Pagi datang dan matahari mulai menampakkan sinarnya. Zia baru terbangun dari tidurnya setelah tengah malam tadi dia kembali bergulat panas bersama David. Zia bahkan lupa berapa kali dia mendapatkan orgasme.
Melepas keperawanan pada David tidak membuat Zia menyesal. Karena ternyata, David begitu pintar memuaskannya. Dalam sekali permainan, Zia bahkan bisa sampai orgasme 4 kali. Bukan hanya pintar dalam memuaskan pasangan, David juga kuat dan perkasa. Tak salah Zia memilih David dari pada Handi. Lagi pula, ketampanan wajah dan kesempurnaan tubuh David menjadi nilai plus di mata Zia.
"Ini jam berapa?" Tanya Zia pada dirinya sendiri. Matanya belum terbuka sepenuhnya. Dan Zia tak menyadari David yang sudah berdiri tegak di sampingnya.
"Pukul 7 pagi." Jawab David. Zia terlihat kebingungan lalu dia menatap David yang berdiri di sampingnya.
"Sudah pagi rupanya." Gumam Zia. Bukannya melilitkan selimut di tubuhnya untuk ke kamar mandi, Zia malah menyingkirkannya dan berjalan dengan tubuh telanjang bulat menuju kamar mandi. Tentu saja hal itu mengundang gairah David untuk bangkit.
"Kau mau David? Kupikir, morning sex di kamar mandi tidak buruk." Ucap Zia. Dia menatap David lalu mengedipkan sebelah matanya. Setelah itu, Zia berjalan memasuki kamar mandi sendirian.
David mengatupkan rahangnya. Matanya terpejam erat saat kejantanannya kembali bangkit akibat godaan Zia. Tersiksa, David pun menyusul Zia masuk ke dalam kamar mandi. Padahal, sebenarnya dia sudah mandi. Tapi, mandi bersama Zia sepertinya akan menyenangkan juga.
***
Setelah memakai pakaiannya semalam, Zia membenahi dirinya dengan peralatan rias diri yang ada di tasnya. Dia merias wajahnya dengan sederhana lalu menyisir rambutnya. Setelah itu, Zia meraih ponselnya dan menghidupkan benda canggih itu.
Semalaman, Zia sengaja mematikan ponselnya. Dia tidak mau diteror oleh Antonio dan Sheryl yang menanyakan keberadaan dia disaat dia sedang mereguk kenikmatan bersama David.
"Zia, apa nama gedung apartemenmu?" Tanya David. Ya, pagi ini David berniat mengantarkan Zia ke apartemen gadis itu. Ralat, wanita muda itu.
"Luxury Residence." Jawab Zia dengan gumaman tanpa menatap David hingga David pun tak bisa mendengarnya. Dia sibuk dengan ponselnya. Ada 37 pesan dari Antonio, 42 dari Sheryl, 13 dari ayahnya dan 21 dari saudari tirinya.
"Bitch." Umpat Zia saat melihat ada pesan dari saudari tirinya. Tanpa mau membaca, Zia langsung menghapus semua pesan dari saudari tirinya itu.
"Hm?" David bergumam bingung mendengar umpatan Zia barusan. Dia pun mendekati Zia dan berdiri di belakang punggung Zia. Tubuhnya sedikit merunduk dan ikut membaca deretan pesan dari ayah Zia.
"Zia, kamu dimana?"
"Zia, balas pesan Papa."
"Zia, jangan macam-macam lagi sama Papa. Atau Papa akan memblokir ATM-mu dan menarik semua fasilitasmu!"
Zia tersenyum sinis membaca pesan keempat dari ayahnya itu. Jarinya pun langsung mengetik sebuah pesan balasan untuk ayahnya.
"Silahkan saja kau blokir ATM-ku dan tarik semua fasilitasku. Dengan itu pun aku tahu kalau kau lebih sayang dan peduli pada anak tiri sialanmu itu dari pada padaku yang anak kandungmu!"
Zia mengirimkannya dan diwajahnya terlihat kemarahan yang kentara. David bisa melihatnya dan membaca balasan pesan Zia barusan membuat David tahu kalau Zia tidak akrab dengan ayahnya sendiri.
"Kau mau pulang sekarang?" Tanya David. Zia memasukkan ponselnya ke dalam tas selempang miliknya dan berdiri menghadap David. Mereka adalah partner one night stand. Tapi, sikap mereka berdua seolah-olah sudah bertemu lama dan akrab.
"Ya." Jawab Zia dengan malas.
"Dimana apartemenmu?" Tanya David.
"Aku sudah menjawabnya tadi David." Jawab Zia dengan kesal.
"Aku tak mendengarnya." Balas David dengan enteng.
"Hhh. Apartemen ku berada di gedung Luxury Residence." Ucap Zia dengan sebal. David yang mendengarnya mengerutkan alis.
"Luxury Residence?" Tanya David memastikan.
"Iya David. Memangnya kenapa? Jangan bilang kau tidak tahu dimana tempatnya." Jawab Zia. David memicingkan matanya ke arah Zia.
"Bukan tidak tahu dimana tempatnya Zia. Tapi, apartemen ku ini juga di gedung Luxury Residence." Ucap David dengan kesal. Zia melongo kaget mendengarnya. Itu berarti, apartemennya dan apartemen David satu gedung?
"Jangan bercanda David." Ucap Zia serius.
"Aku tidak bercanda Zia. Sekarang, apartemenmu berada di lantai berapa?" Tanya David.
"Lantai 5." Jawab Zia. David terhenyak kaget mendengarnya.
"Oke. Sekarang kita juga sedang berada di lantai 5." Ucap David. Zia semakin terkejut mendengarnya. Dia pun langsung berjalan keluar dari kamar dan apartemen David. Matanya menatap lorong apartemen yang sangat tidak asing baginya. Dan setelah beberapa langkah, Zia sampai di depan pintu apartemennya. Di pintu itu tertulis angka 263.
"Hah, ternyata apartemen kita hanya beda 3 nomor." Ucap Zia pada David yang berdiri disampingnya. Entah ini kebetulan atau apa.
"Aneh sih. Aku tak pernah melihatmu di lift atau basement." Ucap Zia kembali. Dia memasukkan beberapa angka sebagai kata sandi apartemennya.
"Aku juga tidak pernah melihatmu." Balas David. Oke, itu aneh dan membingungkan.
"Kau mau masuk?" Tanya Zia pada David setelah pintu apartemennya terbuka.
"Tidak. Aku harus pergi dulu." Jawab David.
"Oke. Terima kasih sudah mengantarku sampai kesini." Ucap Zia. Dia masuk ke dalam apartemennya dan hendak menutup pintu. Namun, tangan David menahan lengan Zia membuat Zia menengok dengan bingung.
Tanpa disangka, David langsung menyambar bibir Zia dan memagutnha dengan liar. Tubuh Zia sampai mundur beberapa langkah akibat dorongan tubuh David.
David memasukkan lidahnya ke dalam mulut Zia dan mengajak lidah Zia untuk beradu. Zia pun mengerang saat tangan David menyentuh dan meremas payudaranya. Setelah beberapa menit, David melepaskan ciumannya. Nafas Zia pun terengah-engah akibat ulah David.
"Kuharap kita bisa bertemu dan menghabiskan malam bersama lagi." Bisik David didepan wajah Zia dengan seringainya. Setelah itu dia mencium pipi Zia dan pergi dari sana meninggalkan Zia yang terbengong kaget.
Setelah kepergian David, Zia hendak menutup pintu. Namun, suara seorang perempuan terdengar membuat Zia mengurungkan niatnya menutup pintu dan menatap orang yang bersuara itu.
"Hoh, mulai main sama pria eh?" Seorang gadis remaja seusia Zia berkata dengan senyum mengejek yang tersungging di bibirnya. Zia langsung menatap sinis pada gadis itu.
"Zia, gue berhasil mendapatkan foto lo yang barusan sedang ciuman dengan seorang pria. Dan lo tahu apa yang akan gue lakukan? Gue akan laporin lo sama Papa dengan bukti foto ini. Mungkin saja, setelah ini Papa nendang lo dari rumah dan gak akan dianggap anak lagi. Haha." Ucap gadis itu dengan sombongnya. Zia mendecih pelan mendengarnya.
"Mau laporin ke bokap? Silahkan. Baru punya bokap tiri aja belagu hidup lo. Lo sadar aja ya Chintya, lo dan ibu lo itu hanya sampah yang menjijikkan. Lo itu hanya anak tiri yang manja dan tidak tahu diri. Sedangkan gue anak kandung. Ya jelaslah gue yang menang." Balas Zia dengan senyum meremehkan.
"Kalo bokap gue gak nikahin ibu lo yang pelacur itu, mungkin sekarang hidup lo melarat di kolong jembatan. Dan gue akan selalu berdo'a hidup lo akan melarat suatu hari nanti." Lanjut Zia. Setelah itu dia menutup pintu apartemennya dengan keras hingga menimbulkan suara yang tak mengenakkan. Sementara Chintya berdiri dengan wajah merah karena marah.
__________________________________
Hai hai...
Triple nih...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
RomancePerpisahan orangtua bukanlah hal yang baik. Apalagi kalau mereka berpisah karena orang ketiga. Akibatnya, anak yang menjadi korban. Seperti orangtua Zia, mereka berpisah karena ayah Zia yang membuka hati pada wanita lain. Perpisahan terjadi dan ayah...