Terlambat

22 1 0
                                    

Aku bangun dengan tergesa-gesa, pasalnya aku baru bangun saat kelas akan dimulai satu jam lagi, dan perjalanan dari rumahku ke kampus memakan waktu setengah jam.

Bisa dibayangkan bagaimana paniknya aku sekarang? Ah, lebih baik tidak usah dibayangkan. Aku hanya mandi seadanya, masa bodoh bila nanti saat di kampus orang lain merasa bau tidak sedap. Yang penting bagaimana aku sampai kampus dengan tepat waktu.

Aku melenggang keluar dari rumahku, masih dengan sepatu yang belum terpasang sepenuhnya, rambut yang belum disisir dan baju yang berubah menjadi lusuh.

Bibi kim yang melihat pemandangan tidak sedap di pagi hari hanya menggeleng-menggeleng kan kepalanya yang hanya aku balas cengiran malu.

"Kau telat lagi?" tanya bibi Kim seraya menyiram tanaman depan rumahnya.

Aku menyengir malu. "Hehe, iya, bi."

Bibi Kim menghentikan aktifitas menyiram tanamannya.

"Semenjak dia sudah tidak kesini lagi kau selalu telat." ucapnya yang membuatku mengerutkan kening.

Bibi Kim mungkin paham apa maksud kerutan keningku. "Itu kekasih mu, Donghyun. Sejak dia sudah tidak menjemputmu, kau selalu telat." ucap Bibi Kim memperjelas.

Aku yang mendengarnya hanya memasang wajah tanpa ekspresi tidak tahu mau berekspresi seperti apa. Sedih kah? Marah kah?

"Soora." panggil Bibi Kim.

"Ya, bibi?" tanyaku.

"Mengapa dia tidak kesini-sini lagi? Bibi rindu dengannya." ucap Bibi Kim.

"Mengapa bibi rindu padanya?" balasku dengan tertawa yang dipaksakan.

Pandangan Bibi Kim menerawang seraya tersenyum. "Kau tahu? Ia selalu membantuku menyiram tanaman saat sedang menunggumu, diselipkan dengan dad jokesnya. Ia juga tahu segala hal, jadi walaupun aku sudah tua aku merasa tetap nyambung saat berbicara dengannya. Sudah dua minggu dia tidak kesini, aku merindukannya."

Melihatku yang hanya diam tak bersuara dan tanpa ekspersi apapun bibi Kim melambaikan tangannya di depan wajahku.

"Soora, mengapa kau diam saja? Jangan bilang kau cemburu."

"Hah, apa? Cemburu? Haha, ayolah bi aku tidak seperti itu." balasku ketika sadar dari lamunan.

Bibi Kim menghela nafas lalu tersenyum. "Bagus lah, aku kira kau cemburu. Jadi kapan kau akan mengajaknya kesini lagi?" tanya bibi Kim yang membuatku bingung harus menjawab apa.

"Nanti akan aku tanyakan bi, dia sedang sibuk dengan urusan kuliahnya." balasku seadanya, karena aku tidak tahu harus membalas apa.

Senyum Bibi Kim pun mengembang begitu mendengar jawaban ku, apa sebegitu sukanya ia terhadap Donghyun?

Sepertinya pertanyaan tadi seharusnya tidak perlu ditanyakan karena semua orang akan menjawab dengan jawaban yang sama. Siapa yang tidak akan suka dengan Donghyun lelaki yang selalu membuat suasana lebih hidup ditambah lagi bila ia tersenyum, kalian tahu? Senyum Donghyun itu menular hanya dengan melihat senyumnya kita pun akan ikut tersenyum. Jadi senyumannya itu senjata untuknya.

Atmosfir dari Donghyun terlalu besar jadi tidak heran akan merasa kehilangan bila tidak di dekatnya.




Donghyun, kau tahu? Bibi Kim yang tidak selalu ada di dekatmu saja merasa kehilangan, apalagi dengan ku?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Days Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang