Aku Nadia. Sekolah disalah satu yayasan yang cukup tersohor namanya. Menjalani kehidupan asrama yang begitu membosankan. Kehidupan yang terkekang oleh peraturan dan tentunya juga dikekang oleh suatu kebosanan. Setahun berlalu dengan cukup normal, no romance and love. Namun yang cukup membanggakan dalam pencapaian kehidupan ku ialah hanya pada bagian prestasi akademikku. Selebihnya aku adalah orang mungkin aneh bagi kalangan pria atau bahkan bagi kalangan perempuan seangkatanku. Hingga suatu masa tiba, peran sebagai junior tergantikan. Awal semester baru akan dimulai. Aku harus berbenah diri menyambut junior pengganti kursiku, oops maksudku bukan kursiku saja sih sebenarnya. Dengan secercah harapan bahwa kisah ku sedikit berubah. Masih dalam pikiran melayang seseorang menyapaku.
“ hai kak, aku mau nanya titik kumpul bagi siswa baru dimana yah kak?”, aku kemudian menoleh dan memastikan bahwa dia bertanya padaku.
“ ehhh,,,, siswa baru yah? Disana” aku menunjuk kearah lapangan dimana belum banyak yang berlalulalang. Tempat itu masih sepi, sesepi hatiku. Ahh aku mulai lagi dehh.
“ terima kasih kak” ucapnya sambil beranjak dari hadapanku menuju arah yang kutunjuk padanya.
Aku memperhatikannya sejenak dan bibirku mulai melengkung tipis mengulum senyum tipis, ‘MANIS’. Aku memuji paras junior yang baru saja kutemui itu. Aku merutuki diriku sendiri. Bisa-bisanya aku melakukan hal yang menjijikkan seperti itu. Aku merasa telah menjadi seorang wanita murahan, memuji pria yang bahkan hanya bertatap wajah dalam beberapa detik saja.
Sahabatku Silvia ternyata sudah ada disana memperhatikanku bertingkah aneh. Aku terperanjat dari tempatku semula. Ia memperhatikanku lekat dan berusaha menerobos ke mataku mencari sesuatu. Dan aku tahu pasti apa itu. PENASARAN. Aku yakin Silvia sekarang sedang menyelidikiku dengan tatapan penuh tanya itu.
“ Kenapa, Nad?” tanyanya. “ Aku perhatikan kau sedang bahagia atau semacamnya, barusan siapa?”
“ Ah,, tidak. Dia hanya junior baru yang bertanya padaku dan pertanyaannya tak begitu penting hingga kurasa aku tak perlu memberitahukanmu”
“ Baiklah, cepat atau lambat aku juga akan tahu, itukan kebiasaanmu dan aku sudah hapal betul dengan pola pikir mu yang aneh itu.”
“ Yahh terserah. Kita lihat aja nanti.”
“ ya udah kita kelapangan yuk, kawan OSIS udah pada nungguin tuh”
Aku dan Silvia segera meninggalkan tempat itu dan segera menuju kelapangan. MOS dibuka dan Aku dan Silvia yang merupakan anggota OSIS berbenah diri. Tiba-tiba aku melihat junior tadi. Pandanganku segera teralih padanya. ASTAGA. Lagi-lagi aku harus memuji ketampanan itu. Tanpa kusadari aku tersenyum kearahnya. Aku hanya memperhatikannya dari jarak yang cukup terbilang dekat, sekitar 5 meter. Ia tidak begitu memperhatikanku dan aku sangat senang karna bisa leluasa menatapnya begitu. Dan sialnya lagi-lagi Silvia membangunkanku dari mimpi indahku. Ia segera menangkap arah pandanganku dan mendapati junior itu sedang melihat ke arah kami. Silb=via tampaknya tahu apa yang sedang bergejolak dihatiku. Ia memanggil junior tadi.
“ dek, kemarilah” pintanya.
Dia pun datang dengan ringan kaki dan bodohnya jantungku seketika lemas.
“ nama kamu siapa?” Silvia memperhatikan junior tadi dari ujung kaki sampai ke ujung rambut. “ Tidak sopan” batinku.
“ Alex kak, Alex cheen kak”
“ oh,,, hai Alex semoga kamu menyukai sekolah baru mu dan kamu cepat beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Dan kenalkan ini Nadia seniormu juga”
“ wahhh,, kaka yang tadi. Salam kenal kak Nadia”
“ hmm,, ehhh,, haii, LEX salam kenal juga”.
Satu lagi tingkah bodohku hari ini kikuk dihadapan junior. Menyebalkan sekali. Alex segera meninggalkan kami. Ia kembali bergabung denga siswa baru lainnya.
“ Hmmmm.... biar kutebak. Kau menyukai Alex, bukan?” Silvia tiba-tiba melontarkan kalimat yang amat kuhindari itu. Aku tidak bisa memutar otakku cepat mencari jawaban. Silvia berhasil memergokiku. SIAL. Lagi-lagi aku mengumpat pada diriku sendiri.
“ ahhh.. kau selalu saja mengatkan hal-hal aneh Sil. Tidak mungkinlah aku suka sama junior sendiri tidak etis tau nggak sih”
“ kau boleh saja mengatakannya sekarang, tapi kita lihatnya nanti. Waktu akan menjawab semuanya.”
Dan benar saja perhatianku tlah teralihkan seluruhnya pada Alex. Ia benar-benar membuatku tak bisa mengontrol mataku untuk tidak menatapnya. Mungkin benar kata Silvia, bahkan ucapan itu hanya berselang bebrapa waktu lalu.
Aku menahan semua perasaanku yang sudah memanas. Aku harus tetap menjaga image ku dan juga harga diriku sebagai wanita dan senior. Hingga waktu berlalu dengan amat sangat cepat. 3 bulan telah berlalu dan aku memendamnya sendirian. Silvia selalu menyuruhku untuk mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya. Dan aku tetap pada pendirianku. “ bila ia menyukaiku bukankah seharusnya ia menembakku, dan mengajakku kencan?”. Aku merasa sudah melakukan hal yang benar. Hingga Silvia geram sendiri melihatku yang tetap pasif tak melakukan apapun.
“ Baiklah, nampaknya aku harus membantumu untuk melakukannya”. Silvia segera beranjak meninggalkanku. Aku panik dan mengejarnya. Dan coba tebak apa yang terjadi selanjutnya.
Alex sedang bersama dengan salah satu teman sekelasku. Tepatnya Valeria. Ia adalah salah satu siswi yang banyak disenangi oleh kaum pria. Ia juga pintar dalam nilai akademik. Tubuh mungilnya banyak disukai oleh kaum adam serta kulit putih mulusnya yang begitu menarik. Aku bahkan sering kali memuji kecantikannya. Aku sangat iri padanya. Dan ternyata kecantikannya adalah malapetaka terbesar bagiku. Alex mungkin msuk dalam kategori pria yang tertarik pada Valeria. Silvia menghentikan langkahnya dan aku yang mengekorinya dari belakang pun ikut berhenti. Pemandangan yang begitu menyakitkan. Dadaku serasa sesak dan tubuhku bagai dihujam oleh ribuan mata pedang. Siang cerah seakan berubah dengan gemuruh yang menggelegar serta sambaran-sambaran petir seakan menyalak ditelingaku. Aku bergegas menigggalkan tempat itu. Silvia ikut membuntutiku. Kami berhenti di sebuah joglo yang ada di taman. Tempat itu begitu sepi. Silvia mencoba menghiburku.
“ udahlah Nad, mungkin dia emang bukan jodohmu, aku minta maaf yah aku udah maksa kamu tadi dan akhirnya kita mendapati kenyataan pahit ini” katanya.
“ aku harusnya berterima kasih sama kamu Sil, kalau saja kau tidak membawaku ketempat terkutuk itu mungkin hingga saat ini aku akan tetap menaruh harapan pada dia.”
“ iya yah, ada baiknya juga sih, jadi sekarang kamu harus melupakan Alex, kamu tidak boleh terus memikirkannya, memangsih tidak akan mudah tapi kaumu harus belajar dan aku akan membantumu”
“ Makasih”
Kehidupan membosankan yang pernah kusesali ternyata lebih baik darpda kehidupan ku kini yang tersa lebih berat. Silvia benar-benar menepati janjinya. Ia benar-benar membantuku disaat-saat terberat bagiku. Misalnya saja saat salah satu guru memintaku untuk pergi kekelas Alex, Silvia mau menggantikanku melakukannya.
Setahun kemudian, saat aku duduk di bangku kelas 12. Dimana saat itu adalah saat-saat yang paling menegangkan. Aku harus menyiapkan diri untuk menghadapi ujian-ujian yang begitu banyak termasuk untuk perguruan tinggi. Aku benar-benar takut untuk menghadapi ujian kelulusan nanti. Rasanya aku tak ingin segera lulus dari sekolah itu. Tapi aku lebih takut bila harus tetap disana dan melihat Alex terus. Bila sudah menyebut namanya saja sudah cukup melukai hatiku. Dan bodohnya aku, sampai kini pun aku belum bisa melupakannya.
Tiba saatnya sehari sebelum acara pelepasan. Hari dimana aku merasa bahwa itu adalah hari paling buruk bagiku. Lebih buruk dari hari dimana aku mendapati Alex bersama Valeria. Alex mengungkapkan perasaannya padaku. Dan apakah aku harus percaya dengan pengakuannya?.
“ Nadia”. Ia menyebut namaku tanpa embel-embel kakak didepannya.
“ hmmm?” aku mengacuhkannya. Sejujurnya aku amat bahagia bicara padanya namun aku harus menjaga hatiku. Aku tak ingin pertahananku hancur lagi. Cukup sudah. Aku harus mengakhiri ini semua.
“ bolehkah aku mengatakan sesuatu yang mungkin kamu sendiri tidak akan percaya padaku, namun sungguh aku tak kuasa menahannya lagi, aku sudah cukup sakit menahannya dibalik topeng yang kubuat sendiri untuk menutuoi perasaanku”
“ aku tak mengerti apa yang kau maksud, mungkin kau salah orang aku Nadia bukan Valeria”.
“ tidak. Aku tidak salah orang. Kaulah orangnya, dan tolong dengarkan aku.”
Aku melihat penderitaan yang amat mendalam pada sorot matanya. Aku akhirnya memutuskan untuk memberinya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya.
“ baiklah, tapi aku tak punya banyak waktu”
“ aku suka sama kamu Nad. Aku suka sama kamu sejak pertam kali aku melihatmu. Sesungguhnya pada saat aku menanyakanmu pada awal masuk sekolah aku sudah tahu tempatnya, tapi aku berpura-pura tidak tahu agar aku bisa mengajakmu bicara. Dan alangkah bahgianya aku saat aku tahu namamu dari kak Silvia. Aku sudah memendamnya berbulan-bulan, hingga saat Valeria menemuiku dan mengungkapkan perasaannnya padaku. Aku tak bisa menolaknya karna itu akan melukai hatinya dan aku tak tega melakukannya. Aku sudah mengatakan ini pada Valeria, dan ia mau mengerti. Aku hanya ingin meluapkan segala rasa yang kupendam selama ini dan aku tak berharap bahwa kau akan menerima pengakuanku ini atau tidak.” Jelasnya panjang lebar. Pengakuan itu mampu membuatku meneteskan airmata yang tlah lama tak mau kluar lagi. Aku telah berjanji untuk tidak menangis karna Alex. Dan kali ini aku harus mengingkari janji itu. Biarlah ini untuk yang terakhir.
“ kau tahu Lex? Aku begitu menyanyangimu. aku begitu tertarik pada mu. Entahkah mungkin benar kata Silvia aku telah jatuh hati padamu bahkan saat pandangan pertama. Tapi rasa itu kini telah aku jauhkan dari hatiku. Dan kau tau bahkan sampai saat ini aku belum berhasil melupakanmu. Tapi pernyataan mu begitu menyakitiku. Kau begitu egois dengan perasaanmu. Kau begitu bodoh karna tak mampu memperjuangkan wanita yang kau sayangi. kau dengan keegoisanmu membunuh setiap puncuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas, bersemai satu langsung kau injak. Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun. Kau tak pernah memberikan kesempatan. Peneriamaan yang idanh, pengertian yang benar dan pemahaman yang tulus. Kau benar-benar bodoh karna telah menyangkal setiap kenyataan yang kau dapati. Sayangilah Valeria dalam hidupmu. Belajarlah untuk menerimanya dengan cinta yang benar. Aku tak akan pernah ada dalam hidupmu. Dan kau hanya kan hidup dengan penyesalan seumur hidupmu. Tapi aku tak ingin melihatmu begitu. Aku mencintaimu dengan benar, dan menginginkan kamu hidup dengan cinta yang benar pula.”
Aku mengenang saat-saat terakhirku bersamanya. Pria pertama dalam hidupku. Selesai acara kelulusan aku akhirnya memutuskan untuk pergi jauh dari kehidupan Alex. Aku pergi ke tempat yang amat jauh dan sulit untuk dijangkau. Aku tak ingin kembali sebelumhatiku telah terobati dengan benar. Hingga saatnya tiba nanti. Aku akan menemukan sosok yang mencintaiku dengan benar. Dan aku hanya perlu menunggunya saja. Waktu akan menjawabnya.Hallo guys.
Ini adalah cerpen yang baru aku bikin
Semoga kalian suka yah guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story About Nadia
Teen Fictionkau bahkan tak memberi kesempatan pada perasaanmu. kau dengan egois nya membunuh setiap puncuk perasaan itu.