Pak Tae memang aneh ia dapat merubah raut wajahnya hanya dalam waktu sekejap.
"Ahjussi ini tidak membayar makanannya" ucap sang kasir
"Maaf saya bukan tidak mau membayarnya tapi, saya tidak memiliki uang tunai,dan kedai ini kenapa tidak bisa membayar makanan dengan credit card jadi bukan salah saya" bela Pak Tae tak mau disalahkan.
" Tapi tetap saja tidak bisa begitu.."ucap sang kasir
" Jika ingin saya bayar makanannya, biarkan saya untuk menukar uang sebentar di ATM seberang jalan, tak usah khawatir saya tidak akan kabur" Jawab Pak Tae meyakinkan, tapi ekspresi wajahnya yang masih datar dan mungkin itu yang membuat sang kasir tak percaya.
"Bagaimana saya bisa meyakinkan anda supaya tidak kabur?" tanya sang kasir.
"Berapa harga makanan yang dimakan oleh ahjussi ini?" tanya So Hyun tiba-tiba. Sontak Pak Tae langsung menatap So Hyun 'Ahjussi?'Guman Pak Tae dalam hati. So Hyun balas menatap Pak Tae.

" Rp 30.000,00 Nona"Jawab sang kasir.
  So Hyun mengeluarkan uang 50 an dan memberikannya ke kasir. Ia juga sempat mengucapkan pesanannya.
"Saya tidak pernah berhutang kepada siapapun, jadi besok akan saya ganti dan juga saya tidak suka kamu menyebut saya Ahjussi" Ucap Pak Tae yang masih berdiri di dekat So Hyun sambil menunggu pesanan So Hyun tidak lupa wajahnya yang datar itu.
"Oh, miannae saya tak bermaksud menyinggung Bapak, dan tak perlu diganti . Sayak ikhlas"Jawab So Hyun se netral mungkin. Sebenarnya ia sangat gugup karena bagaimana pun juga akhir-akhir ini Pak Tae membuat jantungnya bekerja tak normal.
"Tetap saja, Saya tidak mau memiliki hutang" jawab Pak Tae dingin.
So Hyun hendak membalas ucapan Pak Tae tapi pesanannya telah selesai. Diambilnya pesanan itu dan tidak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada kasir.  So Hyun meninggalkan kedai itu diikuti Pak Tae di sampingnya.
"Bapak tidak pulang?" tanya So Hyun ketika sudah di luar kedai.
"Mau saya antar?" tanya Pak Tae balik kepada So Hyun.
"Ah, tidak perlu, rumah saya di dekat sini hanya berjarak beberapa gang" bohong So Hyun kepada Pak Tae. Bukan apa ia hanya tak ingin berlama lama disebelah Pak Tae karna kondisi jantungnya yang tak mendukung.
"Tapi ini sudah malam"ucap Pak Tae,sepertinya ia tak menerima penolakkan.
"Tak usah, Pak. Saya bisa jalan kaki, jarak tak terlalu jauh" Jawab So Hyun meyakinkan.
"Baiklah, saya tidak memaksa, hati-hati dan makasih,uangnya besok saya ganti" ucap Pak Tae.
"Iya Pak, saya permisi dulu" jawab So hyun lalu berjalan meninggalkan Pak Tae yang masih berdiri di tempatnya.
   Sebenarnya masih membutuhkan waktu 15 menit jika berjalan kaki untuk bisa sampai ke rumahnya. So Hyun tak ingin merepotkan orang lain, terpaksa ia harus berbohong kepada Pak Tae. Ia berjalan sendiri di jalan yang sudah tak begitu ramai tetapi masih ada beberapa kendaraan, ini bukan lagi jalan raya yang banyak di lewati kendaraan, tapi hanya sebuah gang yang masih cukup besar dan bisa dilewati dua mobil sekalipun. Ia berjalan santai sambil sesekali menendang batu kerikil untuk menghilangkan kebosanannya. Ia tak menyadari jika ada sebuah mobil yang mengikutinya. Mobil itu berjarak sekitar 100 M dari So Hyun. Seorang Namja dari dalam mobil tersebut mengawasi gadis yang sedang berjalan di depannya.
" Dia pandai berbohong, tapi itu membuatku salut" guman namja itu yang tak lain adalah Pak Tae. Ketika So Hyun menolak tumpangan yang di tawarkannya. Pak Tae, langsung mengikutinya dari belakang. Entah atas dorongan apa Pak Tae mengikuti So Hyun. Sebenarnya itu bukanlah sifat Pak Tae, ia tak pernah ikut campur dengan urusan orang lain, tapi entah mengapa ia merasa tertarik dengan So Hyun.
Setelah berjalan selama 15 menit akhirnya So Hyun berhenti di sebuah rumah yang tak mewah. Pak Tae yang masih mengikuti So Hyun melihatnya masuk kedalan rumah tersebut tersenyum tipis, entah apa yang membuatnya tersenyum, bahkan Pak Tae tak menyadari jika ia tersenyum. Setelah So hyun benar benar masuk kedalam rumahnya Pak Tae pun langsung memutuskan untuk pulang kerumah. Ia merasa tanggung jawabnya sudah dilakukan.
.
.
.
.
  Sinar matahari masuk kedalam sebuah kamar yang bernuansa putih, sinar itu mengenai seorang namja yang masih tertidur pulas di balik selimutnya. Tetapi sinar itu tak berpengaruh bagi Pak Tae, ia justru menarik lagi selimutnya untuk menutupi seluruh wajahnya . Hingga sebuah ketukan pintu membuatnya terbangun dari tidurnya.
Tok!Tok!Tok!
"Tuan, Ireona" (Bangun!)ucap seseorang wanita  di depan pintu kamar Pak Tae.
"Ini sudah pukul 6 " sambungnya , berharap majikannya itu segera bangun.
"Tuan Taehyung" Panggilnya lagi.
"Iya, Ahjuma. Tae sudah bangun" Jawab Pak Tae dari dalam.
Wanita yang dipanggil Ahjuma itu tersenyum mendengar majiaknnya sudah bangun.
"Mandilah, lalu turun dan sarapan, ahjuma sudah memasakan makanan favorit Tuan" ucap Wanita itu dari balik pintu.
Wanita yang di panggil Ahjuma itu adalah pembantu di rumah Pak Tae, ia yang merawat Pak Tae dari kecil, sudah tidak heran jika Pak Tae menganggapnya eommanya dan Ahjuma itu sudah menganggap
Pak Tae seperti anaknya sendiri. Eomma Pak Tae jarang memperhatikan Pak Tae apalagi Appa nya, mereka berdua disibukkan dengan pekerjaan.
Pak Tae keluar dari kamarnya dalam keadaan yang sudah rapi. Ia siap mengajar. Sebelum berangkat ia sempatkan untuk sarapan terlebih dahulu. Di meja makan sudah ada Eomma dan Appa nya, tapi mereka diam saja setelah mengucapkan selamat pagi kepada Pak Tae. Pak Tae yang tak heran lagi hanya diam saja hingga makanan nya habis, setelah itu ia berpamitan dengan kedua orang tua nya yang hanya di balas dengan anggukan. Melihat reaksi orang tuanya Pak Tae hanya tersenyum kecut.
.
.
.
Di sisi lain, So Hyun sedang berjalan kearah halte untuk pergi ke kampus. Hari ini matkunya pagi, jadi baru pukul 8 ia sudah bersiap-siap. Ia berangkat sendiri karena kedua sahabatnya tidak memiliki matkul pagi, mereka berdua akan berangkat siang nanti. Tak lama ia menunggu di halte akhirnya bus yang ia tunggu datang. Ia memilih duduk di barisan ke-3 dari belakang dan duduk di dekat jendela untuk menikmati keindahan jalanan di seoul, dipasangnya erphone untuk mendengarkan musik, menghilangkan kebosanannya. Ia tak menyadari ketika ada seorang yang duduk di sampingnya. Seorang Namja seusia So Hyun ,ah tidak..mungkin lebih tua darinya. Namja itu terus memperhatikan So Hyun, So Hyun yang merasa di awasi akhirnya menoleh ke arah namja itu.
"Haaii"Sapa Namja itu ketika So Hyun menoleh kearahnyanya. Sedangkan So Hyun masih bingung ia hanya membalasnya dengan senyuman.
"Boleh kita berkenalan?" tanya namja itu. So Hyun sempat bingung tapi ia langsung bersikap seperti biasa.
"ah boleh,Kim So Hyun" jawab So Hyun.
"Park Chan Yeol, kau bisa memanggilku ChanYeol" ucap Namja-Chanyeol memperkenalkan diri.
"oh,, baik Chan Yeol"Jawab So Hyun sopan, bagaimanapun ia akan bersikap sopan dengan orang lain.
"Bekerja atau Kuliah?" Tanya Chan Yeol.
"Kuliah"Jawab So Hyun di ikuti senyumannya.
"Universitas mana?" tanya nya lagi.
"Univesitas Hanyang"Jawab So Hyun.
"Waah jinjja? kalau begitu kita satu universitas" ucap ChanYeol riang.
"ah, aku rasa begitu" ucap So Hyun menanggapi ChanYeol. Baru saja  Chan Yeol ingi bertanya tapi bus tiba tiba berhenti dan ternyata mereka telas sampai.
"Sudah sampai, Ayo turun" Ucap So Hyun kepada ChanYeol.  Dan Chan Yeol hanya menjawab dengan anggukan. Mereka berpisah karena kelas mereka berbeda "Sampai jumpa So Hyun-ah " ucap Chan Yeol sebelum pergi dan hanya di balas dengan senyuman oleh So Hyun. So Hyun berjalan menuju kelas, sebenarnya masih ada waktu sekitar 20 menit sebelum dosen masuk tapi ia ingin memghabiskannya di dalam kelas dengan membaca buku.
T

ak terasa 20 menit ia habiskan untuk belajar, selagi ada waktu luang So Hyun manfaatkan untuk belajar. Dosen hari ini Pak Layendra, termasuk dosen favorit di kampus ini bukan hanya tampan tetapi dosen tersebut masih muda usianya baru 25 tahun, So Hyun senang di ajar beliau karena menurutnya pelajaran yang diajarnya sangat mudah di mengerti. Kuliah pun selesai dan seluruh siswa bersiap-siap ingin pulang.
"So Hyun-ssi, bisa tolong ikut saya sebentar?" tanya Pak Lay tapi lebih ke perintah.
"Bisa pak" jawab So Hyun.
"Ada apa?" tanya Jimin teman sekelasnya.
"Molla" jawab So Hyun . Jimin hanya mengangguk. So Hyun berjalan dibelakang Pak Lay mengikuti nya menuju ruangan Pak Lay. Selama perjalanan menuju ruang Pak Lay, So Hyun tak berhenti berfikir kenapa ia di panggil Pak Lay, selama ini ia tak pernah berbuat kesalahan kepada dosennya itu. Karena masih melamun ia tak menyadari bahwa telah sampai dan Pak Lay sudah berdiri didepannya.
Dug!
"aau" ringis So Hyun ketika menabrak sesuatu, "maaf"ia memegangi kepala nya yang sedikit sakit. Bagaimana tidak sakit jika tak sengaja menabrak tubuh Pak Lay yang tinggi itu.
"Gwenchana?"tanya Pak Lay
"ne,Gwenchana" jawab So hyun masih memegangi kepalanya.
" sudah sampai, ayo masuk" ajak Pak Lay.
Mereka berdua memasuki ruangan Pak Lay, pintu sengaja di buka, karena Pak Lay tak ingin ada berita yang buruk jika ia mengunci pintu sedangkan didalam nya ada seorang gadis.
"Ada perlu apa bapak memanggil saya?" tanya So Hyun ketika Pak Lay duduk di kursinya.
"Saya ingin kamu menjadi Assistant saya, Assistan Dosen" ucap Pak Lay, dan itu membuat So Hyun kaget. Ia ingin menolak tapi takut.
"Saya lihat nilai kamu sangat bagus, dan saya rasa kamu cukup pandai, maka saya ingin menjadikan kamu sebagai AssDos saya" terang Pak Lay. So hyun masih belum bisa memberikan jawaban sedikitpun, ia bingung di satu sisi ia tak ingin mengecewakan dosennya, tapi disisi lain ia tak bisa meninggalkan pekerjaannya. Ia tau jika menjadi AssDos itu akan memakan waktu yang cukup banyak.
"Bagaimana?" tanya Pak Lay menyadarkan So Hyun dari lamunannya.
"Maaf, Pak, Saya rasa saya tidak bisa" jawab So hyun pelan tapi bisa di dengar oleh Pak Lay. Ada raut wajah kecewa ketika mendengar jawaban So hyun.
"Wae?"Tanya Pak Lay.
"Saya sibuk bekerja" Jawab So Hyun ragu.
"ah, begitu? miannae, saya tidak tau, baiklah, tapi jika kamu berubah pikiran temui saya" ucap Pak Lay santai. Entah kenapa tiba-tiba ekspresinya menjadi biasa saja.
"kalau begitu kamu boleh pergi sekarang" sambung Pak Lay.
"Saya permisi dulu pak" ucap So hyun sambil berjalan keluar ruangan Pak Lay, tak lupa ia menutup pintu itu. Begitu keluar ia di kagetkan oleh seorang namja yang sudah bediri di hadapannya, karena tinggi badannya melebihi So hyun maka So hyun harus menengok keatas untuk melihat siapa yang hampir di tabraknya.
"Pak Tae?"lirihnya.
.
Di dalam ruangan, Pak Lay terlihat marah. Entah mengapa Pak Lay marah ketika So Hyun menolak tawarannya tadi. Padahal seharusnya ia tidak perlu repot-repot untuk marah.Ia memcoba menenangkan hatinya untuk tidak termakan emosi, ia bingung ada apa dengan dirinya?Kenapa ia bisa marah hanya karna seorang siswanya? Pak Lay pun berfikir lebih keras. 'Apakah aku menyukainya' guman Pak Lay dalam hati
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
bakal sering update soalnya UAS nya udh mau selesai 😁
pengen lanjut nulis lagi,
semoga kalian suka , jangan lupa VotMent ya kak😁

Fake StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang