Petikan Gitar di Malam Hari

9 2 1
                                    

Namaku Ananta, orang-orang memanggilku Nanta, aku kuliah di salah satu universitas di ibu kota.
Selama beberapa hari ke belakang,  aku selalu mengambil jam kuliah malam. Ketika malam, aku lebih suka berjalan kaki untuk pulang ke kosanku, walaupun jarak antar kosanku dengan kampusku lumayan jauh, tetapi semua terbayarkan dengan pemandangan jalan ibu kota yang indah.

Malam ini aku pulang lebih larut dari biasanya  sehingga saat aku sampai di kosan akupun langsung tertidur pulas. Tak terasa jam menunjukkan pukul 3 pagi dan ketika itu aku terbangun karena suara petikan gitar. Walaupun suaranya samar-samar tetapi suaranya begitu menyayat hati.

Petikan gitar itu membuatku bertanya-tanya, siapa yang memainkan gitar dengan suara yang menyedihkan malam malam begini? Setahuku hanya ada 4 kamar di lantai 2 dan kamarku kamar ketiga dari tangga. Kamarku bersebelahan dengan Rina, tetapi setahuku ia sedang pulang ke rumahnya. Kamar sebelahku yang satunya pun sudah beberapa bulan kosong. Kalau begitu siapa yang memainkan gitar? Apa jangan-jangan...
Bulu kudukku merinding membayangkan hal itu. Walaupun aku lelaki tangguh, tetapi aku sangat anti dengan hal hal berbau mistis.
Sudah sekitar setengah jam petikan gitar itu hilang muncul terdengar di telingaku. Aku masih bertanya tanya darimana suara petikan itu berasal, walaupun aku ketakutan akupun terpaksa memberanikan diri untuk memeriksa darimana sumber suara itu berasal.

"Krekk ..." bunyi pintu kosanku terdengar cukup keras. Sesampainya aku di luar ternyata petikan gitar itu berasal dari balkon.

"Apa aku harus memeriksanya?" batinku berbicara.

Baru setengah jalan menuju balkon, sekarang petikan gitar itu diiringi dengan tangisan perempuan. Sekarang aku yakin itu pasti bukan manusia. Aku langsung lari masuk ke kamarku.

------------------------------

Pagi ini aku bangun terlambat, padahal aku ada jadwal kuliah jam 7. Itu semua karena kejadian tadi malam, aku tidak bisa tidur sampai adzan subuh berkumandang. Sampai sekarang aku masih merinding ketika mengingat kejadian tadi malam.

"Ta! Nanta! Ngapain bengong di pintu sih?!" Ghani mengagetkan ku.

"Santai, dong!"

"Muka lu kenapa kusut banget, Ta? Begadang ya lu?"

"Gue ga niat begadang, Ghan."

"Terus ngapain?"

"Jadi, tadi malem gue dengar suara petikan gitar, terus pas gue cek tiba-tiba suaranya malah ditambah suara tangisan cewe! Yaudah gue ga tidur sampai subuh."

"Yaelah, lebay banget sih, Ta! Gue yakin itu pasti orang."

"Udah, lah! Gue mau lanjut tidur aja. Kalau dosen dateng bangunin gue."

-------------------

Karena kejadian tadi malam, aku jadi malas untuk pulang ke kosan. Sialnya aku hari ini harus begadang untuk belajar karena besok ada kuis. Aku agak menyesal tidak belajar dari beberapa hari yang lalu. Semoga tidak ada lagi suara-suara yang menakutkan.

Tak terasa aku sudah menghabiskan dua gelas kopi. Tetapi masih ada dua bab lagi yang belum aku pelajari dan sekarang sudah menginjak pukul setengah tiga pagi. Aku masih merasa was-was, dan benar saja

"Mampus!!!" batinku berbicara.

Suara petikan gitar itu ada lagi! Apa dia tau kalau aku masih bangun jadi dia menghantuiku? Sudahlah daripada aku semakin ketakutan sebaiknya aku tidur.

------------

Tak terasa sudah menginjak hari ke tujuh setiap malam aku di hantui dengan suara petikan gitar, walaupun aku sudah mulai terbiasa tetapi batinku masih sangat teramat penasaran, penasaranku selama ini seolah tidak pernah terbayarkan karena rasa takutku melampaui semua rasa penasaranku.

Malam itu tepat pukul 3 pagi saat petikan pertama terdengar. Aku bertekad untuk membayar rasa penasaranku selain karena penasaran, akupun lelah di cemooh temanku dengan kata penakut, dengan kaki gemetaran aku pun memberanikan diri untuk keluar kamar dan menuju balkon, aku melihat seorang wanita berambut hitam panjang yang lebat sedang memeluk gitar di pangkuannya, ia tidak terlihat seperti hantu tetapi penampilannya sangat berantakan seperti sedang sangat berlarut larut dalam kesedihan.

Aku pun bertanya, "Aku boleh duduk disini?"

Dengan wajahnya yang muram ia pun menoleh dan akhirnya mengangguk.
"Kamu ngekos disini? Kok ga pernah kelihatan?"

Dengan suaranya yang samar samar, ia pun menjawab, "Iya, saya baru pindah sekitar seminggu yang lalu."

"Kamu ngapain malem malem di balkon?"

Ia pun kembali menangis terisak isak, dan aku mendekatkan diri sambil memegang bahunya sambil berkata,
"Kalau kamu mau cerita boleh kok, aku bisa jadi pendengar yang baik."

Ia pun mengusap air matanya sembari membenarkan rambutnya, kemudian berkata, "Besok malam boleh saya sedikit bercerita? Disini saya belum mempunyai teman."

"Boleh, sekarang kamu tidur ya sudah larut"

Ia pun mengangguk sembari berjalan meninggalkan balkon.

-------

Aku menghampiri Ghani yang sedang berjalan, "Ghan..ghan..."

"Apaan?"

"Suara gitar yang di kostan gua ternyata manusia, tapi berantakan banget kaya yang sedih banget."

"Tuh kan apa kata gua, lu mah mikirnya hantu mulu sihh!"

-----------

Suara petikan gitar terdengar lebih awal dari biasanya, sekarang menunjukkan pukul dua belas dan aku pun berjalan ke balkon.
Aku langsung duduk tepat di sebelahnya dan menyapanya, "Eh, kemarin mau cerita apa?"

Mimik wajahnya langsung terlihat murung saat mulai mengingat cerita yang akan di sampaikan. Karena merasa tidak enak, aku pun mengganti topik.

"Ngomong-ngomong aku belum tau namamu, aku Nanta."

"Aliya."

Saat itu aku mulai berbincang bincang tentang banyak hal, dan ia pun sudah bisa sedikit tersenyum, walaupun hanya sedikit, tetapi senang rasanya bisa menghibur seseorang. Aku pun memiliki inisiatif mengajaknya untuk main ke taman, siapa tau dengan begitu dia tidak terlalu sedih.

"Eh, Al, besok di kampus ku ada acara semacam bazar, kesana yuk!"

Ia setuju dengan ajakanku.

-------
Pukul 5 sore aku sampai di kampusku. Aku menyuruh Aliya untuk duluan, karena aku harus mengurus beberapa urusan terlebih dulu. Aku melihat Aliya di stand gitar. Penampilan Aliya hari ini pun terlihat lebih segar, tidak seperti biasanya.

Aku pun menghampirinya, "Al, udah lama?"

"Eh, engga kok baru sampai."

"Gimana kalau kita beli es krim? Aku yang traktir."

"Boleh, boleh!"

Aku pun menikmati waktu bersama Aliya. Aku mengajaknya berkeliling kampusku. Melihat nya tertawa terbahak bahak membuat aku semakin lupa waktu, bahkan tidak terasa sudah menunjukkan pukul 8, aku pun mengajaknya pulang. Sesampainya di kosan Aliya memegang tanganku dan mengajak untuk ke balkon.

"Nan, aku masih hutang cerita ke kamu."

"Kalau cerita itu bikin kamu sedih, gapapa al, ga usah cerita."

"Gapapa kok, aku udah janji cerita."

Akupun mengangguk, lalu berjalan ke balkon. Akhirnya, ia pun menceritakan masalah-masalahnya. Aku pun merasa miris mendengar ceritanya. Walaupun begitu, aku merasa senang karena dapat menghiburnya.

No-ey2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Petikan Gitar di Malam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang