"ZIA! DARI MANA KAU SEMALAM HAH?! JAWAB AKU!" Teriakan Sheryl terasa menyakitkan gendang telinga Zia. Dia yang hendak berganti baju pun diam terlebih dahulu dan menatap Sheryl dengan tatapan tanpa dosa.
"Tidur dengan seseorang." Jawab Zia dengan entengnya. Karena disana hanya ada Sheryl, Zia pun dengan berani melepaskan baju disana untuk mengganti baju semalam dengan baju kasual. Hari ini adalah hari Sabtu. Seharusnya Zia masuk sekolah. Tapi, dia malas dan memilih untuk main saja.
"Zia! Jangan bilang kalau kau sudah tidak perawan lagi!" Sheryl kembali berteriak marah yang ditanggapi oleh Zia dengan santai dan cuek.
"Oke. Aku tidak akan mengatakannya." Balas Zia dengan cueknya. Balasan Zia barusan semakin membuat Sheryl marah. Sheryl menggeram marah dan diakhiri dengan helaan nafas lesu. Dia sudah putus asa untuk membuat Zia sadar bahwa semua yang Zia lakukan sangat tidak baik.
"Ya Tuhan!" Keluh Sheryl. Dia mendudukkan dirinya disofa yang ada dikamar Zia. Kepalanya terasa sangat pusing karena semua tingkah laku buruk Zia.
"Sheryl, kau tahu tidak? Semalam aku bertemu dengan seorang pria yang tampan dan seksi. Dia hebat sekali bisa membuatku kenik-"
"CUKUP!" Bentak Sheryl marah. Zia menyeringai senang mendengarnya. Tanpa mempedulikan peringatan Sheryl barusan, Zia pun melanjutkan ceritanya.
"Permainannya sangat bagus. Dia kuat dan perkasa. Menurutmu, apa dia memakai obat kuat?" Zia bertanya dan hal itu membuat Sheryl semakin murka.
"Sheryl, kau itu masih muda. Jangan banyak marah-marah jika tidak mau terjadi penuaan dini. Lagi pula, sex itu menyenangkan. Jika kau sudah mencobanya, maka kau akan ketagihan. Menurutku, nikmat melayang saat sex lebih indah dari pada melayang oleh narkoba." Lanjut Zia. Sheryl hanya diam dan menatap Zia dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Hal itu membuat Zia kebingungan.
"Hello? Sheryl? Kau kerasukan?" Tanya Zia dengan kurang ajarnya. Sheryl menggeram marah namun tetap mencoba untuk bersabar.
"Kau tahu Zia? Semua yang kau lakukan itu hanya akan membuat Ibu dan ketiga adikmu kecewa." Ucap Sheryl. Setelah berkata seperti itu, Sheryl pergi meninggalkan Zia yang terdiam.
***
Perkataan Sheryl hanya mampu membuat Zia terdiam saja tanpa membuat Zia berubah. Dia bahkan semakin menjadi-jadi.
Malam ini, dia kembali berkunjung ke kelab malam. Zia berharap dia bisa bertemu lagi dengan David. Kalau pun tidak, Zia ingin bertemu dengan pria seperti David. Tampan, kaya, seksi, kuat dan perkasa.
Menyebut nama David membuat Zia mengerang saat bayangan erotis dia dan David menghiasi pikirannya. Selangkangannya terasa mulai basah dan Zia tak sabar untuk segera di puaskan.
"Zia!" Jo berteriak saat Zia sudah duduk di kursi bar dan menunggu minuman kesukaannya.
"Sialan kau! Gara-gara kau aku hampir saja di hajar oleh Antonio." Gerutu Jo pada Zia. Namun, Zia merasa tak bersalah dan hanya mengedikkan bahunya tanda tak peduli.
"Kau juga laki-laki Jo. Lawan saja apa susahnya." Balas Zia acuh tak acuh.
Antonio. Mengingat Antonio membuat Zia teringat tahun-tahun kebelakang. Saat pertama masuk SMA, Zia langsung kenal dengan Rico dan Robby. Dan sejak mengenal mereka, Zia mulai memberontak.
Tiga bulan masuk SMA, Zia sudah menjadi ratu bully. Bahkan, para kakak kelas pun tak berani pada Zia, Rico dan Robby.
Dua bulan kemudian, Zia mulai mengenal obat-obatan terlarang. Awalnya dia coba-coba. Tapi, efek menyenangkan yang dia rasakan membuat Zia kecanduan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
RomancePerpisahan orangtua bukanlah hal yang baik. Apalagi kalau mereka berpisah karena orang ketiga. Akibatnya, anak yang menjadi korban. Seperti orangtua Zia, mereka berpisah karena ayah Zia yang membuka hati pada wanita lain. Perpisahan terjadi dan ayah...