sejenak aku hirup udara malam yang terasa sulit karena seperti ada sesuatu yang mengganjal di indra penciumku, dinginnya udara malam kini kembali membuat metabolisme tubuhku sejenak terhenti karena enzim sebagai katalisator metabolisme tubuhku tidak bekerja secara normal disebabkan suhu dibawah optimal, rumput rumput hijau mulai bergoyang mengiringi irama udara tampa gendang yang membuatnya ikut dalam alur angin, kulihat langit yang gelap tampa ada satupun cahaya kecil yang memancarkan aura keindahannya.
Di sekelilingku terlihat dengan jelas rumah masa depan para ummat manusia yang kian lepas sukma dan jasadnya, kini yang ada di sekelilingku hanyalah jasad jasad para manusia yang terkubur dalam tanah yang di setiap sisi atas dan bawahnya terdapat batu yang tertancapkan tertata rapi dengan indah namun membuat bulu di setiap tubuhku mendadak berdiri.
Tampa ku sadari aku ada di tengah makam yang luas kulijat seluruh penjuru arah mata angin pemakaman ini sangatlah luas
“ya tuhan apa yang membuat aku bisa ada disini di antara makam makam hambamu yang telah kau cabut ruh dari nyawanya” seru ku dalam hati dengan perasaan penuh was was aku berlari menelusuri segala penjuru arah mata angin namun tak kutemukan ujung dari pemakaman ini sejenak aku terhenti ku lihat kembali langit yang tadinya gelap sekarang berubah warna menjadi agak kemerahan, namun saat ini berbeda dengan biasanya yang aku dengar lantunan suara adzan yang di kumandangkan oleh muadzin, saat ini tidak kudengar.
Aku kembali berlari kearah timur tampa kulihat didepanku ada batu yang menghalangi langkah kakiku yang berlali dengan kecepatan maximal dengan dahsyatnya tubuhku terjatuh ke tanah.
“kriiingggg” suara alarm kamarku berbunyi mengusik indra pendengaranku. Aku terbangun dari tidurku dengan penuh keringat seperti habis olahraga 5 jam, sejenak aku diam diri dan berusaha memaknai arti mimpi yang menjadi bunga tidurku malam tadi
