Minggu ini adalah minggu ke 3 setelah kenaikan angkatan kelas 11 ke 12 di SMA Merdeka. Suasana kelas semakin ramai karena banyaknya murid baru dari pindahan sekolah lain.
"Na, sebenernya lo sama si Reydan itu temenan ato pacaran sih?" Tanya Diana, teman Alfina yang sudah ada di hidupnya sejak dari SMP.
"Tau tuh, tiap hari berduaan mulu kek sepatu aja!" Suara Viona itu cukup keras, hampir semua murid di kantin pun menoleh ke arahnya dibarengi oleh suara tertawa dari Viona.
"Apaan sih lu pada.. gue sama dia cuma temenan doang, titik gak pake koma!" Muka Alfina seketika memerah karena kesal terhadap teman-temannya yang selalu menganggap mereka berdua pacaran. Sebenarnya mereka hanya teman.
Seketika itu seorang cowo berwajah tampan datang menghampiri meja yang sudah diduduki oleh Alfina dan kawannya.
"Ehhh..... ada si ganteng!" Sapa si Viona.
Seperti biasa Reydan menghiraukannya dengan muka datarnya yang sering ia pasang setiap kali di sekolah.Reydan langsung mengusir Diana yang sedang duduk disamping nya itu dengan menarik tangannya agar ia bisa duduk di samping Alfina.
"Ihh.. kasar banget sih lo jadi cowo!" Diana meringis kesakitan karena tangannya yang tadi ditarik oleh Reydan.
"Tau nih!! Ganteng.. ganteng kok kasar sama cewe, giliran sama Alfina dibaikin terus!" Sahut Viona.
Reydan pun menatap Alfina yang sedang duduk. Dalam hatinya ia berkata "makin hari si Alfina makin cakep aja".
"Lo mau makan apa? Sini gue pesenin."
"Ga usah, Rey, repotin aja."
"Gapapa, gue juga lagi laper nih."
"Yaudah, gue mau bakso aja deh, tapi yang di pojok kantin itu ya!"
"Tunggu disini, gue pesenin dulu."
Reydan langsung pergi beranjak dari kursinya dan memesan makanan untuknya dan Alfina."Tuh kan, kok dia bisa baik banget sama lu sih?, giliran sama gue aja dia sampe tarik tangan gue!, kalo sampe patah gimana?" Muka Diana pun terlihat sangat kesal dengan perlakuan Reydan.
"Ah, lebay lo, Di, masa gitu doang bisa patah."
Viona pun tertawa melihat perlakuan mereka berdua.---
Bel sekolah pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas.
Alfina masih memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas, ruang kelasnya pun sudah sepi, hanya ada dia dan Keira. Keira biasa di temani oleh sahabatnya yaitu Anita, tetapi Anita sudah di jemput oleh orang tuanya sehingga harus meninggalkan Keira sendiri di kelas. Kalau saja Keira sudah menyelesaikan tugasnya pasti Keira sudah ditemani oleh Anita dan berakhir di depan gerbang sekolah.
Alfina sudah menenteng tas di punggungnya segera pergi keluar kelas, tetapi pandangannya selalu melihat ke arah Keira. Keira hanya diam sambil mengerjakan tugas. Alfina memang tidak peduli, tetapi entah mengapa ada pertanyaan yang terus ada di kepalanya.
"Si Keira kok bisa luka luka ya?"
Sejahat-jahatnya seseorang, pasti ada perasaan belas kasihan yang tertanam dalam dirinya, apalagi melihat seorang perempuan yang setiap harinya menambah luka di tubuh itu
Luka tersebut pasti bukan dari kecerobohannya, pasti ada sesuatu di balik semua itu.1 jam setelah kepergian Alfina dari kelas. Keira masih sendiri di dalam kelas. Ia pun mengeluarkan tetesan bening yang keluar dari matanya. Ia menutupi wajah cantiknya dengan tangannya. Ada satu hal yang ia sembunyikan dari orang lain kecuali Anita dan dirinya dan selalu membuat irisan luka yang terbesit di hatinya.
Hal apakah itu?